8. Tak Bisa Menjamin (21+)

1.6K 43 2
                                    

Reva dan Dario kini sudah sama-sama tidak mengenakan pakaian apa pun. Dario bahkan tanpa pikir panjang segera mencabut jarum infus pada tangannya, demi bisa bergerak dengan bebas ketika tensi di antara dirinya dan Reva semakin memanas. Percikan gairah jelas memercik di antara keduanya yang kini kembali terlibat dalam sebuah ciuman yang dalam. Saat Reva melingkarkan tangannya pada leher Dario, maka Dario sendiri tidak tinggal diam.

Dario mempergunakan kedua tangannya dengan menggoda Reva di berbagai titik sensitif Reva. Titik yang paling membuat Reva tidak tahan adalah titik bagian intim bawahnya. Di mana Reva menggelinjang hebat, ketika Dario memberikan sentuhan lembut yang jelas tidak pernah Reva dapatkan sebelumnya. Jelas sebelumnya belum pernah ada yang menyentuh area tersebut selain Reva sendiri. Mengingat itu adalah bagian paling intim pada tubuhnya.

Dario melepaskan ciuman mereka dan menatap Reva yang terengah-engah dan menatap sayu padanya. Tubuh Reva juga menggelinjang saat jemari Dario masih belum berhenti menggodanya. "Reaksi yang sangat manis dan menarik, Reva. Sepertinya aku tidak bisa berhenti membuatmu kembali bereaksi seperti itu," ucap Dario membuat Reva yang mendengarnya merasa sangat malu.

"Ugh," erang Reva tertahan ketika Dario tiba-tiba mengubah posisinya. Hingga kini wajahnya berada tepat di hadapan area intimnya. Napas Dario yang panas kini membelai area intim Reva yang mencapai titik yang paling sensitif.

Dario menahan kedua paha Reva agar tetap terpentang lebar. Ia tersenyum tipis ketika melihat Reva yang terlihat gelisah dan berusaha untuk menutupi dirinya sendiri yang memang tengah berada dalam kondisi yang sangat terbuka di hadapannya. Namun, sebelum Reva benar-benar berhasil menutupinya, Dario sudah lebih dulu meniup bagian intim Reva yang sensitif. Membuat Reva seketika bereaksi, bergetar hebat dan membuat Dario takjub dengan reaksinya tersebut.

Dario kembali memberikan sentuhan yang membuat Reva benar-benar hampir kehilangan akal sehatnya. "Aduh, Da, Dario kumohon tunggu," ucap Reva meminta Dario untuk menghentikan apa yang ia lakukan untuk sementara waktu.

Sayangnya, Dario tidak mau mendengarkan. Sebab beberapa saat kemudian dia malah memberikan sentuhan yang semakin berani pada Reva. Membuat tubuh Reva semakin hebat saja daripada sebelumnya. Lalu Reva pun tersentak ketika dirinya merasakan sesuatu memasuki intinya. Benda lunak tersebut pada akhirnya membuat Reva berubah menjadi kaku ketika dirinya mendapatkan pelepasan pertama selama hidupnya.

Merasa jika Reva sudah siap untuk melanjutkan kegiatan tersebut, Dario pun bersiap untuk melakukan penyatuan dengan Reva. Saat persiapan tersebut, Dario seketika membuat Reva yang sebelumnya masih menikmati kenikmatan pelepasan pertamanya, segera mendapatkan kesadarannya. Reva menahan Dario yang akan melakukan penyatuan. Membuat Dario bertanya, "Apa kau tidak ingin melanjutkannya?"

Reva menelan ludah saat mendengar pertanyaan tersebut. Terlebih ketika dirinya merasakan bukti gairah Dario yang sudah bersiap untuk melakukan penyatuan. Bukti gairah tersebut sudah menempel pada bagian intim Reva yang memang sudah sangat basah. Itu terasa panas bagi Reva, dan membawa sensasi menyenangkan yang membuat Reva bergetar semakin kuat daripada sebelumnya.

"Bu, Bukan seperti itu," jawab Reva dengan wajahnya yang memerah.

Reva sebelumnya memang sudah memutuskan bahwa dirinya akan melakukan apa pun yang ia inginkan. Salah satu hal yang ia inginkan hari ini adalah, menghabiskan waktu yang panas di atas ranjang dengan Dario. Tentu saja setelah memutuskan hal tersebut, Reva tidak berniat untuk berhenti. Terlebih ketika dirinya sadar, bahwa kesempatan ini tidak akan terulang untuk kedua kalinya. Ia tidak ingin sampai merasa menyesal karena sudah melewatkan kesempatan ini.

Jadi Reva pun berkata, "Bukannya aku ingin menghentikannya. Hanya saja, kurasa ini bukan waktu yang tepat. Kau belum sembuh. Lukamu bisa saja kembali terbuka."

