-14-

7.3K 906 85
                                    

Jaemin menahan lengan Renjun saat pria itu beranjak untuk mengejar Jeno.

“Kak, tapi Jeno Hyung...” pekik Renjun

“Sudahlah” Balas Jaemin dengan seulas senyum.

“Aku tahu pasti sulit baginya menerima kondisiku yang sekarang” Tambah Jaemin.

Jaemin menggeleng saat melihat Renjun tetap bersikeras untuk membujuk Jeno, pada akhirnya keduanya memutuskan pulang.

Jeno masuk ke dalam ruangannya dengan perasaan kecewa. Dia berdiri didepan mejanya dengan kedua tangan bertumpu diatas benda kayu itu, kepalanya tertunduk dan ia ia putar lagi ingatan tentang Jaemin yang datang dengan wajah barunya.

“Aku tidak menyangka kau berani melakukan hal itu” Gumam Jeno, jemarinya diatas meja mengepal erat.

Otaknya terus memutar ingatan tentang Jaemin tiga tahun lalu, waja polosnya yang tersenyum, bicaranya yang lembut dan jangan lupakan senyum malu-malunya. Dia rindu Jaemin yang polos.

Melihat Jaemin tadi, dengan rupanya yang cantik dan putih, pakaiannya yang modis dan wajahnya yang dingin membuat Jeno kehilangan sosok hangat itu, dia seperti kehilangan Jaemin 3 tahun yang lalu.

Jeno menoleh saat pintu ruangannya terbuka, ada Karina yang datang dan dan mengajaknya untuk meeting. Dia rasa, dia harus menyelesaikan pekerjaannya dulu baru kemudian memikirkan lagi akan seperti apa hubungannya dengan Jaemin.

Selepas meeting, Jeno kembali ke ruangannya masih dengan wajah lesu, dia mendudukkan tubuhnya dikursi lalu membawa kepalanya mendongak menatap langit-langit rumah.

Pertemuannya dengan Jaemin selama tiga tahun harusnya berkesan, tapi perubahan Jaemin membuatnya terkejut. Jeno menarik nafas dalam, sejak tadi fikirannya terus kacau.


×÷×%%%×÷×


Kepala Jaemin mendongak saat dia meneguk minuman kalengnya, selepas dari kantor Jeno dia langsung mengantar Renjun pulang lalu pergi menuju taman. Tempat ia bersama Jeno terakhir kali sebelum dia pergi.

Kaki kanannya naik diatas paha kirinya dan mengayunkannya, netranya tak lepas menatap burung-burung kecil di tanah yang sibuk mencari makan.

Ia bawa ingatannya tentang penolakan Jeno tadi. Sungguh menimbulkan luka membuat dia hanya mampu mengulum senyum kecut.

Jaemin terperanjat saat merasakan sebuah bayang lewat, dia menoleh dan terkejut melihat Jeno sudah duduk disebelahnya. Netranya membola saat melihat sang dominan tertunduk, masih enggan menatapnya.

“Dari mana kau tahu aku disini?” Tanya Jaemin.

“Renjun” Jawab Jeno singkat

“Kenapa kau mendatangi seekor monster, aku menakutkan” Dengus Jaemin membuat Jeno menoleh. Dapat ia lihat senyum kecut terpancar diwajah Jaemin. Ucapannya tadi pasti melukai perasaan submissive itu.

“Kenapa kau harus melakukannya?” Tanya Jeno, dia kembali menatap hamparan rumput didepannya, Jaemin terdengar mendengus dengan senyum miring.

“Sudah sangat jelas. Untuk apa lagi kalau bukan untukmu” Jawab Jaemin.

Dia lihat Jeno menghela nafas berat lalu menarik tubuhnya untuk bersandar pada kursi taman, Jaemin kembali menatap rumput didepannya dan membiarkan suasana hening sejenak.

“Kau tahu aku tidak membutuhkan itu kan? Aku menyukai Na Jaemin tiga tahun yang lalu” Ucap Jeno.

“Kau tidak tahu kesulitan yang aku alami Jeno, alasan kenapa aku berakhir melakukan ini adalah jalan terakhir yang bisa ku tempuh”

Minderella [NOMIN]Where stories live. Discover now