-13-

7.7K 1K 210
                                    

3 Tahun kemudian...
Winwin masuk ke dalam kamar Jaemin membawa alat-alat pembersih. Wajahnya semakin sendu dan lesu. Dengan tenaga khas pria seusianya yang menua, dia membersihkan kamar putranya.

Hari ini, tepat tiga tahun Jaemin pergi meninggalkannya. Entah dimana putranya itu berada sekarang. Jaemin bak hilang ditelan bumi.

Bahkan sampai hari ini, orang-orang suruhan Jeno juga tak bisa menemukan di mana Jaemin.

Lalu bagaimana dengan dia?
Sudah pasti dia hancur, masih tak bisa melupakan Jaemin dan mengingat kenangan singkat bersama pria itu. Padahal tinggal selangkah lagi dia akan bersatu dengan Jaemin, lalu pria itu pergi tanpa berpamitan padanya.

Dia rindu Jaemin.
Sedang apa Jaemin sekarang? Dimana dia berada? Apakah dia sudah bahagia tanpa Jeno?

Pekerjaan rumah Winwin terhenti saat mendengar bel rumah berbunyi, dia meletakkan kemoceng yang ia pegang selepas membersihkan meja belajar Jaemin, lalu bergegas turun.

Langkahnya berpapasan dengan Renjun yang baru keluar dari dapur, pria itu nampak kesusahan berjalan dengan perutnya yang membesar, tubuhnya condong kebelakang dengan memegangi pinggangnya.

“Suamimu pulang?” Tanya Winwin yang dibalas gelengan kepala oleh Renjun, dia lantas mendudukan tubuhnya di kursi makan lalu menyambar toples disana dan menikmati kue kering.

Winwin berjalan untuk membuka pintu.
Didapatinya seorang pria berdiri mengenakan setelan blazer putih dengan rambut coklat memunggunginya. Alisnya bertaut bingung dan tak lama setelahnya pria itu berbalik.

Bibirnya tampak mengulum senyum, beruntung matanya dibalut kacamata jadi ia bisa sembunyikan matanya yang berkaca-kaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bibirnya tampak mengulum senyum, beruntung matanya dibalut kacamata jadi ia bisa sembunyikan matanya yang berkaca-kaca.

“Maaf, siapa?” Tanya Winwin

Jemari lentik Jaemin bergerak naik membuka kacamatanya. Winwin dapat melihat sosok pria yang sangat cantik berdiri didepannya mengulum senyum.

“Siapa?” Tanya Winwin lagi masih belum mengenali putranya.

Bibir Jaemin melengkung sedih lalu ia memiringkan tubuhnya dan menarik kaos bagian belakangnya, menunjukkan tanda lahir kecoklatan di bagian pinggang membuat Winwin membulatkan matanya dengan mulut menganga.

Jaemin diam beberapa saat menunggu reaksi sang Papa. Pria paruh baya itu menutupi mulutnya dan air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan.

“Anakku” Pekik Winwin histeris.

Air mata Jaemin tumpah begitu saja mendengar kalimat pengakuan keluar dari bibir Papanya. Sesuatu yang tak sangat ia dambakan. Hatinya tersentuh karena saat ia pulang, ia disambut dengan hangat oleh Papanya.

“Jaemin, Sayang. Anakku, ini sungguh kau Sayang?”

Jaemin mengangguk cepat, dia merasa sangat bahagia sekarang. Dia kembali dan mendengar sang Papa memanggilnya Sayang. Dia mengambil keputusan yang tepat untuk pulang.

Minderella [NOMIN]Where stories live. Discover now