DEG!
DEG!
DEG!
Saking syoknya dengan pandangan macam apa yang tertangkap retina matanya itu, Haechan bahkan tidak menyangka jemarinya yang sempat menahan mulutnya agar tidak muntah pun kini telah beralih untuk meraih bingkai foto tersebut. Sungguh, Haechan tidak mampu untuk tidak meraihnya demi memastikan sendiri isi dari bingkai foto itu dengan seksama.
A-Apa...
Apa ini...?
Kenapa... ada foto Haechan bersama Mark di dalamnya...?
Dan kenapa... ada tulisan nama Hyungie dan Hyuckie di sana...?
***
"Nono... yaah..."
Jeno terus menggerakan pinggulnya lantaran ingin mendengar lebih banyak desahan dari Jaemin yang kini terlihat begitu menggairahkan di pangkuannya. Bahkan desahan napas dari Jaemin yang terus-terusan menimpa wajahnya seakan menjadi pengiring yang begitu sempurna saat lidah mereka saling membelit satu-sama lain. Sungguh situasi yang terlampau panas untuk memulai pagi hari yang mendung dengan suasana dingin akibat butiran air yang masih berjatuhan menghantam Bumi.
"Nana..."
Jeno sengaja membaringkan tubuh Jaemin di ranjang hanya untuk mengangkat paha Jaemin agar mengantung di lengannya selama pergerakan di bagian bawah tubuhnya semakin intens. Bahkan dari remasan tangan Jaemin yang terasa begitu kuat di bahunya itu pun, Jeno tahu jika Jaemin sama sekali tidak keberatan saat dirinya mempercepat pergerakan miliknya yang telah memanjakan hole Jaemin untuk ketiga kalinya dalam senggama pagi mereka kali ini.
"Jeno! Akuu... uhhh!"
Drrrrrttt! Drrrttttt! Drrrrrt!
Sudah ke lima kalinya suara getaran tersebut menggema memenuhi seluruh pelosok kamar Jaemin tersebut. Di saat itu pula, baik Jeno dan Jaemin hanya bisa saling berpandangan di sela-sela napas mereka yang saling memburu. Awalnya Jeno berniat untuk mengabaikan kembali suara ponsel tersebut lantaran Ia benar-benar tidak menyukai saat aktivitas seksualnya dengan Jaemin terganggu dengan cara seperti ini. Namun entah apa yang mendorongnya kala itu hingga pada akhirnya Jeno kembali membawa Jaemin ke dalam pangkuannya hanya untuk beringsut menuju ke meja kecil yang terletak di samping ranjang Jaemin dan meraih ponselnya yang sangat ribut.
Bertepatan dengan manik Jeno yang menangkap nama alias tidak asing yang terpampang di layar ponselnya itulah, Ia hanya bisa meminta maaf pada Jaemin melalui pagutan singkat sebelum mengangkat panggilan tersebut.
"Tiger, kau harus punya alasan yang bagus kenapa menggangguku sepagi ini."
"Ya! Apa maksudmu?! Dan apa-apaan nadamu itu?!"
"Tiger, aku... uhh."
Jeno segera menjauhkan ponselnya saat merasa Ia tak mampu menahan desahannya usai menyadari jika Jaemin tampak menggerak-gerakan bongkahan persiknya untuk memanjakan "milik"nya yang masih tertanam di hole Jaemin.
"White Dog... kau... sedang apa...?"
Belum sempat Jeno mampu membalas perkataan Mark dengan nada syok tersebut, pergerakan dari Jaemin yang langsung merampas ponsel milik Jeno pun berhasil membuat Jeno lumayan panik saat menemukan kondisi Jaemin yang terlihat akan mengantikan dirinya berbicara di sambungan telepon itu.
"Dasar pengganggu sialan! Apa maumu?!"
Benar saja, Jeno hanya bisa memeluk Jaemin cepat dengan harapan mampu meredakan rasa kesal Jaemin yang terbias begitu kentara dari nada bicaranya usai benar-benar membalas sambungan telepon tersebut.
YOU ARE READING
Reverse
Fanfiction"Bisakah kau berhenti membuatku semakin jatuh padamu?" "Tidak akan. Bahkan semesta telah menuntunmu agar terjatuh padaku. Untuk apa aku melawan takdir?" *** Berawal dari kesalahpahaman "panas" yang tidak sengaja tercipta di salah satu ranjang ruang...
Chapter XLV (Memory & Promise)
Start from the beginning
