1 - Robert

12 3 0
                                    

Dua malam sebelum kedatangan Asher...

"Aku sudah melanggar aturan Langit yang paling utama."

Aku menghela nafas panjang melihat sosok Gabriel—sahabat baikku selama di Langit—yang tanpa aba-aba melenggang masuk dalam kamarku. Aku sendiri tidak tahu kapan dia bertandang ke rumahku. Gabriel tidak menjawab pertanyaanku, memilih menghempaskan tubuhnya pada pinggir ranjangku.

"Aku cuma mau titip Asher."

Belum menjawab, Gabriel sudah kembali berbicara. "Aku mencintai dia, tapi rencana kami sudah gagal total. Ingat Brisia?"

Aku mengangguk. Ya, aku ingat wanita gatal itu. Wanita yang selalu menempel seperti lintah di samping Gabriel. Tak segan-segan menyingkirkan wanita lain yang berani melangkah mendekati Gabriel-nya.

"Brisia muncul tiba-tiba. Brengseknya, dia menggunakan kekuatannya untuk memanipulasi Asher untuk memperkosanya hingga hampir mati."

Mulutku mengatup rapat. Tidak tahu harus berkomentar apa, karena Brisia memang licik. Semua malaikat tahu itu, sayang Paduka Raja sudah dipengaruhi oleh kekuatan manipulasinya. Sama seperti Asher.

"San. Namanya San, bukan lagi Asher."

Gabriel mengangguk. Memang lebih baik Asher mengganti identitasnya di dunia manusia. "Kenapa aku?"

"Kamu adalah orang yang paling aku percayai, melebihi keluargaku sendiri." Tangan Gabriel menepuk pundakku pelan, bukan sebagai semangat melainkan sebagai permohonan terakhir akhir kalinya.

"Apa Asher akan kembali ke Langit?" Entah apa yang merasukinya, pertanyaan itu meluncur begitu saja, lolos dari penyaringan.

Gabriel mengangguk. "Iya, kalau hukumannya sudah selesai."

Kusandarkan pinggulku di pinggir meja kerjaku sembari bersedekap, menatap Gabriel lekat-lekat. Perasaanku jadi tak menentu setelah sahabat baikku memintaku untuk menjaga Asher—alias San—semasa hukumannya. Seakan ada yang janggal.

"Kenapa dia tidak diasingkan Neraka? Dibawah pengawasan Azrael?"

Kepala Gabriel menggeleng lemah. "Paduka Raja sudah digelapkan oleh Brisia. Berulang kali, aku memohon pada beliau untuk mengasingkan Asher ke Neraka selalu ditolak."

Sekarang aku tahu, Brisia dan kekuatannya adalah alasan kedatangan Gabriel dan Asher dalam hidupku yang terbilang tenang lima tahun belakangan ini. Kedatangan sekaligus permintaan Gabriel berhasil memporak-porandakan kehidupanku dalam semalam. Menolak pun sulit. Kuhela nafas panjang, seakan memaklumi kepelikan hidup Gabriel. Sahabatku itu tiba-tiba menghilang dari hadapanku, tanpa mengucapkan 'terima kasih' atau 'aku berhutang denganmu' dan sebangsanya. Kepalaku masih berputar, mempertanyakan alasan Gabriel dan Asher bisa saling jatuh cinta, sampai-sampai berbuat nekat melanggar hukum Langit yang paling utama—yaitu cinta hanya milik Adam dan Hawa—sementara mereka berdua adalah Adam.

Aku segera memusnahkan pikiran tersebut. Tidak layak aku menghakimi mereka, sementara diriku juga sama. Melanggar hukum Langit, hanya yang membedakan aku melanggar hukum ke-lima; dimana 'Malaikat Langit tidak diperbolehkan jatuh cinta dengan makhluk fana'. Kasarannya, aku—Malaikat Lucifer, dulunya—dilarang jatuh cinta dengan manusia; karena malaikat adalah makhluk abadi. Tidak lekang oleh waktu.

Lebih baik aku mengistirahatkan tubuhku. Mendapatkan tamu tak diundang cukup menguras energiku. Dunia mimpi adalah tujuanku berikutnya.

*

"Tidak Asher. Ini demi kebaikan kita berdua. Aku tidak bisa terus bersamamu, tapi kamu aman disini bersama Lucifer. Dia sahabatku semasa di Langit."

Hatiku perlahan ngilu melihat mereka berdua terpaksa memisahkan diri karena kehadiran Brisia—yang hubungan cewek itu dengan Gabriel, tidak diketahui oleh San. Aku yakin seratus persen, jika saja San mengetahui hubungan semuanya tentang Brisia, cowok itu tidak segan-segan membunuhnya.

Wild Animal [Robert & San]Where stories live. Discover now