Prolog

21.9K 1.6K 191
                                    

**cuap cuap author : ga usah banyak bacot la yah Wak, langsung baca aja. Intinya ya gitulah. Jangan tegang, cukup ekhem aja yang tegang hehe^^

Ya pokoknya jangan pelit vote dan komen. Nomin ga pelit moment kok, cuma pelit selca aja belakangan hehe.

*********

BYURRR!!!
Jaemin terkesiap dari tidur lelapnya saat Papanya datang dan langsung mengguyur wajahnya dengan se ember air. Dia sontak terlonjak dari tidurnya dan terduduk diatas ranjangnya seraya mengusapi wajahnya.

“Bangun!”

Omelan pagi Winwin terdengar nyaring memekakkan telinga mereka. Dia masih mengusapi wajahnya dan menetralkan pandangannya yang mengabur.

Telinganya menangkap kebisingan bersumber dari ember yang dibanting ke lantai, setelah ia mendapatkan seluruh pandangannya. Dia lihat Papanya berdiri didepannya dengan bermacak pinggang. Sementara ember yang dibawanya untuk mengguyur Jaemin sudah tergeletak dilantai.

“Dasar anak malas. Bangun! Sudah siang! Cepat bersihkan rumah” Omel Winwin.

Jaemin menarik nafas hingga pundaknya turun. Dia lihat Papanya itu sudah berjalan keluar dari kamarnya. Ekor matanya bergerak melihat ranjangnya yang basah lalu segera beranjak dari sana.

Jaemin menarik sprai dan selimutnya lalu bergerak membuka jendela agar cahaya matahari dapat masuk dan mengeringkan ranjangnya.

Selalu seperti ini setiap pagi, jika dia terlambat bangun sebentar saja. Winwin akan datang membawa seember air lalu mengguyur wajahnya agar ia terbangun lalu berakhir mengomel.

Untuk hari ini, sepertinya Papanya tidak dalam mood yang baik untuk mengomel. Biasanya, pria jangkung itu akan memarahi Jaemin sejak kakinya melangkah keluar kamar putranya hingga ia siap berangkat menuju butiknya.

Jaemin menyambar katamatanya di atas meja dan setelah membersihkan diri, dia berjalan keluar dari kamar. Matanya melirik jam dinding di dapur dimana waktu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.

Ini masih terlalu pagi bagi Papa untuk mengomel.
Dia melihat rumah masih dalam kondisi bersih, setelah kembali bekerja tadi malam. Dia langsung membersihkan rumah berharap pekerjaan paginya akan berkurang. Tapi tetap saja, seolah ada alasan bagi Winwin untuk memarahinya. Selalu ada celah kesalahan pria itu.

Dia menatap sosok pria lain bertubuh mungil disana tengah duduk manis, sudah cantik, wangi dan mengenakan pakaian rapi tengah asik menyantap roti dengan selai strawberrynya.

Siapa lagi kalau bukan Na Renjun. Adiknya yang menjadi kebanggaan keluarga ini.
Ah~ dia juga kebanggaan Ayahnya tapi itu sepuluh tahun yang lalu sebelum pria Jepang itu meninggalkan keluarganya karena penyakit asam lambung.

Sejak hari itu, dunia Jaemin berubah.
Tak ada lagi yang menyayanginya. Papanya memperlakukan dia seperti pembantu, dipaksa melakukan pekerjaan rumah sebelum berangkat sekolah.

Menjadikan Renjun bak primadona karena bagi Winwin, Renjun itu cantik sepertinya. Pintar juga.
Lalu bagaimana dengan Jaemin?
Dia hanya anak laki-laki yang begitu sederhana. Penampilannya tidak modis, terkesan polos atau bagi Winwin justru sangat culun. Apalagi pria itu mengenakan kacamata sekarang.

Bahkan sejak lulus sekolah menengah atas, Winwin berhenti membiayai sekolahnya. Dia harus bekerja part time untuk biaya kuliahnya. Lalu Renjun? Jangan ditanya, bahkan dia saat ini bekerja disebuah perusahaan besar berkat Winwin yang mengenal seseorang yang suka berbelanja di butiknya.

Jika diceritakan betapa tidak adilnya sang Papa pada Jaemin, hanya akan menimbulkan luka. Selalu saja “Beauty Previllage” menjadi topik utamanya.

Jaemin berjalan melewati sang adik yang sibuk menyantap rotinya. Sebenarnya dia tidak tahu mau melakukan apa karena dia sudah mengepel rumah tadi malam.

Minderella [NOMIN]Where stories live. Discover now