Chapter 9

577 57 20
                                    

_Minah Hartika_

"Bukan! Aku tak benci! Aku hanya kesal karena hanya aku yang tak tahu! Aku yang dibodohi! Kalian seolah menyatakan secara langsung bahwa sejak awal, aku adalah orang asing yang tak tahu apa-apa! Dan aku benar-benar merasa buruk karenanya!"

"Aku tak mengenal rasa sakit itu!"

"Seharusnya tak boleh ada kematian! Tidak ada kematian!"

[CHAPTER 9]

Hujan turun dengan sangat derasnya. Suhu udarapun menjadi dingin seketika. Namun tak membuat Zhan bergeming dari tempatnya. Terduduk dengan memeluk lututnya di sisi ranjang milik sang kakak. Wajahnya begitu murung tersorot sisa cahaya dari arah luar.

Bahkan kedatangan Yibo tak digubrisnya. Yibo yang lalu meniru tingkahnya. Terduduk di atas lantai, meski posisi kakinya terlentang lurus, tergolek di lantai. Perlahan ia merebahkan tubuhnya pada sisi ranjang. "Kau benar-benar marah?" ucapnya dengan satu pertanyaan bodoh.

Xiao Zhan mendengus sebal karenanya. Ia masih sibuk menekuk wajahnya semenjak berpuluh menit yang lalu. Tepatnya setelah dirinya tahu bahwa..

"Kalian menipuku huh?! Mengatakan hal buruk tentangnya? Ini sama saja artinya memaksaku pulang! Ucapanmu tak dapat kupercaya ge!"

"Maafkan gege dan A-Cheng. Kami melakukannya demi kebaikanmu Zhan.."

Xiao Zhan mendelik tajam. "Benarkah?! Bukan untuk kebaikan Chengxin? Atau demi kebaikanmu sendiri?" tuturnya tajam. Ia terlihat malas untuk kembali berkata. Di matanya itulah yang terjadi. Dari sisi mana dapat terlihat jika itu semua untuk dirinya?

"Tapi gege yakin kau akan aman di sini. Bersama kami. Gege akan.."

"Hentikan!" hardik Zhan dalam bisikan tajamnya. Ia tatap Yibo dengan gurat pedih di wajahnya. "Berhenti bersikap seolah-olah kau mengerti aku! Berhenti menganggap semua akan lebih baik jika semua dilakukan berdasarkan keinginanmu!"

Yibo tak dapat lagi berkata. Iapun menjadi ragu akan tingkahnya selama ini. Hanya desahan kecil yang terlihat. "Aku hanya menyayangimu Zhan.."

Kini berganti, Zhan terlihat diam. Diam bukan dalam artian menyesal. Namun tak ingin mengertikan ungkapan sang kakak. Ia hanya berusaha membuang wajahnya ke arah lain. Ia mengakhiri percakapan tersebut dengan wajah yang belum membaik. Masih menekuk tajam.

Memakan beribu detiknya, beratus menitnya bagi Zhan untuk dapat menutup matanya. Tertidur meringkuk di atas lantai yang dingin. Tak apa toh dia tak merasakan dingin itu. Sapuan nafasnya mengenai lantai dan menciptakan embun-embun kecil di sana. Menandakan bahwa cuaca memang benar-benar dingin. Namun aneh karena Zhan terlelap di sana.

Satu sosok nampak muncul dari ambang pintu. Sosok yang pada awalnya hanya mengamati di balik celah pintu. Kini ia menampakkan dirinya secara utuh dan menghampiri Zhan yang terlelap. Jangan lupakan selembar selimut cukup tebal yang kemudian ia gunakan untuk menutupi tubuh Zhan.

Tak ada kata tertuang. Hanya saja tak lama berselang, hadir Yibo yang menatapnya sekilas. Lalu menatap Zhan di lantai berserta selimut barunya. Saat itu sebuah senyum tulus terukir di bibir Yibo. Lagi, keduanya saling menatap dalam pandangan berbeda.

"Kau ingin tidur di sini bersama kami Xin?" tawar Yibo kemudian.

"Tidak!" jawab Chengxin dengan ketus dan mulai menuju arah pintu.

AGEUSIA [Remake]Where stories live. Discover now