- chapter 06

4 0 0
                                    

[MASA YANG BERBEDA]

°°°

"tuan pangeran, kau baik baik saja?" Tanya Rosal yang melihat Wilder berjalan tanpa semangat.

"Bagaimana caranya agar aku dapat ke istana Eisiger?" Tanya Wilder balik.

"Apa yang ingin kau lakukan di istana Eisiger?" Rosal menatap lurus ke depan.

Salju salju semakin tebal, bahkan jalan mereka menjadi lambat karna salju yang sangat tebal. Pohon pohon pinus menjadi berwarna putih karna di timbun salju.

"Ada yang ingin aku cari di istana itu," Wilder menguap, rasa kantuk menyerangnya, karna terlalu banyak memikirkan tentang buku permintaan itu, dirinya tidak bisa tidur sampai pagi.

"Mungkin paman Locer bisa membantu mu, karna dia memiliki banyak hubungan dengan orang kerajaan, salah satu nya panglima kerajaan," Rosal menatap lurus ke depan, seperti biasa, pasar terlihat sangat ramai.

"Tuan pangeran, kau bisa pergi terlebih dahulu ke tempat paman Locer, aku yang akan menjual arang ini, setelah menjual semua arang, aku akan ke sana," Ucap Rosal.

Wilder melepaskan keranjang arang berat itu dan memberikannya kepada Rosal, dan pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Apakah tuan pangeran memiliki masalah hidup yang besar?" Gumam Rosal menatap Wilder yang menjauh. Ia memilih untuk tidak peduli dan mulai menjual arang nya ke beberapa rumah.

Wilder berjalan di tengah pasar dengan lesu, ia menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Ia etap memikirkan bagaimana caranya agar dapat ke istana Eisiger.

"Tidak ibu, jangan pukul aku!" Wilder tersentak karena suara teriakan itu, ia mengedarkan pandangannya untuk mencari sumber suara tersebut.

Wilder melihat seorang wanita yang sedang memukul seorang anak kecil menggunakan bila bambu dengan kasar.

"Tidak akan ibu ampuni kau, di mana kau menjual cincin ibu, cepat katakan!" Wanita itu kembali menyebatkan bila bambu itu dengan kuat.

Wilder yang merasa itu berlebihan langsung mendekat, menarik anak itu mendekat ke arah nya.

"Apa yang kau lakukan!?" Wanita itu berteriak kencang, membuat beberapa orang yang berlalu lelang berhenti untuk menonton.

"Bibi, kekerasan kepada seorang anak yang berumur di bawah 15 tahun dapat di berikan hukuman yang berat dari hukum kerajaan," Peringatan Wilder.

"Dia anak ku, jadi apapun yang aku lakukan padanya itu adalah hak ku!" Wanita itu menunjuk Wilder menggunakan bila babu yang ia pegang.

"Hak ku kepada anak mu hanya sebatas kehidupannya, kau tidak berhak melukai tubuh nya tanpa alasan yang jelas," Bela Wilder.

"Tanpa alasan yang jelas?! Dia, anak bodoh itu menjual cincin ku yang berharga, lebih baik aku mati daripada kehilangan cincin itu! Tapi dengan mudah nya ia menjual cincin itu dan membeli makanan yang sangat banyak!" Teriak wanita itu marah.

"Lebih baik aku tidak makan daripada kehilangan cincin itu, tapi sekarang cincin itu tidak akan kembali lagi di tangan ku! Aku harus memberi nya pelajaran!" Wanita itu mendekat ke arah Wilder, berniat menarik anak kecil yang sekarang ada di belakangnya.

Wilder dengan cepat menjauh, "Jika begitu, aku akan mengembalikan cincin mu lagi," Ucap nya.

Wanita itu terdiam sejenak, memikirkan perkataan yang Wilder ucapkan.

Wilder menatap anak laki laki yang sekarang menangis ketakutan di belakangnya. Ia berjongkok menyamakan posisi nya dengan anak itu.

"Di mana kau menjual cincin itu?" Wilder bertanya seraya mengelus kepala anak itu.

decisive timeWhere stories live. Discover now