Chapter 4 Tiada Kekhawatiran

22 1 0
                                    

Halaman besar dengan bangunan yang terbentang di depan mataku ini tampak menakjubkan, dengan atap keramik berkilauan karena terkena cahaya matahari.

Halaman besar dengan bangunan yang terbentang di depan mataku ini tampak menakjubkan, dengan atap keramik berkilauan karena terkena cahaya matahari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku menengadah, mataku tak henti-hentinya memandang sekeliling, namun aku tak berani bereaksi berlebihan. Lalu aku menggelengkan kepala, dan mengikuti langkah Guru Zhao.

Guru Zhao, "Kelak, kau baik-baik tinggal di Akademi Tianyi."

Aku buru-buru mengangguk-angguk, dan berkali-kali mengiyakan ucapannya. Guru Zhao memperlihatkan ekspresi puas, lalu ia menambahkan.

Guru Zhao, "Di Akademi Tianyi ini banyak keluarga raja dan bangsawan. Kau harus ingat untuk tidak mencari masalah dengan mereka. Baik-baiklah belajar bagaimana menjadi cenayang yang memenuhi syarat."

Youran, "Baiklah, Guru Zhao ...."

Aku menjawabnya, namun di saat itu, dari tempat yang tak jauh tiba-tiba terdengar suara perkelahian yang menghentikan perkataanku.

Di halaman dalam, seorang remaja terjatuh ke tanah, ia memegangi kepalanya, sambil berteriak, "Aduh, aduuhh!"

Guru Zhao, "Aduh, kenapa mereka berkelahi lagi! Kau jangan berkeliaran ya, tunggu aku di sini!"

Setelah selesai berkata, Guru Zhao mengangkat jubahnya dan berjalan pergi. Pada saat itu, remaja yang jatuh ke tanah itu telah dibantu berdiri oleh orang di sekitarnya. Dan tiga orang remaja tersebut lalu memandang ke arah pepohonan.

Seorang remaja berbaju hitam, di pinggangnya tergantung pedang, berdiri di sana. Sorot matanya sedingin es, bagai seekor serigala yang tersembunyi di dalam rimba.

Guru Zhao, "Kalian jangan berkelahi, jangan berkelahi! Kalau tidak, aku akan melaporkan kalian pada Guru Lin, biar dia yang menangani kalian."

Selain remaja berbaju hitam itu, remaja yang lain seketika terkejut dan mata mereka memandang ke Guru Zhao.

Remaja A, "Guru Zhao, kumohon Anda jangan ...."

Guru Zhao dengan berkacak pinggang, dan lehernya ditegakkan, matanya tampak seolah-olah keluar dari kepalanya. Ia memanfaatkan momentum itu dan dengan galak memarahi mereka lagi.

Para remaja itu satu persatu mengangguk-angguk. Hanya remaja berbaju hitam itu yang tak bersuara sedikit pun, lalu berjalan pergi.

Aku terpaku sejenak, ketika menyadari jika ia sebenarnya berjalan menuju ke arahku.

Teringat kalau Guru Zhao berpesan agar tidak berkeliaran, aku sesaat itu tak tahu harus bagaimana. Ia terlihat makin lama makin mendekat. Akhirnya aku berdiri dengan sopan, dan memberinya salam.

Tak dinyana, pada saat aku baru saja menundukkan kepala sedikit, ia berlalu begitu saja, bahkan tidak memandang sedikit pun ke arahku.

A – apa ini? Kenapa ia begitu tidak sopan....

BoundlessWhere stories live. Discover now