-17-

6.1K 831 42
                                    

Jaemin masuk ke dalam mobil Jeno dalam kondisi wajah kacau dan bengkak selepas menangis, meski sudah berusaha untuk menunjukkan pada Jeno, tetap terlihat jelas bahwa ia sesenggukan.

Sementara dominan itu hanya diam dengan wajah dingin seolah tak terjadi apapun, tapi dia tahu semuanya. Tentang apa yang menjadi ketakutan Jaemin selama ini dan mengapa kekasihnya itu mendadak berubah.

Tanpa mengatakan apa-apa, Jeno mulai menyalakan mesin mobil dan membawa mobilnya melaju meninggalkan pemakaman. Selama dalam perjalanan menuju pulang juga keduanya hanya diam. Jaemin hanya terus tertunduk sementara Jeno fokus menyetir.

“Jeno, bisa kita mampir sebentar?” Tanya Jaemin, sang kekasih menoleh lalu mengangguk.

Dia menambah laju mobilnya ke tempat yang ingin Jaemin kunjungi.

Hanya minimarket tempat ia biasa membeli es krim dan jajanan. Keduanya turun dan Jeno mengantar Jaemin masuk. Mereka melihat-lihat sejenak baru memilih beberapa jajanan.

Setelahnya mereka keluar.

“Aku ingin jalan-jalan sebentar” Tutur Jaemin yang dibalas anggukan oleh Jeno.

Keduanya hanya diam selama menyusuri pinggiran jalan raya, menikmati sepoi-sepoi angin malam dan berisiknya jalanan karena deru mobil yang ramai melintas. Jeno menoleh saat Jaemin menyodorkan satu cone es krim dan ia pun menerimanya.

Jaemin suka makan es krim saat suasana hatinya memburuk, kemudian jalan-jalan disekitar taman di pinggiran jalan atau duduk manis di halte dan hanya diam.

“Jeno...” Panggil Jaemin, langkah kakinya terhenti dan ia berbalik menatap Jeno.

Sang kekasih yang dipanggil ikut menoleh hingga kini keduanya berhadapan. Dia lihat wajah sayu Jaemin tertunduk dengan senyum kecut.

“Kenapa... Kau membawaku ke makam Ayah?” Tanya Jaemin.

Jeno diam beberapa saat, dia melihat kesekitar sebelum menjawab seolah mencari jawaban terbaiknya. Didetik berikutnya dia hanya menghela nafas.

“Untuk mengembalikan Jaeminku yang dulu” Tutur Jeno lirih hampir hilang terbawa angin, dan jawaban itu sukses membuat Jaemin mengulum senyum kecut.

“Kenapa? Jaemin yang dulu sangat culun dan jelek” Tanya Jaemin lagi.

“Hah...” Jeno berdecih dengan seulas senyum kecut.

“Entahlah, perdebatan ku dengan Jaemin dulu setelah turun dari bus memicu sebuah perasaan tumbuh” Balas Jeno, darah Jaemin berdesir hebat mendengar jawaban itu.

“Dia cantik dengan caranya sendiri dimataku. Dia hangat, dia lembut dan dia persis seperti Bubuku” Jawab Jeno

Jaemin hanya diam melihat bagaimana pandangan Jeno kosong kedepan, seolah dia tengah membayangkan sosok Jaemin yang membuatnya jatuh cinta.

“Kau tahu bahwa definisi cantik Dimata setiap orang berbeda. Dan cantik bukanlah tolak ukur sebuah perasaan bisa tumbuh. Banyak yang lebih cantik, banyak yang menarik tapi hati yang sudah tahu siapa pemiliknya tidak akan berpaling Jaemin” Tutur Jeno.

“Kau sudah bertemu keluargaku kan? Kau tahu seperti apa hangatnya Bubu dan Haechan Hyung?” Tanya Jeno.

“Kau juga tahu bahwa Bubu menerimamu dulu” Tambahnya lagi.

“Aku mengerti Jaemin tentang ketidakpercayaan yang kau alami dulu. Semua kata-kata yang ku ucapkan bukan sekedar rayuan belaka. Aku sungguh disisimu untuk mendampingimu dari semua ketakutanmu” Jelas Jeno.

“Itu sebabnya aku kecewa saat tahu kau melakukan operasi plastik. Dan bahkan sikapmu yang berubah menjadi sombong...”

Kalimat itu sukses membuat Jaemin mengulum senyum pahit. Dia ingat lagi tentang bagaimana perubahan dirinya setelah kembali ke Korea.

Minderella [NOMIN]Место, где живут истории. Откройте их для себя