3. You'll Never Be Alone ^^

88 8 0
                                        

Ini hari Kamis, hari bertugas Haruto sebagai supir dari bonceng tiga anggota 'We Bare Bears'.

Dilihatnya langit yang mendung, berharap kedua temannya cepat pulang.

Namun yang dilihatnya Jeongwoo keluar dari gedung bertingkat itu terburu-buru, tidak ada tas, juga Jungwon.

Jeongwoo meminta Haruto untuk masuk ke dalam, yang jelas ditolak oleh si pemuda jangkung.

"Malu..." Ucap Haruto.

"Ya elah, sama siapa sih? Udah, gue sama Jungwon ada kelas tambahan bentar, lo tau sendiri gue sama Jungwon gak bisa kimia." Jelas Jeongwoo dengan tangan di pinggang.

"A-aku malu, Woo..."

"Musti gue daftarin les juga apa? Biar gak malu?"

"..."

Jeongwoo tanpa basa-basi menarik tangan Haruto yang lekas menarik kunci motornya. Helm masih melekat di kepala, menambah dimensi tinggi Haruto.

Dilihatnya wajah-wajah yang cukup familier, ada Wonyoung, Doha, Harry dan Jinni. Tentunya Jungwon juga.

Wonyoung jelas duduk paling depan, tangannya menulis-nulis entah apa. Harry melihat papan tulis dari layar ponsel, memicingkan matanya sekecil mungkin, rupanya anak itu belum juga mengunjungi dokter mata.


Haruto bosan setengah mati, Jeongwoo sudah mengajaknya untuk ikut, namun dari gerak-gerik pengajar, pria muda itu tampak tidak nyaman jika Haruto ikut. Tentunya, dia bukan siswa di sana.

Jadilah Haruto bermain gawai, semua medsos sudah dilihatnya dan tidak ada satu pun yang seru.

Sialnya lagi, baterai ponsel Haruto tersisa 10%.



Jeje

woo, kamu bawa charger gak?

gakk

oke makasih


Jungwon

won, kamu bawa charger gak?

Enggak, To

oke makasih

Na Doha XI-3

doha maaf, kamu bawa charger gak?

waduh
enggak to
maaf yaa

iya gapapa


Han Harry June XI-3

harry maaf, kamu bawa charger gak?

yah kebetulan gue lagi kaga bawa bos

oke makasih


Haruto takut kepada Wonyoung, belum juga begitu mengenal Jinni.

Haruto meringis membaca ramalan bahwa ponselnya akan mati dalam 15 menit. Pasalnya langit sudah mendung, namun Jeongwoo dan Jungwon masih tekun belajar meski sambil menggaruk tengkuk kebingungan.

Haruto bersumpah dia juga benci kimia.
























"Dek, ini punya kamu bukan?"

"Bukan, Pak..."

"Adek yang motor nmax itu, kan?"

"Iya, Pak, itu motor saya..."

"Saya nemuinnya di sana, mungkin punya teman adek, soalnya mau hujan, takut basah dek..."

"Oh, i-iya, makasih, Pak..."

Bersamaan dengan petir menyambar dan hujan mengguyur deras, Haruto membaca pesan yang tertera di plastik bening tersebut.

Untuk temanku tersayang.

Ditulis dengan tinta merah, turut menyertakan charger yang masih baru.

Petir menyambar lagi, Haruto menatap plastik itu penuh tanya.

Mau tidak mau mencolok kepala charger ke soket listrik terdekat. Benar-benar masih baru.




Sekelebat ingatan tentang makan gratis, payung, dan charger yang diberi dari orang yang mengaku temannya membuat bulu kuduknya merinding.

Haruto menyapu pandangan. Memastikan ia sendirian, teknisnya berdua dengan bapak satpam tadi.

Siapa yang menganggu hidup Haruto beberapa hari ke belakang?

EllipseWhere stories live. Discover now