[20] Tomat

508 18 3
                                    


Nanon duduk kembali di kursinya. Ia menyerahkan sebuah buku kepada Pawat yang wajahnya terheran-heran.

"Nih, coba cari di buku yang itu aja. Menurut aku itu buku yang paling cocok sama topik esai kamu." Ujar Nanon.

"Makasih ayang, makin sayang deh sama Nanonnya Pawat." Balas Pawat sambil mencubit pelan pipi gembul milik Nanon.

"Paw, kita lagi di perpustakaan umum, bukan di kamar aku. Kurang-kurangin dulu clingynya." Peringat Nanon sambil membaca sebuah buku yang ia ambil.

"Hehe, iya iya."

Pawat melanjutkan kegiatannya menulis esai. Nanon menatapnya. Baru tiga hari ia menjalin hubungan dengan pria ini, Nanon terkadang masih sulit beradaptasi dengan sifat clingy Pawat. Namun hal itulah yang membuatnya semakin menyayangi pria di sebelahnya itu.

Nanon sebenarnya sudah menyukai Pawat jauh sebelum Pawat yang mengejarnya. Mereka berdua teman sejak sekolah menengah pertama. Namun saat itu Nanon hanya bisa mengagumi Pawat dari jauh dan mulai melupakan perasaannya, hingga Pawat yang datang sendiri kepadanya saat mereka berdua menduduki bangku SMA.

Namun untuk mengetes apakah Pawat benar-benar serius dengannya, Nanon bersikap seolah-olah tidak menyukainya. Dan tepat tiga hari yang lalu, ia memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Pawat tentang semua perasaannya, yang membuat Pawat langsung menjadikannya pacar tanpa basa-basi.

Pawat yang menyadari bahwa sang kekasih memperhatikannya, lantas menoleh.

"Kamu kenapa liatin aku?" Tanya Pawat.

Nanon mengalihkan pandangannya. "Ga, gapapa. Mau aku bantuin ga nulis esainya?"

Pawat tersenyum. "Gausah, kamu cukup temanin aku aja di sini. Oiya, abis ini mau cari makan ga?"

"Eum.. Aku lagi pengen croffle, boleh ya?"

Pawat langsung mengiyakan. "Apa yang ga buat Nanonnya Pawat."

Nanon balas tersenyum. Kemudian melihat ke sekitarnya. Suasana perpustakaan sepi, hanya ada ia dan Pawat. Lantas Nanon dengan cepat mengecup pipi Pawat.

"Eh?" Pawat kaget, kemudian tersenyum.

Nanon menunduk malu kemudian mengalihkan pandangannya ke arah novel yang ia pegang, berpura-pura membaca.

Pawat membalas kecupan Nanon. "Nanti ya, di rumah aku aja."

-oOo-

Phuwin keluar dari kamarnya. Ia sudah rapi dengan seragam batiknya dan siap berangkat ke sekolah.

"Ayo adek, kita pergi sekarang." Ujar Bright seraya meraih kunci mobilnya.

"Eh, adek dijemput sama Pond." Balas Phuwin cepat.

"Tumben? Pacaran ya?" Tanya Bright kepo.

Phuwin hanya tersenyum dan cengengesan. Bright menggelengkan kepalanya.

"Adek udah gede ya sekarang." Ujar Bright.

"Masa mau kecil terus?"

"Bagus dong kalo kecil terus, bisa abang uyel-uyel pipinya kayak dulu." Ujar Bright lagi, kemudian dengan sengaja mencubit pipi gembul Phuwin.

"Abang ih!"

Bright tertawa pelan. "Kalo gitu abang pergi duluan ya, Phu."

"Iyaa, sana pergi jemput kak Win."

Bright cuma tersenyum kemudian segera pergi menuju mobilnya.

Phuwin duduk di ruang tengah memasang kaus kakinya. Mix yang baru saja datang dari dapur menghampiri si bungsu.

Are You My Sunshine? • PondphuwinWhere stories live. Discover now