[9] Pita Penghubung

115 12 4
                                    

Setiap tahun selalu ada kegiatan bersih-bersih besar-besaran yang dilakukan tiap keluarga. Tiap tahun Up melakukannya bersama neneknya dan seluruh penghuni asrama.

Tempat yang dibersihkan juga lumayan besar seperti rumah ini karena bangunan asrama. Namun Up masih kaget juga melihat gaya bebersih disini. Diloteng ada banyak sekali barang-barang perabotan lama yang belum usang.

"Bi meja ini mau dibuang?" Tanyanya melihat sebuah meja bufet yang terlihat antik.

"Biasanya perabotan lama tetap disimpan, tapi kunci meja itu rusak jadi kata Nyonya tidak bisa dibuka"

Up mendengarkan penjelasan bibi sambil mengecek setiap ruang pada barang yang ia inginkan itu. "Tapi lacinya masih bisa dipakai, sayang sekali kalau harus dibuang. Buat aku aja ya?"

"Silahkan saja" jawab bibi.

Semua orang bekerja keras mengeluarkan barang-barang yang sudah dianggap rongsokan, terkecuali Newwie.

"Hei Up bangunkan New!" Teriak Kao sembari menenteng barang-barang ditangannya, diikuti Dew dibelakangnya yang terlihat sangat ogah-ogahan.

"Ibu mana?" Lanjut Kao lagi.

"Sedang bermain dihalaman" kini bibi yang menjawab.

"APAAAA?!"

Walau diwarnai dengan amukan Kao karna New dan ibunya tak mau membantu, namun semuanya selesai sebelum gelap.

***

Aku baru menampakkan diri pada malam hari ketika semuanya usai. Tak ada yang perlu dibersihkan dikamarku, aku juga tak membuat kotoran. Hanya orang-orang super ambisius yang mau membersihkan rumah sebesar ini, melelahkan dan menyiksa tubuh.

"Kenapa ada meja disini Up?" Tanyaku yang saat ini berada di kamar Up.

"Tadinya mau dibuang soalnya kunci tutup mejanya rusak, jadi gabisa dibuka. Tapi aku minta aja"

"Hmmm begitu. Up aku lapar, bikinin aku roti selai dong. Tolong"

"Itu karna phi New tidur seharian!"

"Walau bangun tetap aku ga bisa bantu apa-apa kan?"

"Huuhh padahal aku lagi capek" sungutnya.

Walau dengan tersungut kesal tapi Up tetap beranjak untuk membuatkan makanan untukku. "Sekalian sama tehnya yaa"

Sensorikku terkejut karna meja yang kubuat tumpuan dengan sikuku tiba-tiba bergeser dan terbuka. Karna terlanjur terbuka, aku jadi penasaran dengan isi di dalamnya.

Ada banyak barang-barang tua. Dan surat kelahiran.

Surat sepenting ini dibiarkan tergeletak dimeja tua, ibu memang teledor. Kubuka surat tersebut dan kubaca tulisan yang tertera.

"Nama ibu Bella Ranee, nama anak.."

"Uppoompat?"
.
.
.
.
.
Aku masih tak mempercayai netraku. Didepanku jelas-jelas tersuguh saksi bisu sebuah kebenaran, bahwa Up bukan anak ibu.

 Didepanku jelas-jelas tersuguh saksi bisu sebuah kebenaran, bahwa Up bukan anak ibu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
For My Beloved Boy |KAOUP|Where stories live. Discover now