-11-

6.8K 975 66
                                    

Jeno masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan marah, dia langsung menghampiri sang Papa yang biasa duduk ditaman belakang jika siang hari.

Taeyong menutup majalahnya saat melihat putranya kembali, wajahnya nampak panik terlebih melihat rahang Jeno yang mengeras. Dia diam sampai Jeno duduk dihadapannya.

“Kenapa Sayang?” Tanya Taeyong

“Berapa lama waktu yang di butuhkan untuk mengurus pernikahan ku Bubu?” tanya Jeno

“Apa maksudmu?” tanya Taeyong.

“Situasi semakin kacau. Sebaiknya aku segera melamar Jaemin dan membawa dia pergi dari Papanya. Aku mungkin akan mengurus kepindahan ke Kanada dan memulai hidup baru disana dengan Jaemin”

“Jeno, kenapa terlalu terburu-buru?” Tanya Taeyong

“Tapi semuanya menjadi kacau Bubu” Sahut Jeno

“Kau yakin mau segera menikahi Jaemin?”

“Bubu bisa melakukannya untukku kan?” Jeno balas melempar tanya.

“Baiklah” Jawab Taeyong kemudian.

Jeno menghela nafas lalu beranjak untuk masuk ke dalam rumah disusul Taeyong.


×÷×%%%×÷×


Jaemin berdiri didepan lemari dan melihat buku tabungannya. Bibirnya mengulum senyum puas melihat nominal pada buku itu lalu ia memasukkan buku itu ke dalam tumpukan bajunya.

Setelahnya dia meraih Hoodie pemberian Jeno dan berjalan keluar dari kamar. Langkahnya perlahan menapaki anak tangga. Rumahnya tampak sepi namun dia bisa melihat sang Papa yang belum berangkat ke butik.

Jaemin memutuskan untuk ke dapur, melihat sang Papa yang tengah memasukkan bekal ke tasnya. Mungkin bekal Renjun tertinggal.

“Cuci piring sebelum berangkat” Tutur Winwin.

“Pa...” Panggil Jaemin.

Pria jangkung itu menoleh saat ia hendak beranjak, dia lihat putranya mengulum senyum simpul.

“Biar aku saja yang membawa bekal Renjun nanti. Papa ke butik duluan” Tutur Jaemin.

Winwin mengerutkan alisnya mendengar ucapan sang putra. Untuk pertama kalinya, Jaemin memulai pembicaraan dengan Papanya. Biasanya dia hanya akan bicara jika dia sudah lelah dengan sikap Papanya lalu berakhir bertengkar.

Jaemin sudah lupa kapan dia bicara selembut ini pada sang Papa. Mungkin, sebelum sang Ayah meninggal.

Winwin tak mengatakan apa-apa lalu mengangguk. Dia meneguk tehnya hingga tandas lalu berjalan keluar.

Sekarang, dirumah ini hanya menyisakan dia sendiri. Jaemin menatap tumpukan piring kotor di wastafel dan mulai membersihkannya. Setelahnya ia menyambar bekal adiknya lalu berangkat bekerja.


×÷×%%%×÷×


“Ada apa Hyung?” Tanya Renjun melihat Jeno hanya diam didepannya.

“Aku akan menikahi Jaemin” Jawab Jeno membuat Renjun membulatkan matanya, dia terperanjat dari duduknya lalu setelahnya dia mengulum senyum.

“Sungguh? Kak Jaemin setuju?” tanya Renjun antusias, tapi dia justru mendapat kekecewaan saat melihat Jeno menggeleng.

“Aku ingin kau mengatur pertemuan dengan Jaemin, dia selalu menghindari ku sekarang” Tutur Jeno.

“Tentu, tentu aku akan membantunya. Dimana kau ingin bertemu Hyung?” tanya Renjun.

Minderella [NOMIN]Where stories live. Discover now