Chapter 14 [END]

1.5K 87 66
                                    

_Minah Hartika_

"Kuharap Anda mengerti, dan tak lagi berfikir pendek seperti itu. Ingatlah usia Anda. Saya yakin ibu sayapun tak akan menyenangi perbuatan Anda.."

"Saya mengerti. Dia temanku. Kau putra tercintanya. Lalu, bisakah kau sampaikan salamku padanya?"

Untuk kesekian kalinya Xiao Zhan tersenyum. Ditatapnya seorang wanita yang baru saja bertanya padanya itu. Ia tetap tersenyum saat berkata: "akan kusampaikan bila aku bertemu dengannya kelak.."

"Aku ingat! Bukankah katamu, Semua jalan hidup kita telah ditentukan oleh Tuhan? Kau tak boleh menyesalinya, Ge!"

[CHAPTER 14]

Menginjak awal-awal tahun yang baru. Tahun yang lebih cerah dari tahun sebelumnya. Setidaknya ini terukir di wajah seorang pemuda bernamakan Wang Xiao Zhan. Sebelumnya, memang ada begitu banyak hal sulit yang dilaluinya. Sakit- sakit yang bahkan tak mampu ia rasakan. Ada banyak duka dan luka, baik itu menimpa tubuhnya maupun jiwanya. Kini?

Ia mampu berjalan dalam keringanan di tiap langkahnya. Menapakkan kakinya dalam damai, di atas tanah bertabur dedaunan kering yang berjatuhan dari sebuah pohon yang seperti mengering. Meski indah terlihat, saat dedaunan itu berguguran dan menghujani dirinya.

Jangan lupakan udara sejuk yang ia hirup sepuasnya. "Segarnya!"

Ia tengah menghabiskan waktunya seorang diri. Berjalan di sekitar gerbang luar sekolahnya. Sekedar mencari udara segar, setelah sekian lama ia menghabiskan waktunya untuk belajar, karena akan menghadapi ujian untuk masuk universitas di beberapa bulan mendatang. Pertanda bahwa sekolahnya akan berlanjut ke jenjang berikutnya.

"Tapi kolam ini dalam! Kau bisa tenggelam! Kita cari ranting yang panjang saja!"

Saat sedang berjalan, Xiao Zhan mendengar suara ribut-ribut kecil yang berasal dari kolam yang nampak keruh, terletak di sisi jalan yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Dilihatnya dua orang bocah laki-laki nampak tengah berdebat, mungkin membincangkan sebuah bola yang kini terapung di tengah kolam.

Zhan menghampiri keduanya. "Ada apa?" tanyanya dengan ramah. "Perlu bantuanku?"

Kedua bocah itu saling memandang aneh pada awalnya. Memandang Zhan yang hanya tersenyum ke arah mereka. Mungkin mereka segan, mengingat sosok Zhan, adalah seseorang yang belum mereka kenal sebelumnya. Namun, satu bocah yang ada menyikut lengan kawannya. Entah dengan maksud apa.

Zhan mengernyit bingung. "Kalian ingin mengambil bola itu, hm? Ingin gege ambilkan?"

Salah satu di antara mereka akhirnya mengangguk kaku. "Kami minta tolong, ya ge?!" pintanya dengan satu cengiran kaku. Membuat Zhan gemas dan lalu mengacak rambut bocah tersebut.

Maka Zhan tak lagi banyak bicara. Sempat ia mengira-ngira, sedalam apa kolam di hadapannya tersebut. Mungkin ia berniat berenang untuk mengambilnya. Namun, keadaan air yang begitu keruh, hijau dan penuh dengan benda-benda aneh, dan mungkin ada juga binatang di sana, membuatnya urung. Ia segera meraih sebuh ranting kayu yang cukup panjang.

Di ambilnya posisi berjongkok, dan berpegangan pada sebuah batu. Satu tangan dengan ranting dalam genggamannya mulai terulur untuk menggapai benda bulat di tengah kolam. Cukup lama, membuat mata Zhan mengerjap pelan, lantas keningnya mengerut.

AGEUSIA [Remake]Where stories live. Discover now