Dario yang mendengar hal itu pun berkata, "Tenang saja, aku tidak akan terlalu agresif. Aku akan melakukannya dengan perlahan, mengingat jika ini juga adalah pengalaman pertamamu."

Reva masih memikirkan perkataan tersebut, saat dirinya mulai merasakan sesuatu yang asing memasuki dirinya dengan perlahan. Membuatnya tanpa sadar segera mencengkram tangan Dario dengan kuatnya. Dario sendiri menunduk dan mencium kening Reva dengan lembut. "Rileks, dan coba atur napasmu. Ini memang akan terasa sakit. Namun, aku berjanji bahwa itu hanya akan terasa pada awalnya saja."

Reva pun meringis, merasakan penyatuan yang belum sempurna tersebut. Rasanya benar-benar sakit. Reva bahkan tanpa sadar mulai menangis dan merengek. Dario yang melihat hal tersebut cemas. Ia membiarkan waktu bagi Reva untuk beradaptasi sebelum benar-benar membuat penyatuan mereka sempurna. Dario juga membantu Reva dengan membangun gairah yang lebih hebat dengan memberikan sentuhan demi sentuhan yang terasa luar biasa baginya.

Lalu saat Reva mulai terbuai dengan semua itu, Dario pun menyempurnakan penyatuan mereka hingga punggung Reva melenting. Ternyata selain merasa sakit karena penyatuan sempurna yang membuat dirinya merasa penuh dan sesak tersebut, Reva juga merasakan kenikmatan dalam waktu bersamaan. Kenikmatan yang datang dari klimaks kedua yang datang menghampirinya.

Dario mencium pipi Reva dan berbisik, "Bernapas dengan perlahan Reva."

Tanpa sadar, sejak tadi Reva memang tengah menahan napasnya. Lalu Reva segera mengambil napas yang terburu-buru, bahkan ia tersedak karena bernapas terburu-buru sembari menangis. Dario yang melihatnya pun berusaha untuk menenangkannya sembari berkata, "Maaf, aku sudah membuatmu merasa sakit. Tapi, aku akan bertanggung jawab."

Setelah mengatakan hal tersebut, Dario benar-benar tidak membiarkan Reva untuk bernapas sejenak. Ia benar-benar membuat Reva kehabisan stok akal sehatnya. Dario mewujudkan perkataannya, yang berkata bahwa dirinya akan bertanggung jawab. Ternyata dirinya benar-benar bertanggung jawab untuk menghilangkan rasa sakit yang dirasakan oleh Reva pada awalnya.

Saat ini, Reva malah merasakan nikmat yang luar biasa ketika pinggul Dario bergerak dengan perlahan dan berubah menjadi sangat intens. Rasa sesak ditambah dengan sentuhan yang mencapai titik terdalam dalam diri Reva, membuat sekujur tubuh Reva bergetar karena rasa nikmat yang ia rasakan. Ini benar-benar pengalaman baru yang ia dapatkan dalam hidupnya. Pengalaman yang rasanya tidak akan pernah ia dapatkan ketika tetap berada di bawah kendali kedua orang tuanya.

"Ugh, kau sungguh luar biasa, Reva," ucap Dario tampak sangat frustasi karena kenikmatan yang juga ia rasakan.

Reva melingkarkan tangannya pada leher Dario, menarik pria itu untuk melekat padanya dengan erat. Membuat kulit mereka yang basah oleh keringat bersentuhan secara langsung. Membawa sensasi yang semakin luar biasa. Dario sendiri semakin cepat bergerak. Membuat ruangan tersebut dipenuhi oleh erangan dan aroma khas dari percintaan panas sepasang pria dan wanita muda itu.

"Reva, aku tarik kembali perkataanku," bisik Dario membuat Reva berpikir keras di tengah kegiatan percintaan mereka.

Dengan susah payah, Reva pun bertanya, "A, Apa yang kau maksud?"

Dario sedikit mengubah posisi mereka hingga mereka bisa saling bertatapan. Lalu Dario pun menjawab, "Maksudku adalah, aku sepertinya tidak bisa menjamin lukaku tidak akan terbuka. Karena kini, aku tidak bisa menahan diri lagi."

Lalu setelah itu, Reva benar-benar dibuat tak berdaya oleh Dario. Tensi percintaan mereka menjadi semakin panas dan menyenangkan. Dario memanjakan Reva dan membuat sebuah kenangan yang sangat menyenangkan bagi pengalaman pertama bagi Reva. Hingga membuat Reva sampai ia merasa tidak pernah menyesal mengambil keputusan untuk melewati batasan demi menghabiskan malam penuh gairah tersebut dengan Dario.

Seratus Hari Bersama Pria SeksiWhere stories live. Discover now