"Li, asli ini enak!" suguh Jennie setelah mencoba smoothie yang dijual di bazaar.
"Enakan mango ah. Watermelon lo aja."
"Tropical mango-nya 2, watermelon 1 ya kak," pesan Jennie pada counter tersebut.
Tak butuh waktu lama menunggu, minuman itu siap disantap. "Nih, satu lagi buat Vano. Bilangin my gratitude for him."
Terpampang jelas muka Lia yang secerah matahari. "Setiap hari gini kek, Jen."
"Pala lo! Minta Vano sana."
"Kok Vano?"
"Kan lo pdkt sama dia."
"Kok tau?" tanya Lia keceplosan. "EH― kok Vano?"
"Lo disuruh Ethan jaga booth terus minta bantu Vano jagain booth gue bareng dia kan? Modusnya bisaan banget temen gue," sindir Jennie tertawa.
"Ih yaudah sih sirik. Kayak lo gak pernah kasmaran."
"Emang gak pernah!"
"Terus Ethan siapa woi!?"
"Ayo," ucap Ethan tiba-tiba menarik lengan Jennie, membuatnya kaget.
"Tuh kan, gue bilang apa." Lia tersenyum penuh ledekan dari matanya. "Than, kabarin aja ya kalo udah jadian."
"Will not let you miss it," sahut Ethan setuju mengedipkan sebelah matanya. Tangan Ethan yang masih mengenggam lengan Jennie akhirnya membawanya keluar lokasi acara. "Mau kemana sih? Booth gue perlu dijaga."
"Vano sama Lia udah beresin, tenang aja udah. Mau dibayar kan utangnya?"
"Utang apaan juga?"
Ethan tidak lagi menjawab pertanyaan Jennie. Ia membukakan sisi pintu mobil sebelah kiri untuk Jennie, menaruh tangannya diatas atap mobil menjaga kepala Jennie.
Pintu tertutup dan sit belt terpasang. Kini mereka meluncur di tengah jalan raya yang cukup ramai sore hari. Sesampainya di sebuah tempat terbuka yang begitu luas, Jennie sudah tahu tempat apa yang dikunjungi.
"Aah! Are we really going to―" Jennie melirik sebentar ke kursi pengemudi dengan mata berbinar.
Ethan menatapnya balik setelah melepas sabuk pengaman. "We are."
Sangat sulit untuk menyembunyikan rasa antusias Jennie. Kakinya terus bergerak kecil menahan. Keduanya keluar beranjak dari mobil dan mulai menyewa sepeda diikuti angin sore yang meniup kencang.
Ethan mulai duduk di kursi sepeda , meletakkan kaki kanannya pada pedal sepeda dan kaki kiri menginjak tanah. "Mau kemana dulu?"
"Lewatin itu dong!" tunjuk Jennie pada jalanan pinggir danau luas.
Pelan-pelan mereka mendorong pedal sepeda, Jennie dan Ethan mengemudi dengan baik sambil melihat pemandangan indah hari ini bersebelahan.
"Bucket listnya udah terkabul satu ya," ujar Ethan.
"Jadi maksud lo ini utangnya?"
"Gue udah bilang dua hari lalu, gue bakal wujudin semuanya bareng lo. I keep my promise."
"I don't even know why you're being a different person right now."
"Awas!" teriak Ethan pelan.
Jennie membelokkan sepedanya mendadak, menghindari pesepeda lain yang melawan arah. Percakapannya sempat terhenti, kini Jennie kembali fokus melihat Ethan sudah lebih mendekatkan sepedanya.
"This is who i really am, Jen"
Jennie tidak lagi menjawab. Kesunyian menyergap jarak diantara mereka. Hingga Ethan akhirnya memutuskan untuk mendorong pedalnya lebih cepat.
"Duluan."
"THAN! AWAS LO TINGGAL!"
"PULANG SENDIRI!" teriak Ethan semakin kencang dari depan.
"KURANG AJAR! BALIK LAGI YA JIWA LAMA LO!"
Jennie ikut mempercepat kecepatannya mengejar Ethan. "Capek gila."
"Lemah."
"Apa lo bilang?!"
"Jelek."
"Lo lebih," sahut Jennie menjulurkan lidah.
Saat sudah hampir balik ke tempat awal mereka mulai, satu panggilan telpon menghentikan sepeda Jennie. Diikuti Ethan yang memberhentikan sepeda di samping Jennie, ia mengintip sekilas layar hpnya.
"Siapa?"
"Itu― mm, bentar." Jennie mengangkatnya dan melangkah dari dudukan sepedanya, berdiri.
"Halo?"
"Jen, lagi free gak?" tanya Gerald dari sambungan telpon.
"Mm―" Jennie menengok, menerima tatapan bertanya dari Ethan.
Siapa? Mulut Ethan berucap demikian tanpa mengeluarkan suara. Jennie bisa membacanya, tapi apa yang harus dia katakan sekarang?
―
thank youu buat semua yang gak jadi silent readers <3
btw kritik dan saran sangat diperbolehkan yaa
(aku juga butuh banget soalnya hehe)
YOU ARE READING
Bucket List
FanfictionSemua berawal dari ide Jennie yang menawarkan siapapun untuk bisa mewujudkan bucket listnya seperti orang "pacaran" di papan confess. Hanya satu yang bersedia, Ethan Alderick. Laki-laki yang tak pernah akur dengannya kini justru menjadi sosok yang s...
5 - first time in a while
Start from the beginning
