[14] Taman

224 18 3
                                    


Hari ini tepat seminggu Phuwin dirawat di rumah sakit. Kondisinya lumayan membaik dan pulih dengan cepat karena begitu banyak dukungan batin yang diberikan oleh keluarga dan sahabatnya.

Hari ini Phuwin berencana ingin jalan-jalan ke sekitar rumah sakit, sekadar melihat taman dan menghirup udara segar karena indra penciumannya sudah bosan mencium aroma ruangan rumah sakit yang sangat memabukkan itu.

Phuwin duduk di salah satu kursi di taman, mengedarkan pandangannya ke sekitar. Banyak sekali pasien-pasien yang bernasib sama dengannya dengan penyakit yang berbeda-beda.

Saat Phuwin tengah menatap air mancur di dekatnya, datang seseorang menghampirinya, kemudian duduk di sebelahnya.

"Gue boleh duduk, kan?" Tanya orang tersebut.

Phuwin menoleh. "Boleh."

Orang tadi duduk di sebelahnya, menatap air mancur di dekatnya juga, sama seperti yang Phuwin lakukan.

"Lo sakit apa?" Tanya orang tersebut.

"Gue ga bisa bilang, sorry." Jawab Phuwin.

Orang di sebelah Phuwin mengangguk. Kemudian menjulurkan tangan kanannya. "Kenalin, gue Perth. Nama lo siapa?"

Phuwin menoleh lagi. "Phuwin."

Perth mengangguk. Ia kemudian menatap air mancur lagi. "Lo yang dirawat di lantai 5, kan?"

"Kok lo tau?" Tanya Phuwin.

"Pacar gue dirawat di sebelah kamar lo. Gue ke sini jenguk pacar gue, orangnya bawel, ga bisa ditinggalin bentar aja."

Phuwin hanya tersenyum tipis. "Pacar lo sakit apa emangnya?"

"Keracunan makanan. Dia orangnya emang pemakan, ga liat bentuk, makanan apa aja diambil. Kadang gue khawatir sama kesehatannya, gue udah nyoba buat ingatin dia biar ga makan sembarangan."

"Kalo lo sayang pacar lo, lo ga akan ngelarang dia seharusnya." Ujar Phuwin.

"Ga gitu maksud gue. Dia boleh makan apa aja yang dia mau, tapi tetap harus perhatiin kesehatannya juga. Dia udah sering sakit-sakitan, masuk rumah sakit. Gue ga mau dia hilang karena pola hidupnya." Jelas Perth panjang lebar.

Phuwin menatap pria di sebelahnya. "Lo sayang banget sama pacar lo?" Tanyanya.

Perth tertawa pelan. "Dari obrolan kita barusan, kayaknya lo bisa nyimpulin seberapa sayangnya gue sama dia."

"Iya, sih. Btw, gue pengen dong kenalan sama pacar lo lain kali, atau gue main ke kamarnya dia, ya? Soalnya sepi banget gue sendirian di kamar." Ujar Phuwin.

"Boleh, Saint juga sendirian terus di kamarnya kalo gue ga jengukin dia."

"Saint? Itu nama pacar lo?" Tanya Phuwin lagi, seperti tidak asing dengan nama yang barusan ia dengar.

"Iya. Lo kenal?"

"Eee.. Kayak pernah dengar, tapi gue lupa. Mungkin kalo udah ketemu gue inget. Btw, kenapa dia selalu sendirian di kamarnya? Orang tuanya ga ngejagain dia?"

Perth menghela napasnya. "Saint itu yatim piatu dari kecil. Doi tetangga gue, dari orang tuanya meninggal sampe sekarang dia tinggal bareng keluarga gue. Tapi karena sekarang gue sama dia udah sama-sama kuliah, jadi gue sama dia tinggal berdua di apartemen."

"Ooh, gitu ya."

"Kadang gue kasian sama dia, dia orangnya periang banget, ga pernah sedih, tapi selalu nyembunyiin masalahnya sendiri. Gue udah sering bilang kalo dia capek, bisa cerita ke gue, tapi dia bilang kalo dia gamau bikin gue khawatir, padahal sama sekali nggak."

Are You My Sunshine? • PondphuwinWhere stories live. Discover now