15. Segalanya Menjadi Rumit

24 14 6
                                    

Setelah semalaman bergulat dengan batinnya, Haga memutuskan untuk menyelesaikan perasannya dengan cara confess ke Kayla. Dia sudah pasrah kalau perasaannya tak berbalas, lagipula sudah ada gadis yang menunggunya untuk pulang.

Pemuda itu tidak ingin menyia-nyiakan gadis setulus Kanaya karena ia juga sudah mulai menyayangi gadis itu. Seriusan, kalau lagi sama Kanaya dia gak kepikiran Kayla. Makanya, Haga mensyukuri keberadaan Kanaya.

Semakin hari intensitas kedekatan mereka semakin tinggi, sebab dimanapun Kanaya berada pasti ada Haga yang mengekorinya. Ia tidak ingin mengulang kesalahan dan membuat hati Kanaya sedih lagi, oleh sebab itu Haga membuktikannya dengan melakukan pendekatan yang serius kepada Kanaya.

Terkadang, Haga mengunjungi rumah Kanaya untuk sekedar mengobrol bareng abangnya Kanaya, atau dengan ibu gadis itu. Ternyata abangnya Kanaya juga suka main game online, jadi tiap kesana kalau gak ada Kanaya, Haga tetap bisa main pabji bareng abangnya.

Namun dari semua itu, Haga belum bisa memberi kepastian seperti komitmen untuk berpacaran, sebab ia harus menyelesaikan perasannya kepada Kayla agar ia tidak terbayang-bayang Kayla lagi.

Haga pun jadi semakin menunjukkan sifat aslinya, yang tadinya hanya dia tunjukkan kepada Kayla namun setelah mengenal Kanaya ia jadi lebih leluasa jadi dirinya sendiri. Haga aslinya tuh manja, ngambekan, terus jahilnya nauzubillah. Kanaya stress mengahadapi bayi besar itu, terlebih saat dia sakit.

Karena kedekatan mereka yang lengket seperti perangko, orang-orang jadi mengira mereka pacaran. Apalagi Haga tidak segan untuk menunjukkan sikap manisnya di depan teman-teman Kanaya maupun Haga. Seperti sekarang, Haga membawa Kanaya untuk ikut ke tongkrongannya yang beranggotakan enam mahasiswa dari berbagai fakultas.

Tongkrongan itu beranggotakan Haga dan Novan dari jurusan Manajemen Bisnis, Rajendra dan Jonathan jurusan Teknik Informatika, Felix dari jurusan Ilmu Komunikasi dan Haje dari jurusan Hukum. Sirkelnya tembus semua jurusan.

Masing-masing dari mereka juga membawa pasangan, jadi Kanaya tidak perlu takut dengan para lelaki disini. Mereka semua easy going dan friendly, membuat Kanaya merasakan hal yang baru. Jadi gini rasanya dikenalin ke temennya? Apalagi Haga juga memuji dan membanggakan Kanaya di depan teman-temannya. Ah, gadis itu ingin meledak saking bahagianya ia sekarang.

"Naya, bentar lagi maghrib. Mau maghriban disini atau dirumah?"

Naya..

Kalau Haga manggil gitu Kanaya jadi melting, deh. Apalagi manggilnya lembut begitu. Siapa yang gak salting coba?

"Disini aja deh, tanggung kalau mau pulang." Kanaya menanggapi pertanyaan Haga. Lelaki itu mengulas senyum kemudian mengangguk paham.

"Aku masih mau disini, kayaknya agak lama. Kalau mau pulang bilang ya? Nanti aku anterin," kata Haga lagi.

Aku

Salah satu bentuk kedekatan mereka yaitu dengan mengubah panggilan, yang tadinya lo-gue menjadi aku-kamu. Mereka memang belum resmi, tapi Haga yang ingin mengubahnya.

"Iya, udah sana samperin temen kamu, daritadi udah dipanggilin." Sebelum Haga pergi, ia menyempatkan untuk mengusap puncak kepala Kanaya. Sontak saja hal itu membuat teman-teman Haga berseru heboh dan tak jarang melontarkan kalimat-kalimat julid, contohnya Jonathan dan temannya satu lagi bernama Hakam Jeffrian, dipanggil Haje.

"Najis Haga alay banget pake usap-usap kepala Kanaya," kata Haje sambil pasang muka julid.

"Tau, bucin banget anjir berasa dunia milik berdua, yang lain ngontrak," timpal Jonathan.

More Than Friends?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora