Chapter XLV (Memory & Promise)

Start from the beginning
                                        

"Ra-Rabbit?! Ka-Kau—"

"Cepat katakan apa maumu atau aku tutu—!"

"Tunggu! O-Oke, aigo! Wait! Kamjagiya! God! Sebentar!"

"Tiger! Kau—"

"Aku akan mengirimnya lewat email saja! White Dog bisa membacanya setelah kalian selesai dengan apapun itu yang sedang kalian lakukan! Aku tutup!"

Bersamaan dengan terputusnya sambungan telepon itu, Jaemin tidak mampu menahan desahannya saat merasakan Jeno kembali menggerakan pinggulnya untuk memanjakan gairahnya. Rasa kesal yang sempat mendera dirinya akan gangguan dari Mark pun perlahan melebur bersamaan dengan gerakan Jeno yang semakin cepat dan tajam. Mungkin ada sekitar sepuluh kali tusukan itu terjadi hingga pada akhirnya Jaemin sengaja menggigit bahu Jeno demi merendam desahannya saat merasakan bagaimana hangatnya cairan milik Jeno yang kini memenuhi "hole"nya hingga meluber ke atas seprai. Tak hanya itu, Jeno turut mengecup leher jenjang Jaemin saat menyadari jika dirinya berhasil membuat Jaemin klimaks entah sudah ke berapa kalinya pagi ini.

Drrrrtttt!

Diiringi suara ponselnya yang lagi-lagi bergetar oleh karena sebuah pesan yang mungkin saja dari Mark itulah, dengan sisa kekuatan yang ada Jeno sengaja membaringkan tubuh Jaemin sepelan mungkin di atas ranjang bagaikan meletakan porselen sebelum memberikan sebuah ciuman manis dan lembut di bibirnya. Jeno turut melemparkan senyuman teduh pada Jaemin yang turut membalas senyumannya dengan senyum tipis sebelum menarik kembali "milik"nya dari hole Jaemin dalam sekali gerakan yang tidak terlalu cepat. Bersamaan dengan desahan kecil yang lagi-lagi meluncur dari bibir Jaemin akibat perilakunya itu, Jeno menyempatkan diri untuk mengelus surai Jaemin sebelum tangannya yang lain meraih ponselnya yang sempat terabaikan di sudut ranjang.

"Nana..."

Jaemin yang masih menikmati sisa-sisa klimaks miliknya hanya bisa memandang Jeno dengan tatapan bingung usai menemukan raut wajah Jeno agak tidak bisa terdeskripsikan usai membaca pesan tersebut. Jeno sendiri yang memahami reaksi Jaemin lantas segera menyampaikan informasi yang diperolehnya.

"Si Nomor Dua berhasil ditemukan."

DEG!

Jaemin bahkan tidak menyangka tubuhnya yang masih terasa lemas itu pun mampu bergerak cepat untuk terduduk di atas ranjang usai mendengar perkataan Jeno. Dengan ekspresi wajah yang turut tidak terdeskripsikan, Jaemin segera merampas ponsel milik Jeno tersebut demi memastikan isi pesan tersebut dengan kedua bola matanya sendiri. Jaemin bahkan tidak menyangka remasan jemarinya pada ponsel milik Jeno itu akan begitu erat seolah-olah Ia mampu menghancurkannya dalam sekali genggaman kuat.

"Sial...." desis Jaemin seketika, "Kenapa hanya kau dan Jisung yang ikut dalam misi ini?!" protesnya merasa tidak terima.

Bagaimana tidak?

Jaemin juga ingin memberi pelajaran pada siapapun itu bedebah yang telah membuat hidup sahabatnya dan dirinya sangat sengsara!

"Nana..." panggil Jeno dengan nada lembut demi meredakan emosi Jaemin yang mulai memuncak, "Aku pikir Mark memberi keputusan yang tepat," lanjutnya sambil mengelus sisi wajah Jaemin, "Keselamatan Haechan juga Chenle adalah prioritas, dan menempatkanmu dan Renjun di sisi mereka menurutku adalah keputusan yang paling sesuai karena kalian berada di Eclipse."

"Tapi—"

"Nana, hei," panggil Jeno lagi sembari menangkup kedua sisi wajah Jaemin dengan kedua tangannya, "Ada kemungkinan nyawa mereka akan dalam bahaya jika tidak ada satupun di antara kita untuk menjaganya dari dekat," lanjutnya sambil mempertemukan kening mereka, "Lagipula aku tidak rela membiarkanmu ikut dalam misi berbahaya seperti ini," ucapnya seraya mengecup bibir Jaemin dengan lembut, "Aku tidak mau kehilanganmu untuk kesekian kalinya."

Uh.

Jaemin hanya bisa memanyunkan bibirnya usai mendengar perkataan Jeno yang terlampau masuk akal meski terdengar agak cheesy tersebut.

Sial.

Jaemin tahu jika Jeno pasti memiliki seribu cara untuk menenangkan emosinya, namun tetap saja Jaemin tidak bisa membohongi kata hatinya yang benar-benar ingin menghajar siapapun itu ekor dari Si Nomor Dua dengan kedua tangannya sendiri. Tapi apalah daya, perkataan Jeno dan keputusan dari Mark mungkin memang langkah terbaik untuk tindakan kali ini.

"Ck, kau harus berhasil menyeret bedebah sialan itu atau aku tidak akan mau bertemu orang tuamu sesuai janjiku."

Jeno lantas tersenyum lembut sebelum kembali mengecup bibir Jaemin.

"Akan aku pastikan kau bertemu dengan orang tuaku sesegera mungkin," ucap Jeno diakhiri kekehan kecil.

Jaemin hanya mendengus sebelum melepaskan diri dari segala pegangan Jeno.

"Aku akan membantumu bersiap."

Namun niat dan pergerakan dari Jaemin pun tertahan seketika saat kedua tangan Jeno kembali melingkar di pinggangnya dari belakang.

"Nana..." bisik Jeno tepat di daun telinga Jaemin, "Masih tersisa banyak waktu sebelum aku pergi," lanjutnya sembari mengecup leher Jaemin dengan ringan, "Apa kau tidak berminat melakukan ronde keempat denganku?"

Jaemin hanya bisa meneguk ludahnya tanpa bisa berkata apapun saat Jeno langsung membawanya bibirnya dalam ciuman memabukan entah untuk keberapa kalinya pagi itu.

Sial, mana mungkin Jaemin bisa menolaknya?

-

-

-

To be continued...
(May 15, 2022)
Mind to vote and comment? <3

ReverseWhere stories live. Discover now