[1] Hana

55 4 5
                                    

Hana, Park Hana. Tinggal di New York sejak sekolah menengah atas, sebelumnya ia menetap di Seoul. Namun karena satu dan lain hal memaksanya untuk hidup bersama ayahnya di negeri orang.

Tidak...

Secara teknis dia hidup sendiri, why? hear me out! Ini hanya rahasia antara kita, ayah Hana adalah seorang pelukis anonym ternama dari Korea Selatan. Beliau selalu berpergian ke luar negeri untuk menghadiri pameran-pameran seni, sehingga ia jarang sekali berada di rumah.

Oleh karena itu, Hana lebih banyak menghabiskan waktunya seorang sendiri, dibanding bertemu atau berbincang dengan ayahnya.

......

Hana menatap bayangan wajahnya di depan cermin, membubuhkan cushion dan lipstick. Memperbaiki alis nya yang tipis dengan pensil alis, dan menyemprotkan sesuatu pada wajahnya sebagai finishing. Ia tersenyum puas melihat bayangan nya yang ia rasa sudah tampak baik.

"Selesai..." Ia menghembuskan nafas lega, bergagas mengambil tas selempang yang telah ia siapkan di atas meja.

Gadis itu keluar dari apartemen yang hampir menyerupai galeri seni. Hal ini wajar karena ayah Hana pulang ke apartemen hanya untuk melukis, sehingga hasil lukisan ayahnya berada dimana-mana.

Hana tahu betul ayahnya adalah pelukis yang sangat terkenal. Ia menyebut dirinya "Hanzo" dan semua karya seninya debut di berbagai galeri seni di dunia, tetapi tidak ada satupun orang yang tahu bagaimana rupa Hanzo ini. Begitulah kehidupan pelukis anonym.

Sepeninggalannya dari gedung apartemen, mata wanita itu tidak bisa diam bergerak kesana-sini, mengamati orang-orang yang berlalu lalang. Mereka tampak tergesa ingin cepat sampai ke tempat kerja. Tak terkecuali dirinya yang berjalan santai menuju kantornya, lagi pula masih ada satu jam.

Hana menengadah menghadap langit, menutup secercah cahaya yang menusuk mata, kemudian mengalihkan pandangannya pada sebuah gedung tinggi bertuliskan "Rolling Stone".

Selama kurang lebih 2 tahun ini, Hana menggantungkan hidupnya di Rolling Stone sebagai Translator sekaligus Interpreter divisi khusus yang berisikan orang-orang satu nationality, Korea Selatan.

Jika ia diminta menjadi Translator Hana tidak pergi ke kantor. Biasanya ia hanya akan dikirimkan file dan mengerjakan proses alih bahasa di rumah.

Translator memang tidak membutuhkan ruang kerja tetap, seperti profesi kebanyakan. Pekerjaan yang cukup fleksibel dan efisien bukan?

Hari ini agak berbeda, ada guess dari Korea Selatan di kantor dan dia harus kerja extra sebagai interpreter.

Sejujur nya, ia agak khawatir mengingat sudah lama ia tidak melakukan conversation dalam bahasa Korea, terakhir kalinya saat ayah di rumah dan itu sudah 3 minggu yang lalu.

Hana memasuki ruang kantornya, menaruh tas nya pada meja di depannya dan duduk sejenak, mengatur tempo nafasnya setelah berjalan cukup lama.

"Noona, langsung ke ruang studio saja" Sahut seorang lelaki yang suaranya familiar di telinga Hana.

"Steve! How are you?" Tanya Hana menangadahkan wajahnya menatap rekan kerjanya Seteve atau kerap dipanggil Choi Soobin.

"Baik, kau makan dengan baik?" Tanya Soobin sambil menarik lengan Hana agar dia segera menuju studio.

"Tentu saja, sekarang lepaskan. Biarkan aku jalan sendiri kesana" Ucap Hana, Soobin melepaskan tarikannya dan tersenyum pada Hana.

"Senyuman mu masih menggemaskan Soobinie" Hana mencubit pipi Soobin dengan gemas, tapi Soobin malah mendengus kesal.

Hana On Duty | BTS's Interpreter StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang