Bab 1

192K 5K 249
                                    

Novel ini dalam masa Open PO. Yang merasa penasaran bisa pesan novel di aku. Harga Rp. 69.000 sebelum ongkir ya

***

Aku menatap wajah Ayah masih dengan rasa tidak percaya, ia bilang aku akan dijodohkan dengan salah satu anak temannya. Dikira aku perawan tua sampe harus dijodohkan. Aigoo, umur masih 20 tahun udah dijodoh-jodohin aja. Dikira aku bakal gak laku apa? asal tahu aja ya aku nih punya kecantikan fisik luar biasa. Meskipun gak tinggi-tinggi amat tapi antara berat badan sama tinggi badan proporsional. Ya, kalo disandingkan sama artis Chelsea Olivia sebelas dua belaslah.

"Ini semua demi kebaikanmu." Tandas Ayah tiba-tiba.

Duduk bersedekap didalam ruang kerja Ayah, aku menatapnya tidak percaya. Ayah hanya menatapku dengan sepasang mata teduhnya membuatku menghela napas berat. Ayah kembali menyelesaikan pekerjaannya tanpa memperdulikanku yang masih menatapnya intens.

"Aku yakin, anak teman Ayah itu jejaka tua makanya sampe disodorin ke Ayah. Lagian, tuh orang primitif amat pake jodoh-jodohin anaknya. Ayolah Yah ... Hari gini dijodohin..." seruku keberatan atas keputusan sepihaknya.

Ayah melirikku melalui kecamata bacanya lalu kembali menatap berkas yang menumpuk dihadapannya. "Ayah yakin setelah kamu lihat dia. Kamu akan berubah pikiran." Gumamnya.

Jiah, emang sekeren apa dia? Aigoo.

"Ayah, mau nikah lagi?" tanyaku membuat Ayah segera menghentikan pekerjaannya dan langsung menatapku dengan tatapan kaget.

"Kenapa kamu bisa berpikir Ayah mau menikah lagi? Kamu ini..." tanya Ayah sambil geleng-geleng kepala lalu lagi-lagi ia kembali tenggelam dengan berkasnya.

"Terus?" tanyaku menunggu.

"Sudah sana kuliah. Ingat, nanti jangan pulang terlalu malam. Pak Bram dan anaknya akan datang kerumah." Kata Ayah membuatku frustasi.

Aku bangkit dari kursi sambil menghembuskan nafas ke udara. Aku menadahkan tangan kedepan wajah Ayah meminta uang saku sebelum berangkat kuliah.

"Kamu ini. Kemarinkan baru Ayah kasih uang saku, sekarang sudah nodong lagi." Tandas Ayah sambil merogoh saku celananya lalu mengambil beberapa lembar uang lima puluh ribuan yang segera pindah ketanganku.

"Yah, uang Ayah terlalu banyak kalo dipake sendiri." Kataku sambil nyengir kuda. Melihatku, Ayah geleng-geleng kepala.

Aku mencium pipi Ayah dan segera keluar dari kantornya. Memang enak punya Ayah single, duit bisa dengan mudah digelontorkan pada satu-satunya anak yang dia punya. Aku memasukkan uang yang kudapat kedalam saku celana lalu tak lupa berjalan dengan senyum merekah dan menyapa siapapun orang yang kulewati.

Aku mengambil motor yang ada diparkiran di halaman kantor lalu memakai helm dan segera memacunya bersaing dengan kendaraan lain di jalanan yang cukup lengang.

Aku memarkirkan motorku ditempat parkiran kampus, kuletakkan helm diatas spion motor lalu menatap wajahku dari pantulan kaca spion lainnya. Kurapikan rambut yang berantakan bekas tertutup helm dan memastikan tidak ada noda baik diwajah maupun pada barisan gigi. Fix, kerenlah aku meskipun tanpa make up tapi beruntung banget punya kulit putih seputih batu marmer licin bisa bikin silau mata orang yang melihatnya. Aku gak sombong tapi perpaduan Indonesia-Inggris membuat wajahku secantik wanita blasteran pada umumnya.

Aku berjalan menuju kelas yang terletak dilantai dua, kampus tempatku mencari ilmu cukup luas dengan hampir seluruh jurusan ada disini. Ada beberapa gedung bertingkat tiga dan setiap gedung dimiliki satu fakultas. Gedung tempatku mencari ilmu ada di gedung C yang letaknya tentu saja dideretan nomer tiga sesuai urutan abjad. Berjalan menyusuri koridor kampus yang menghubungkan tiap gedung sambil berhai riang sekalipun aku gak kenal-kenal amat sama mereka. Tapi yah, namanya juga makhluk super ramah baik hati dan tidak sombong so...

Cool ManWhere stories live. Discover now