[8] Bukit

256 19 1
                                    


Bright turun dari mobilnya sambil menenteng sebuah paperbag putih. Ia tersenyum ke arah paperbag tersebut. "Win pasti suka."

Bright berjalan ke arah pintu dan memencet bel rumah tersebut. Tidak lama seseorang membukakan pintu, yang ternyata itu adalah New.

"Eh, ada Bright. Masuk, masuk. Ada perlu sama pak Tawan, ya?"

"Bukan, tante. Saya ke sini mau jemput Win. Kami berdua mau jalan." Jawab Bright sambil duduk di sofa ruang tamu.

"Ooh, Win. Ada tuh orangnya di kamar. Bentar, ya. Tante panggilkan Win dulu."

Bright mengangguk. New segera masuk ke dalam dan menuju kamar Win.

"Win, itu ada Bright di depan." Ujarnya.

Win menoleh. "Eh, kok cepet banget. Eee.. Aduh, aku belum siap, tante. Menurut tante gimana? Bajuku bagus, ga? Udah rapi belom?" Tanya Win.

New menghampiri keponakannya itu kemudian sedikit merapihkan kerah kemeja bergaris putih milik Win. "Udah bagus, kok. Bright pasti terpesona liat kamu, wkwk."

"Ah, tante. Yaudah, kalo gitu, Win langsung ke ruang tamu, ya." Win segera meraih dompet dan ponselnya di atas nakas dan keluar dari kamar. New tersenyum melihat hal itu, teringat masa mudanya bersama Tawan.

Win menghampiri Bright di ruang tamu. Ia tampak gugup, namun berusaha menutupinya.

"Bright, ayo, langsung aja."

Bright mendongak, menatap takjub ke arah Win. "Cantik banget." Ia terpesona dengan sosok Win yang terbalut kemeja bergaris putih dan biru muda, jeans putih, tak lupa rambutnya yang sengaja dibuatnya jatuh. Membuat Win berkali-kali lipat lebih cantik dari biasanya.

Win tersipu mendengar kalimat Bright, "bisa aja. Ayo, Bright."

Bright mengangguk kemudian berdiri. Namun indra penciumannya menangkap aroma yang ia kenal.

"Win, lo pake parfum yang gue kasi waktu itu?" Tanyanya.

"Eh, iya. Soalnya gue suka wanginya." Jawab Win. Bright tersenyum ke arahnya.

"Berarti lo selalu inget gue dong setiap pake itu?" Tanya Bright lagi, menggombal.

Win hanya tersipu dan memukul pelan lengan Bright. "Udah ah, yuk pergi. Tante, Win sama Bright pergi keluar dulu, ya. Tante ada yang mau dititip ga?"

New yang dari tadi berdiri di dekat keduanya menggeleng. "Ga ada, kalian jalan aja berdua, have fun, ya? Tante mau masak dulu."

"Kalo gitu kita pergi ya, tan."

-oOo-

Phuwin dan Nanon tertawa melihat Pawat dan Neo yang jatuh ke dalam kolam renang karena bertengkar.

"Kemaren lo bilang gue aneh, sekarang lo mau minjem pelampung gue!" Ujar Neo pada Pawat sambil menyipratkan air kepadanya.

"Bentar doang elah!"

Phuwin mengabaikan keduanya, kemudian berjalan masuk ke dalam villa. Ia lapar, belum sarapan sejak kembali dari kunjungan kebun teh. Phuwin memutuskan untuk mengambil mie instan yang disediakan di meja. Namun sebuah tangan juga meraih benda yang sama.

"Mau masak mie juga? Gue masakin, ya?"

Phuwin menoleh. "Gausah, Pond. Gue bisa sendiri."

"Gapapa. Mau pedes atau ga?" Tanya Pond sambil membuka dua bungkus mie instan.

"Terserah lo aja."

Pond kemudian mengangguk dan melakukan kegiatannya. Phuwin berdiri diam di pantry, memperhatikan Pond yang serius memasak makanan untuknya.

Are You My Sunshine? • PondphuwinWhere stories live. Discover now