Acara Perpisahan

15 5 2
                                    

Setelah kembali dari kantor pusat, Ode sampai sekarang belum beranjak dari tempat tidurnya. Tubuhnya terasa remuk, perjalanan yang cukup jauh menuju kantor pusat ditambah lagi distraksi saat presentasi membuat tidur lebih lama.

Tok.. Tok.. Tok..

”Kak, makan malam” panggil sang adik.

Ode menggeliat merapat selimut saat mendengarnya. Ia sangat lelah saat ini jika bukan karna mengingat sang Ayah akan murka, mungkin dirinya tidak akan beranjak dari tempat tidur.

Mata mengejap beberapa kali sembari mengumpulkan nyawanya yang hilang. Ode beranjak mengambil handuknya serta satu set piyama tidur sebelum menuju kamar mandi.

Membutuhkan waktu 30 menit untuk menyelesaikan ritual mandinya, Ode keluar kamar mandi lengkap dengan piyama Doraemonnya. Ia langsung keluar menuju meja makan yang sudah terdapat keluarganya. Ode duduk di samping adik kedua, mereka pun mengambil nasi dan lauk secukupnya.

Semua makan dengan tenang hanya denting nyaring terdengar dari sendok yang beradu dengan piring keramik yang mengisi ruangan. Sampai Ayah mulai bertanya, ”Tadi pagi kemana kamu sampai ga sarapan?” dengan nada dingin.

Tanpa menoleh Ode menjawab, ”Presentasi”

”Presentasi tempat magang kamu itu?” sahut Ayahnya sinis.

”Iya.”

”Dapet apa kamu dari sana” sang Ayah berdecak saat pertanyaannya tak dijawab.

”Udah ayah bilang pilih SMA bukan SMK kamu anak pertama harusnya bisa kasih contoh yang bener buat adik-adik kamu. Ini jadinya kamu milih SMK kamu jadi urakan” intonasi Ayah yang meninggi membuat suasana meja makan memanas. Mamanya mengelus lengan sang suami mencoba menenangkan. Ode menggenggam sendoknya dengan kuat hingga urat-uratnya terlihat.

”Aku selesai” Ia pun meletakkan sendok makannya dan memilih kembali kamarnya.

Sang Mama terus memanggilnya tapi tak Ia gubris sama sekali. ”Dasar anak ga tau diuntung!” teriak sang Ayah.

Blam!

Ode menutup pintu kamarnya dengan keras setelah mendengar makian sang Ayah. Kakinya yang lemas membuatnya langsung terduduk dibalik pintu, Ia menangis mengacak rambutnya mencoba menghilangkan suara-suara aneh pikirannya serta makian sang Ayah.

Ting!

Ting!

Ting!

Ting!

Suara notifikasi chatting terdengar beruntun masuk ke handphonenya. Dengan perasaan yang masih campur aduk, Ia mencoba berdiri, meraih daun pintu lantas menguncinya. Dengan langkahnya yang lemah. Ia menuju meja belajar, dimana handphonenya tengah di charger. Ode pun menarik kursinya sebelum Ia menduduki, dengan mata yang masih berkaca-kaca Ode meraih handphone ber-case Doraemon itu tanpa mencabut chargernya, sesekali Ia terlihat mengusap jejak air matanya.

Seketika sudut bibirnya tertarik keatas membentuk sebuah kurva tipis, saat membaca pesan grup PKL-nya. Dengan lincah jemarinya membalas dengan ucapan terimakasih.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
La La LoveWhere stories live. Discover now