Pembangunan dan pembuatan senjata itu harus dilakukan dengan hati-hati. Saat ini keadaan Greamor sama sekali belum aman, blatta masih berkeliaran di mana saja. Damian merelakan sebuah lapangan yang akan digunakan untuk tempat olahraga terbuka untuk dialihfungsikan menjadi tempat penjebakan blatta.

Kecakapan tim dan juga Hunter Greamor membuat semua pembangunan bisa berjalan lancar tanpa kendala. Namun, bukan benar-benar tanpa kendala, ada satu orang yang tidak suka dengan keputusan yang diambil.

Sebagai Hunter yang sudah lama diberi kepercayaan penuh untuk menangani berbagai hal dirinya merasa terhina karena sama sekali tidak dilibatkan.

“Khan, bisakah saya bicara?” tanya Logan. Tidak tanggung-tanggung Logan langsung berhadapan dengan Damian.

“Silakan, tidak pernah ada larangan.”

“Saya sudah dengar tentang keputusan Anda. Apakah Anda tidak pernah memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya kalau ....”

Damian menatap Logan. “Siapa kamu sampai berani mengatur saya?”

“Tapi itu Eqouya, Khan.” Logan sangat gigih meyakinkan Damian. Dia memang sedikit menyesal karena strateginya membiarkan Albie kabur ternyata malah membawa perempuan itu kembali kepada Jaiden.

Parahnya, dia harus tertampar kenyataan bahwa Jaiden bukanlah Rogue, Jaiden bukanlah Jaiden Smith, tetapi Jaiden Wells yang memiliki kedudukan sama seperti Albie. Harapannya semakin tipis.

“Lakukan saja apa yang harus kamu lakukan, amankan blatta jangan sampai mengganggu proses penyelesaian proyek yang sedang dikerjakan Albie.”

Larangan adalah sesuatu yang sangat menggoda untuk dilanggar. Jika apa yang akan dia lakukan selanjutnya bisa memisahkan Albie dan Jaiden maka kenapa tidak? Sekali pun lelaki itu harus berakhir di balik lembapnya penjara bawah tanah.

Satu pekan sudah berlalu sejak keputusan kerjasama antara Elijah dan Damian. Tidak ada satu orang pun yang meragukan kemampuan Albie dan juga para teknisi di Greamor. Dalam jangka satu minggu itu satu bangunan persegi telah berhasil dibangun. Tingginya satu setengah kali lipat tinggi blatta. Setiap sisi memiliki satu pintu yang memiliki dua fungsi. Fungsi pertama digunakan untuk memancing seluruh blatta agar pindah sarang ke kotak tersebut, mereka dibiarkan beberapa hari agar bisa beradaptasi dengan sarang barunya. Sementara itu, semua sarang awal blatta dimusnahkan dengan cara menyebarkan dust atau serbuk-serbuk insektisida seperti yang sudah diterapkan sejak lama oleh Eqouya. Itu tidak akan membunuh blatta, hanya membuat mereka enggan untuk melewatinya.

Fungsi lain dari pintu itu akan digunakan ketika penjebakan dengan baiting gel sudah dimulai, pintu yang bisa digunakan keluar masuk itu akan menjadi pintu satu arah yang hanya bisa dimasuki, dan blatta yang terjebak di sana akan terjebak tidak bisa keluar.

Semua sudah diperhitungkan agar blatta bisa kembali ke sarangnya setelah terkena dari cairan insektisida itu. Ada umpan yang diletakkan di dalam kotak itu sehingga seluruh blatta tidak akan mati di sembarang tempat.

“Luar biasa pencapaian kamu, Nak,” puji Damian melihat pekerjaan Albie dan juga seluruh pekerja yang hampir bisa segera digunakan.

“Tanpa dukungan Da, dan tanpa mereka semua tidak akan berdiri. Saya hanya merancangnya saja,” ujar Albie berusaha untuk tetap rendah diri.

“Bagaimana dengan Eqouya?”

“Sejak kapan Da peduli?”

“Hei, tentu saja peduli, jangan sampai mereka ingkar janji dan tidak memberikan pembasmi blatta itu. Lihat berapa banyak yang sudah kita keluarkan untuk membangun ini di dua tempat yang berbeda?”

Albie tersenyum melihat tingkah sang Da yang tidak mau mengakui bahwa sebenarnya dia peduli.

“Pembangunan di sana sudah selesai, sama halnya seperti di sini. Tinggal menunggu uji coba serta kesiapan senjata terakhir.”

“Ada apa dengan senjata terakhir?” tanya Damian.

“Jika semua berhasil, maka senjata terakhir kemungkinan tidak akan terpakai. Namun, segala sesuatu harus kita pikirkan kemungkinan terburuknya juga, bukan?”

“Kamu sudah dewasa,” komentar Damian. Anak gadis yang selalu dia lindungi sejak kecil kini menjadi sosok yang bisa membawa kedamaian bagi seluruh negeri.

“Merterina, jika bukan karena restu Da, semua tidak akan begini.”

“Makina,” jawabnya.

*

Greamor bukan satu-satunya tempat paling sibuk di Prexogalla, pemberantasan sarang dengan menebar Dust di seluruh penjuru tempat sudah dilakukan. Semua bisa berjalan dengan mudah dan apa yang sudah direncanakan benar-benar berjalan sebagaimana mestinya.

Pertemuan Jaiden dan Albie semakin insten, bukan hanya tentang perasaan keduanya, melainkan mencakup semua mekanisme dan strategi.

Senjata terakhir bernama Metalec. Metalec dapat melontarkan kapsul-kapsul yang mengikat insektisida dan mengubahnya menjadi partikel mikro insektisida dalam jumlah yang cukup banyak. Sasaran dari Metalec langsung ke titik blatta yang mulutnya terbuka karena sudah terkena racun sebelumnya.

Hari yang ditunggu sudah tiba, semua penduduk diungsikan ke tempat yang lebih aman agar terbebas dari residu yang mungkin saja akan terbang dibawa angin. Meski sebenarnya Jaiden memastikan kemungkinan adanya residu itu amatlah tipis, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Eqouya mungkin bisa melakukan semuanya tanpa hambatan apa pun, berbeda dengan Greamor. Ada satu musuh yang lebih berbahaya dari blatta, musuh yang tidak pernah menghendaki kebahagiaan Albie bersama laki-laki lain.

Blatta yang sudah terbiasa dengan sarangnya yang baru mulai dipancing untuk keluar. Mereka mengikuti umpan yang sudah diatur, umpan yang merupakan baiting gel.

“Sudah siap?” tanya Albie.

Semua Hunter termasuk Logan siap melakukan tugasnya, mereka dengan tergesa menyerbu sarang blatta yang sudah kosong untuk mengalih fungsikan pintu masuk agar menjadi pintu satu arah. Semua bekerja sama untuk memasang alat-alat superbesar yang diciptakan oleh Albie dan tim.

Di sinilah Logan melancarkan aksinya, tidak semua pintu dia tutup dengan benar. Dia satu-satunya orang yang menginginkan kegagalan dalam proyek pembasmian blatta ini.

“Mereka kembali!” teriak salah satu hunter bersamaan dengan dibunyikannya alarm pertanda bahaya.

Lemah, itulah pertama kalinya mereka melihat blatta berjalan seperti itu. Blatta muda bahkan tidak sanggup untuk terbang. Mereka berduyun kembali ke sarangnya. Racun sedang meresap ke dalam tubuh melalui kulit luar, menembus pembuluh darah. Namun, sifatnya lambat dan mereka akan mati ketika sampai di sarang. Mati karena jebakan, tidak dapat keluar atau menjadi korban kanibalisme blatta yang lainnya.

Ketika semua blatta masuk ke dalam sarang buatan dari berbagai penjuru, hampir semua hunter yang bekerja saat itu bersorak gembira. Jumlahnya yang banyak dan akan mati sekaligus tanpa harus berperang seperti dulu membuat mereka sangat bahagia, tanpa sadar kebahagiaan itu hanya sementara. Karena setelah ini akan ada kejutan yang membuat Greamor harus bekerja lebih keras lagi.

 

Fighter's Prejudice (Tamat, Proses Revisi)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu