1. Pertemuan

3 0 0
                                    

Suasana langit tampak tak lagi cerah. Alista menatap kearah jendela cafe sambil menunggu kedua sahabatnya datang. Sunyi, karena memang saat ini pengunjung cafe lumayan sepi dari biasanya seolah sedang mendukung Alista yang sedang melamun.

Bunyi lonceng pertanda ada yang datang, Alista melirik kearah pintu cafe. Seorang mahasiswa sedang menenteng laptopnya dengan langkah yang tergesa-gesa. Suasana yang awalnya sunyi, kini didominasi dengan suara keyboard laptop yang sedang digunakan untuk mengetik entah mengerjakan tugas atau apapun itu sampai bisa menarik atensi Alista yang tengah menatapnya. Mahasiswa tadi tetap fokus tanpa memerdulikan Alista atau bahkan ia sampai tidak sadar jika sepasang mata kini tengah menatapnya.

"Lista!" pekik Peony rusuh. Alista menyambutnya dengan senyuman tipis. "Udah lama ya, maaf ya tadi Peony harus ke studio dulu." Alista hanya mengangguk paham sambil memberikan senyuman seolah memaklumi.

"Ana belum datang ya?" Lagi-lagi Alista hanya mengangguk saja.

"Sorry telat," ucap Lantana langsung duduk di sebelah Peony. "Santai aja, Peony juga baru datang kok," ucap Alista setelah itu hanya ada keheningan diantara mereka.

"Kok kita jadi canggung begini sih, gue nggak mau ya cuma gara-gara kita udah lulus terus persahabatan kita juga ikut lulus," ucap Lantana sedikit kesal.

"Ana marah-marah terus, baru datang aja udah marah-marah."

"Serah guelah, btw lo jadinya gimana Lis?" tanya Lantana memulai topik pembicaraan. "Ya seperti yang gue bilang waktu itu, gue bakal gapyear."

"Terus apa yang bakal lo lakuin untuk mengisi waktu setahun lo ini?" tanya Lantana lagi. "Ya gue bakal cari kerja, belajar di perpus, ya cuma gitu doang."

"Lo kalau bosen hubungin gue aja Lis, gue bakal temenin lo kok," ucap Lantana sambil menepuk bahu Alista pelan seolah memberikan semangat pada sahabatnya itu. "Peony nggak diajak?" tanya Peony masih sedikit kebingungan sebenarnya dengan apa yang tengah mereka bahas.

"Nggak!" tolak Lantana, "Lo anak sibuk soalnya, udah mending lo syuting aja sono."

"Kok gitu?" ucap Peony merasa sedih, "Ya tapi emang sih Peony jadi tambah sibuk, apalagi tadi Peony dapat tawaran jadi pemeran utama loh. Peony senang sih, tapi masih takut karena ini baru pertama kali dapat tawaran syuting jadi pemeran utamanya," curhat Peony. Diantara mereka bertiga memang Peony yang paling gampang bercerita tentang keluh kesahnya sedangkan Alista malah sebaliknya, ia paling tertutup diantara kedua sahabatnya ini.

"Terus lo ambil?" tanya Lantana jadi penasaran. "Belum tau, mau dipertimbangin dulu sama Mbak Anggi soalnya kata Mbak Anggi bakal ada sedikit masalah karena disini posisi Peony jadi pemeran pengganti pemeran utamanya yang tiba-tiba batalin kontrak gitu aja."

"Kok yang pertimbangin malah Mbak Anggi, ya seharusnya lo yang ambil keputusan sendiri," ucap Lantana mulai protes. "Iya memang terserah Peony kok, tapi nanti masih dibahas lagi biar Peony jadi tambah yakin dan nggak nyesel ketika ambil keputusan finalnya," jelas Peony supaya Lantana tak protes ke Mbak Anggi nantinya.

"Saran gue mending lo ambil aja deh, lumayan bisa lo jadiin batu loncatan. Lo bakal lebih dikenal dan pastinya fans lo nanti bakal nambah," ucap Lantana. "Peony emang niatnya mau ambil, tapi nanti deh mau tanya ke Kakak dulu."

"Ya benar juga sih, mending lo tanya dulu ke orang yang lebih berpengalaman," ucap Lantana lagi. "Lis, diam aja lo daritadi, kenapa?" tanya Lantana ketika sadar bahwa Alista daritadi hanya diam sambil mendengarkan mereka berdua berbicara.

"Iyaa daritadi Alista kok kaya gitu, ayo dong happy gitu, kan kita lagi kumpul bareng. Udah jarang loh bisa kayak gini," ucap Peony ikut membenarkan perkataan dari Lantana.

After Putih Abu-abu [Slow Update]Where stories live. Discover now