Prolog

913 111 44
                                    

Started Publish: Jum'at, 17 Februari 2023.

Started Publish: Jum'at, 17 Februari 2023

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***

Lantunan ayat yang terdengar bak mantra sihir dirapalkan sejumlah orang berjubah hitam dengan tudung menutup seluruh wajah, persis seperti penyihir hanya saja tanpa tongkat, di tangan mereka masing-masing memegang buku hitam tebal seperti sebuah Alkitab.

Dari suara, mereka semua adalah laki-laki, suara paling keras merapal mantra hanya dari tiga orang, empat orang sisanya mengikuti dengan nada rendah.

Tujuh orang itu berdiri mengelilingi seonggok bayi berbalut kain bedong yang diletakkan berbaring tepat di tengah-tengah sebuah pola pentagram yang dilukis dengan warna merah darah di lantai. Dan, ada sebuah mangkuk berisi ari-ari dalam cairan merah berbau anyir darah di samping kepala si bayi.

Sumber cahaya di ruangan gelap itu hanya dari lima buah lilin merah yang diletakkan di lima titik sudut pentagram. Selain itu, ada sebait kalimat ditulis dengan huruf latin mengelilingi bentuk bintang, mereka mengelilingi itu layaknya melakukan sebuah proses ritual suatu hal.

Semakin lama mantra menyeramkan itu mengalun, atmosfer ruangan terasa semakin mencekam, udara mendingin, tapi semua orang merasa panas. Lantai bergetar menggoyahkan kaki yang berpijak, tidak ada satupun kalimat mantra terputus dari mulut orang-orang itu.

Akibat gempa berskala kecil itu, mangkuk di sisi kepala sang bayi bergetar dan isinya tumpah meluber ke lantai, membasahi kain dan bercampur dengan lukisan pentagram. Aroma amis semakin menyeruak dalam ruangan, disusul tangisan bayi yang memecah malam menambah kacau keadaan, terganggu tidurnya atas semua guncangan dan suara nyaring di sekitar.

Sementara itu, asap hitam lambat-laun muncul dari ketiadaan di lantai, dari bawah tubuh si bayi, lalu melayang di udara seakan ditiup angin. Tangisan bayi terdengar semakin keras, onggokan kecil daging bernyawa itu menggeliat saat melayang sekian kaki di udara dan wajahnya memerah seperti meradang di tengah kepungan asap hitam.

Alunan mantra juga tidak kunjung usai meski beberapa pria sudah tidak lagi berdiri di titik semula, berkali-kali Alkitab di tangan mereka hampir jatuh, berhasil dipertahankan. Untuk beberapa saat hal itu terjadi, hingga akhirnya cairan anyir habis seakan menguap dan asap hitam yang mengelilingi bayi mungil itu merasuk ke mulut dan telinganya.

Tangisan parau si bayi semakin menyakitkan gendang telinga dan akan membuat hati siapa saja bersimpati untuk segera menenangkannya. Darah mengalir dari mulut, lubang hidung, dan telinga bayi itu sebelum akhirnya tangisan tersendat-sendat, lalu berhenti sepenuhnya.

Beberapa saat berlalu, barulah mantra berhenti, selesai dikumandangkan bersama dengan tenangnya keadaan. Benar-benar sunyi seakan sebelunya tidak terjadi apapun, hanya meninggalkan jejak kekacauan di mana lilin-lilin tumbang dan padam.

"Sudah selesai," ucap salah satu dari tiga pemilik suara yang paling keras melantunkan mantra.

Salah satu yang lainnya dari tujuh orang itu melangkah mendekati pola bintang di tengah lingkaran, sepasang lengan kekarnya menggendong bayi yang bahkan belum genap berusia empat puluh hari itu.

***

"Bahkan sebelum kamu menginjak lantai bangunan ini, aku bisa mendengar suara langkah dan hela napas dari keturunan wanita yang telah memenjarakanku dalam neraka selama ini."

***


Ahahaha halo~
Selamat datang di lapak wattpad Minmin cantik yg bercita² pengen jadi mermaid
💕💗

Setelah dua (atau tiga?) cerita kubuat bertema transmigrasi dan time travel, akhirnya aku bikin cerita yg niatnya sih genre horror/thriller (ada romance dikit). Jangan ditunggu² banget, prolog ini cuma coba², sewaktu² bisa aku unpublis lagi kalo gk sreg (tapi semoga konsisten) 🙏

The Sacrifice Blood [Hiatus]Where stories live. Discover now