CHAPTER IX

1K 66 1
                                    

Aldi mengernyitkan keningnya saat merasakan Rizal yang tidak kunjung kembali ke dalam. Padahal sekarang sudah malam, Rizal sudah cukup lama izin ke balkon untuk merokok dari siang tadi. Tapi sampai sekarang belum kembali.

Aldi hanya bisa mendengus memikirkan Rizal yang tidak berhenti merokok, tidak tau dia sudah menghabiskan rokonya berapa banyak. Tidak ingin Rizal lebih lama beranda di balkon Aldi memanggil Rizal agak masuk ke dalam dan berhenti merokok.

"Zal!!!, Kok di balkon lama banget ngapain si. Kesinih coba!" Teriakan Aldi tidak ada tanggapan dari Rizal.

"Zal hei!!"

Merasa tidak ada tanggapan, Aldi pun menghampiri Rizal dibalkon. Terlihat punggung Rizal dari balik jendela dia sedang duduk di kursi menghadap ke depan, sambil sesekali menghisap rokoknya.

Melihat itu Aldi semakin mempercepat gerakannya untuk menghampiri Rizal "Zal kamu dipanggil kok gak nyaut si?" Selepas sampai, Aldi langsung memanggil Rizal tetapi tetap tidak ada tanggapan.

Merasa aneh, Aldi kembali memanggil Rizal dan menepuk pundak nya "Zal, kenapa?" Merasa ada yang menepuk pundak nya Rizal pun tersadar dari lamunannya.

"Oh, kenapa yang kesini?" Rizal terlihat bingung dengan kedatangan Aldi disitu.

"Loh kamu yang kenapa?, Aku panggil dari tadi kok gak nyaut malah bengong disini".

"Oh itu, gak denger gua tadi".

"Iya lah gak denger, kemu Kenapa bengong?".

"Gak kenapa-kenapa gua yang".

Aldi yang mendapat jawaban seperti itu hanya mendengus, diliriknya kearah meja terlihat asbak yang yang hampir penuh dengan putun rokok dan rokok yang terisi di bungkusannya sisa 2 batang.

Aldi berjalan mendekati Rizal, dan menduduki paha Rizal menyamping. "Gapapa gimana? Kamu dari tadi dipanggil gak nyaut"

"Gak kenapa-kenapa gua yang, kenapa si".

"Ya terserah kamu lah, terus ini apaan ngerokok dari siang sampe malem udah mau habis sebungkus. Mau cepet mati kamu?!". Dengan sinis Aldi menanyakan ini kepada Rizal.

Rizal yang mendengar itu sedikit meringis, melihat asbak yang memang sudah penuh. Dia tidak menyadari sudah berapa lama dia dibalkon.

"Ya maaf, gak lagi deh gua ngerokok sampe segini. Lagian semuanya bakal mati kali yang bukan cuma karena rokok".

Aldi mendengus jengkel mendengar jawaban nyeleneh dari Rizal. Dipukulnya dada Rizal dengan cukup keras hingga terdengar bunyi yang cukup nyaring.

"Kamu bisa serius gak si Zal?".

"Sehh, sakit yang mukul Mulu lu anjirr" ucap Rizal sambil meringis. Pukulan Aldi tidak main-main rasanya cukup membuat nya merasa sesak.

"Gagal jantung gua lama-lama gara-gara elu yang" ucap Rizal setelah merasa baikan.

Mendengar itu, Aldi gelagapan mendengar ucapan Rizal "enggak lah"

Rizal ternyum tipis melihat Aldi, lucu aja gitu ngejailin ni anak. Merasa gemas Rizal menyiumi seluruh muka Aldi Hinga sang empunya merasa risih.

"Zal diem ah" Aldi mencoba menghindari ciuman Rizal dengan tangannya dan merasa tidak berhasil Aldi mencoba turun dari pangkuan Rizal.

Rizal yang merasa Aldi ingin turun dari pangkuannya pun menahan pinggang Aldi dan melepas ciumannya.

"Yang jalan, nyari angin yok".

"Hah, ngapain?". Aldi merasa heran dengan tingkah random Rizal yang terkadang memang suka aneh permintaannya.

"Ya jalan aja, kalo pantat udah panas baru nyari makan terus pulang".

Tanpa menunggu jawaban Rizal Aldi langsung mengangkat Aldi dan membawanya kedalam untuk mengambil jaket, kunci motor dan helm.

Setelah siap mereka berdua langsung berjalan kearah basement ke tempat motor Rizal terpatri. Setelahnya Rizal dan Aldi menunggangi motor Honda CBR 250R yang berwarna hitam untuk membelah jalan ibu kota.

Rizal terus meningkatkan pacuan motor sport nya, Rizal terlihat melampiaskan emosinya dengan memacu adrenalinnya. Ia hanya melambatkan laju nya ketika ada lampu merah.

Aldi merasakan ada yang aneh pada Rizal, seperti ada yang disembunyikan. Terlihat dari saat ia melamun dibalkon dan tiba-tiba mengajaknya pergi hanya untuk menunggangi motor.

Aldi semakin mengeratkan pelukannya saat Rizal meningkatkan pacuannya hingga 120 km/jam. Jalan cukup senggang saat ini, tidak sepadat biasanya.

Aldi yang sedang menatap kedepan melihat sepasang kekasih. Mereka membawa motor sport sama sepertinya, sebuah ide muncul di pikirannya.

"Zal depan?" Suara Aldi Terdengar dari alat
intercom yang terpasang di helm masing-masing mereka untuk alat komunikasi.

Mendengar itu Rizal langsung melihat kearah yang ditunjuk Aldi dimana sepasang kekasih yang membawa motor sport nya dengan santai.

"Dapet apa gua kalo menang?" Sahut Rizal menantang.

"Dapet aku"

kekehan kecil Rizal terdengar oleh Aldi melalui alat intercom "oke".

Setelahnya Rizal menaikan kembali kecepatannya untuk menyusul sepasang kekasih tersebut. Setelah sampai disampingnya, Rizal membuka visor helm iridiumnya dan melirik lelaki tersebut.

Merasa tertantang lelaki tersebut langsung menaikan kecepatannya. Sedangkan Rizal yang merasa disambut hanya menyeringai dan menaikan kecepatannya.

Rizal kambali menyusul sepasang kekasih tersebut dan tertinggal jauh di belakang motor. Rizal terus memacu motor nya untuk mengelilingi kota hingga puas, meninggalkan sepasang kekasih yang sepertinya sudah memilih mengalah.

Setelah 2 jam lebih akhirnya Rizal memilih untuk mencari tempat makan untuk mengisi perutnya yang kelaparan.

"Yang mau makan apa?".

"Pecel ayam yang depan taman aja".

Mendengar itu Rizal langsung menuju ketempat makanan yang dinginkan oleh Aldi.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC

CAMARADERIE (COMPLETED)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora