07: Mundur

773 169 29
                                    

Chat-nya belum dibales, tapi Mark yakin banget orang yang dia cari ada di mana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chat-nya belum dibales, tapi Mark yakin banget orang yang dia cari ada di mana. Untuk sementara dia mlipir dulu, ada hal yang lebih penting yang harus dia selesaikan terlebih dulu sekarang.

McD jadi tempat tujuan Mark setelah ibadah hari ini. Banyak yang harus dia lakuin hari ini, makanya dia sengaja nggak bareng keluarganya naik mobil. "Udah pesen?"

"Aku makan es krim aja. Kamu kalo mau pesen, sana." Aling menunjukkan McFlurry dalam genggamannya.

Nggak mungkin Mark langsung duduk aja tanpa pesen apa-apa, jadi dia juga beli es krim karena nggak pengen duduk lama. Baru kali ini dia ketemu Aling tapi perasaannya buru-buru mau keluar. "Al, aku mau ngomong sesuatu yang tadinya nggak berniat aku perdengarkan ke kamu."

Cewek di depan Mark ngangguk. Sendoknya dia tancepin biar berdiri di tengah gelas.

"Aku suka kamu, sejak Ospek. Mulai dari hari kita dihukum jongkok berdiri bareng di tengah lapangan." Iya. Adegan hukumanlah yang membawa perasaan Mark dari biasa jadi cinta sama temen gugusnya. Gadis disebelahnya, yang tangannya aja nggak nyampe menjangkau pundaknya, berusaha sekuat tenaga buat ngimbangi hukuman jongkok-berdiri para pejantan di Fakultas Teknik. Gadis kecil itu yang pelan-pelan merambat naik dari teman jadi idaman.

Kelemahan Mark mungkin, ngelihat cewek kesulitan sampe jadi naik ke perasaan. Dulu Aling begitu, sekarang hatinya lagi-lagi tidak tertata. Dasar ababil.

"Aku tahu." Mata Mark jelas aja langsung melotot. Bahkan dia sekarang ngelihat Aling lagi senyum biasa aja.

"Kamu tahu?"

"Aku nggak sebego itu ya, Mark!"
Gadis itu terkekeh kemudian. Bikin Mark bingung, jadi selama ini dia terlilit perasaannya sendiri ya?
"Kamu ekstra baik ke aku, kayak cowok-cowok PDKT umumnya. Gimana aku nggak nyadar?"

Ah, kalo gini kan Mark mendadak jadi malu. Dia mau nundukin kepala dan garuk tengkuk, tapi entar lebih kelihatan malunya. "Sorry, Al."

"Sorry buat apa sih? Kamu kenapa demen banget minta maaf coba? Suka sama orang kan bukan dosa, Mark."

"Aku juga bingung tiap Sela nanya kenapa aku suka banget minta maaf, Al." Mark ngoceh dalam hati dulu. "Tadinya aku nggak mau ngomongin ini, tapi aku rasa urusan hatiku harus lega dulu sebelum aku ngurus hal lain."

"Sukses ya buat urusanmu apapun itu."

Mark langsung naik setelah menyapa si pemilik rumah. Dia juga ninggalin tentengan di meja dapur buat sopan santun.

Ceklek

Tepat sekali dugaannya. "Kenapa chat-ku nggak dibales?"

"Mau nemenin nyebat di sini?" Sela ngangkat rokok LA nya. Dia tarik sebatang, terus dijepit pake bibir. Udah siap dia nyalain pemantik sebelum ditarik gitu aja sama Mark.

"Maaf."

"Buat apalagi yang kali ini?" Sela tuh kadang ngerasa jadi ibu dari seorang anak TK yang polos banget, yang tiap hari selalu say sorry karena udah bertingkah nakal. Kalo masih kecil sih gemes, tapi kalo udah segede Mark kan lama-lama kesel juga. Dibilangin masih aja diulangin.

Wedding Operations: Neo Culture Tetanggaan 2.0Where stories live. Discover now