"Gue gulung ni bumi lama-lama," ujar Novan sambil mengacak-acak rambut Jonathan. Kasian dia jadi korban kefrustasian Novan yang jadi satu-satunya jomblo disini.

"Makanya cari cewek," balas Haga sambil smirk.

Novan berdiri dan menunjuk Haga garang. "Mentang-mentang udah punya cewek jadi songong lu. Kemaren aja masih galauin Ka—"

Ucapan Novan terhenti kala Haga menatap pemuda itu tajam. Merasa ucapannya salah, ia meminta maaf dan tersenyum tidak enak.

"Si goblok," sahut Rajendra yang melihat kejadian tadi. Dia jarang ikut nimbrung obrolan, sekalinya nimbrung cuma ngumpat kaya tadi.

"Udah-udah rileks epribadi, kita bahas si Nopan aja. Dia lagi pedekate sama anak ilkom tau," kata Jonathan sambil ngelirik Novan yang terdiam kaku.

Felix yang notabenenya anak ilkom langsung nyambung. "Siapa?" tanyanya.

Novan berusaha membekap mulut Jonathan namun tenaga lelaki itu seperti kuli jadi dia tidak dapat menahannya. Pada akhirnya, lelaki itu pasrah menjadi bulan-bulanan teman-temannya.

"Udah mupon nih ceritanya, Bang?" kata Haga sambil nyengir. Wajah Novan menekuk kesal kemudian memukul lengan Haga.

"Bacot!"

"Alhamdulilah, bisa mupon juga si Nopan. Gue kira bakal gamon selamanya sampe Freya nikah, hahaha mampus ditinggal kawin."

"Bangsat ya lu semua, awas aja karma."

Haga dan yang lain tertawa, kemudian mereka berenam larut dalam pembicaraan. Awalnya membahas kisah percintaan Novan yang terbilang cukup prihatin, lalu merambat ke biaya UKT yang naik, sampai ke berita yang lagi viral di sosial media. Kemudian pembicaraan itu ditutup dengan sistem pemerintahan Indonesia yang bobrok dan kacau sebab oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Ada aja yang diobrolin sampai isu politik juga dibahas sama mereka.

Tak sadar waktu telah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, Haga menjadi orang pertama yang pamit karena harus mengantar tuan putrinya kerumah dengan tepat waktu.

"Gue balik duluan, sorry gak bisa lama. Kanaya harus pulang soalnya gue udah janji pulang jam 10." Haga berkata sembari tos ala lelaki dengan teman-temannya.

"Yoi, hati-hati bawa motor jangan diapa-apain anak orang!" peringat Rajendra.

Haga memberikan jempol kemudian menghampiri Kanaya yang sedang tertawa lepas dengan Karin. Hal itu membuat Haga ikut tersenyum. Kanaya masih tidak menyadari keberadaan Haga di belakangnya, namun Karin sadar. Gadis itu memberi kode lewat tatapannya, lalu secara otomatis kepala Kanaya bergerak ke belakang dan sedikit mendongak.

"Loh, Haga? Kenapa?"

"Udah malem, ayo pulang. Nanti bunda nyariin."

Karin mesem-mesem melihat interaksi mereka. Aduh jadi gemes sendiri dia.

Kanaya menggumamkan oh dengan panjang kemudian membereskan barangnya. Ia berpamitan dengan Karin dan yang lain kemudian mengikuti Haga dari belakang.

Haga berdecak ketika Kanaya berjalan di belakangnya, lelaki itu menarik tangan Kanaya hingga posisinya sejajar. Kemudian menautkan jari-jarinya seakan tidak ingin kehilangan Kanaya.

"Besok mau aku jemput gak?" tanya Haga seraya melihat gadis disebelahnya dari ekor mata.

Kanaya menggeleng kecil, "Gak usah aku mau bareng Karin aja soalnya tadi dia minta bareng," jawabnya.

"Baliknya aku jemput ya?" kata Haga sedikit memaksa. Kanaya mengiyakan, well, Kanaya juga tidak kuasa menolaknya.

Tiba di parkiran, Haga memberikan selembar uang lima ribuan kepada tukang parkir kemudian memberikan helm untuk Kanaya.

More Than Friends?Where stories live. Discover now