Wanita paruh baya itu mengeluarkan ponsel dari saku daster yang ia kenakan, kemudian menunjukkan sesuatu kepada Lavisha. "Itu teman kamu, kan?"

Demi apa pun, rasanya bola matanya hendak melompat keluar begitu saja saat melihat gambar video yang sengaja diputar tanpa suara oleh sang ibu. Jantungnya seketika berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya karena merasa tak percaya. Lavisha merasa tangannya gemetar saat mengetahui jika sosok di dalam video memanglah orang yang ia kenal.

"Nggak mungkin. Teman ibu dapat ini dari mana?" Masih dengan keadaan tidak percaya, Lavisha memutuskan untuk berhenti menonton video yang berisi sepasang manusia berbeda jenis yang menghabiskan waktu dengan kegiatan panas mereka tanpa tertutupi apa pun.

Bu Dini mengembuskan napas pendek, kemudian meraih ponsel miliknya dari tangan Lavisha. "Itu dari anak teman Ibu. Dia bilang, teman anaknya itu pakai jasa aplikasi gitu dan menghabiskan malam sama salah satu apa sih sebutannya kalo di tempat kerja kamu?"

"Agent," balas Lavisha agak takut.

Suasana rumah memang jauh lebih sepi hari ini karena Arumi, Anggia dan ayahnya sedang pergi ke kampung halaman paman dari Lavisha itu dikarenakan salah satu anak sepupunya menikah. Sebenarnya, sang ibu juga hendak ikut, tetapi entahlah apa yang membuat Bu Dini membatalkan niatnya dan malah mengirim kedua putrinya untuk pergi.

"Nah iya, pokoknya itu." Bu Dini kemudian menunjukkan beberapa video lain, tetapi hanya ditunjukkan begitu saja---tidak diputar dan membiarkan Lavisha sendiri yang melihatnya nanti. "Katanya, teman anaknya teman Ibu ini udah sering pakai jasa dari orang yang sama. Sengaja direkam diam-diam buat koleksi pribadi. Pelanggan tetap kayaknya dia, makanya udah terbiasa. Dan ya, udah sering 'bikin anak' juga itu sama agent-agent sana."

"Nggak mungkin, Bu." Lavisha masih tidak percaya. "LOVORENT nggak pernah minta agent-nya buat ngelakuin sesuatu di luar batas begini. Tempat kerja Visha itu nggak menyediakan jasa untuk ... memuaskan hasrat seksual orang lain, Bu."

Bu Dini menghela napas pendek saat dilihatnya gadis yang sejak dulu dirawat dan dibesarkan olehnya menangis karena video yang baru saja ia tunjukkan. Wanita paruh baya itu kemudian mendekat, lantas menepuk bahu Lavisha dengan beberapa kali tepukan. "Udah, tah!" ujarnya. "Kalau memang yang kamu lihat tadi salah, yang dilakukan sama temanmu itu salah, laporkan."

Lavisha mengusap kasar air matanya yang berjatuhan. "Tapi Lavisha masih nggak percaya, Bu. Gimana kalau misalnya ternyata teman Visha itu dipaksa?"

"Nggak ada pemaksaan yang dilakukan berulang-ulang begitu, Sha. Udah deh, kamu nggak usah sok polos begitu." Bu Dini mendengkus sebal. Di matanya, gadis berusia 24 tahun itu lumayan naif. "Ibu tau kamu nggak bodoh buat liat itu ekspresi ceweknya."

Gadis itu kemudian mengembuskan napas pasrah. Ia akan membicarakannya lebih dulu kepada Kanaya selaku founder LOVORENT, barulah setelah itu, kasus ini akan diusut lebih lanjut. "Ibu boleh kirim videonya ke Visha? Buat barang bukti. Nanti Visha lapor ke Kanaya."

Tanpa bicara, Bu Dini langsung melakukan apa yang diminta oleh gadis muda itu. Setelah selesai, ia memilih untuk segera pergi ke kamar karena hari semakin malam. Akan tetapi, sebelum benar-benar pergi meninggalkan Lavisha yang masih terlihat syok, wanita paruh baya itu lebih dulu berujar, "Ibu emang kadang seperti terlalu jahat buat kamu. Tapi Ibu tetap nggak rela semisal kamu ikut-ikutan terjerumus ke jalan setan kayak gitu."

Setelah ditinggal sendiri di ruang televisi, Lavisha langsung menyadari jika biar bagaimanapun ia diperlakukan oleh keluarga ini, keluarga tetaplah keluarga. Tempatnya kembali. Justru, diam-diam Lavisha bersyukur karena ternyata di balik sikap judes dan terkadang terlihat jahatnya sang bibi, masih ada kasih sayang tanpa batas yang dikucurkan untuknya.

Hingga jam menunjukkan pukul dua belas lewat sepuluh, Lavisha masih belum bisa terlelap karena seluruh adegan di dalam video yang dikirimkan ibunya itu terngiang di kepala. Maju mundur niatnya untuk melaporkan kejadian ini kepada Kanaya, tetapi di sisi lain, ia harus. Karena jika masalah ini terus dibiarkan, bisa berdampak buruk bagi nama baik LOVORENT.

Hanya saja, satu hal yang membuat Lavisha tidak menyangka. Orang di dalam video bersangkutan adalah orang yang sama dengan agent yang sering membicarakannya di belakang mengenai bagaimana ia mendapatkan rating buruk dan sepi pelanggan. Orang yang sama dengan yang selalu membangga-banggakan dirinya karena menjadi yang paling laris-manis dengan rating tertinggi di LOVORENT.

Lavisha semakin gamang. Ia kemudian meraih ponselnya, lantas menghubungi nomor ponsel Kanaya yang biasanya belum tertidur di jam lewat tengah malam seperti ini karena sibuk maraton drama. Tersambung. Baru saja Lavisha dapat menangkap ancang-ancang protes dari Kanaya, ia segera memotongnya dengan berbicara langsung pada intinya.

"Nay, besok gue mau ngobrol serius sama lo. Penting. Gue ke apart lo besok."

ס+!×
Senin, 25 April 2022

LOVORENT✓Where stories live. Discover now