5

131 16 2
                                    

"Gimana kerjaan Kakak? Lancar gak?"

"Lancar kok, Hoon. Besok aku kerja lagi."

"Baguslah, eh, Kakak sudah makan belum?"

"Belum dari siang."

"Lho, kok belum? Bentar, aku siapin makanan dulu buat Kakak."

"Kakak kamu mana, Hoon?"

"Lagi mandi!" teriak Sunghoon dari arah dapur.

Tak lama Minho keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapih.

"Sunghoon!"

"Iya, Kak, sebentar."

Sunghoon memberikan makanannya pada Jay terlebih dahulu, setelah itu menghampiri Minho.

"Kakak berangkat, ya?"

Sunghoon mengangguk.

"Kakak hati-hati, ya! Kalau ada apa-apa hubungi aku."

Minho mengacak-acak rambut Sunghoon.

"Iya, kamu jangan begadang. Jay, tolong jagain Sunghoon, jangan sampai Sunghoon begadang."

"Iya," jawab Jay melihat interaksi kakak-beradik itu.

Sunghoon melihat wajah Jay yang sedikit ketakutan.

"Ayo, Kak, aku antar ke depan."

Diantar dengan Sunghoon sampai depan pintu, Minho pun menaiki motornya lalu pergi menuju tempat kerja. Sunghoon kembali memasuki rumah dan tak lupa untuk mengunci pintu.

"Kak Jay takut sama Kak Minho?"

"Tatapannya menakutkan."

Sunghoon tertawa.

"Kak Minho emang begitu. Aslinya dia baik, kok. Tak perlu takut. Dimakan makanannya, yang beliin Kak Minho, lho."

"Temenin aku makan ya, Hoon?"

"Boleh, dengan senang hati."

Sunghoon menemani Jay makan sambil mengobrol walaupun balasan yang Sunghoon dapat hanya gelengan dan anggukan.

Setelah makan, Jay mencuci piringnya ditemani oleh Sunghoon.

"Biasanya, Kakak jam segini ngapain?"

Jay tampak sedang berpikir.

"Jam segini biasanya aku sedang di perjalanan pulang bersama teman-temanku."

Sunghoon mengangguk lalu pergi ke kamar. Jay pun menyusul, ia takut sendirian.

"Kamu sedang apa?"

"Mau siapin seragam buat besok, besok sekolah."

"Sini aku seterika. Ada ga setrikaannya?"

"Ada di kamar Kak Minho."

Lalu Sunghoon ke kamar Minho. Melihat Sunghoon pergi, Jay pun membututinya dari belakang.

"Nih, Kak. Nyeterikanya di kamarku saja."

Jay mengangguk, mereka kembali ke kamar Sunghoon. Sunghoon menunjukkan tempat yang sering ia gunakn untuk menyeterika. Setelah itu Sunghoon membereskan buku-buku yang harus ia bawa besok.

Mereka melakukannya dalam diam, fokus dengan kegiatannya masing-masing.

Setelah semuanya selesai, mereka berdua memutuskan untuk berbaring di ranjang. Jay yang berkeringat karena panas yang dihasilkan oleh seterika, beruntung ada kipas angin yang membuatnya tak kepanasan lagi.

"Apakah aku akan sendirian besok?"

Sunghoon menoleh.

"Tidak, ada Kak Minho."

"Aku masih canggung dengannya."

"Kak Jay harus sering mengobrol dengan Kak Minho, aku yakin kalian bisa dekat."

"Akan aku usahakan."

Jay menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Jay tidak bisa sendirian tanpa orang di sisinya. Maka dari itu, Sunghoon akan dekat dengan Sunghoon sebisa mungkin. Tapi, besok Jay akan sendirian. Ya ... walaupun hanya beberapa jam, itu cukup sulit untuk Jay.

"Oh, Sunghoon, kakakmu umur berapa?"

"Kak Minho umurnya dua puluh delapan tahun."

"Dua puluh delapan? Aku pikir umurnya tidak jauh berbeda dengan umurku."

Sunghoon tertawa.

"Kak Minho awet muda karena orangnya baik, murah senyum. Terus Kak Minho juga pintar, makanya hidup kami tercukupi. Entah bagaimana hidupku tanpa dirinya."

Jay menatap wajah Sunghoon. Jay ingin seperti Minho. Ia juga ingin menjadi kakak yang baik untuk Sunghoon, menjadi bagian terpenting dalam hidupnya.

"Apa kamu sudah siap?"

"Siap untuk apa?" jawab Sunghoon menatap balik Jay.

"Untuk bernyanyi di hadapanku."

Sunghoon menggeleng.

"Sepertinya tidak akan pernah siap."

"Kenapa?"

"Aku malu."

"Aku mengerti, kita memang tidak terlalu dekat. Maka dari itu kamu masih malu denganku."

Sunghoon kembali menatap langit-langit.

"Kak Jay mau tidur?"

"Iya, capek."

Jay membenarkan posisi tidurnya menghadap Sunghoon.

"Tidur, Hoon, jangan begadang."

"Kak Jay juga tidur, jangan mikirin yang macam-macam. Um ... Kakak kalau dilihat dari dekat ganteng juga."

"Apa maksudmu berkata seperti itu, Sunghoon?"

"Aku memuji Kakak. Salah, ya? Sepertinya aku harus bilang Kak Jay, cantik ... ?"

"Sunghoon!"

"Jangan marah dong, cantik. Iya, nih, aku tidur."

Lalu Sunghoon menutup matanya. Jay mengelus rambut Sunghoon.

"Anak yang satu ini ada saja tingkahnya. Good night, Sunghoon."

Jay pun menyusul Sunghoon pergi ke alam mimpi.





























to be continue

ki kasih tau, ya, cerita ini ga bakal panjang ....

Phobia [jayhoon] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang