Prolog

2.6K 189 14
                                        

BEOMGYU meraih tas gitarnya yang setengah resletingnya terbuka di atas meja belajar. Ia membenarkan resletingnya lalu mengecek ponsel. Benda cangih itu kehabisan baterai ia sengaja tinggalkan agar tidak mengganggu kegiatannya sore ini sampai malam nanti.

Sepulang sekolah, Beomgyu selalu bersemangat berangkat les gitar. Anak ini menyukai gitar seperti ia menyukai orang-orang yang hadir dalam kehidupannya. Dengan jiwa dan karakternya yang lemah lembut, Beomgyu sering kali mengekspresikannya melalui musik.

Berbeda dengan adik dan sepupunya, Beomgyu tidak memiliki bakat berkelahi sama sekali. Sifatnya yang lembut dan penyayang membuatnya dipandang sebagai pribadi yang lemah. Tak hanya sekali dua kali ia dibully di sekolahnya hanya karena wajahnya yang secantik dewi dalam mitologi. 

Meski begitu, jiwanya lebih kuat daripada orang-orang kebanyakan. Mark sepupunya memang pintar berkelahi, bahkan terkenal dengan kekuatannya di Daegu sana. Sedangkan adiknya, Sungchan, juara nasional taekwondo selama lima tahun berturut-turut cukup membuat orang-orang di luar sana takut hanya mendengar namanya saja.

"Eomma! Appa! Aku berangkat dulu ya!" Beomgyu melangkah keluar dari rumahnya. Bunyi kerincing jimat yang digantung di pintu mengiringi langkahnya yang ringan menuju keluar gerbang.

Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, celingukan mencari seseorang. Karena yang dicarinya tidak ditemukan, maka Beomgyu memutuskan untuk berjalan sendirian menuju tempat les gitarnya. 

"Ayo Beomgyu, jangan takut. Kamu nggak akan ketemu musuh-musuh itu lagi. Kamu masih punya kaki buat lari!" Beomgyu menyemangati diri sendiri seiring langkahnya dipercepat menuju halte bus.

Langit di atas kepalanya mulai berubah warna. Kebiruan terangnya memudar dengan cepat tergantikan legam gelap. Satu kali gemuruh petir berhasil membuat Beomgyu berlari menuju halte, tak mau kehujanan sebelum sampai ke tujuan.

Beruntung bus jalurnya datang tepat waktu. Beomgyu segera masuk ke dalam sana dan mencoba memilih tempat duduk. Karena favoritnya baris kedua di dekat jendela kiri, sudah ada yang menempati.

Seperti biasanya, hari ini bus terlihat sepi. Baru ada 3 orang penumpang termasuk dirinya. Supir tidak dihitung. Memang bus ini baru saja menurunkan penumpang di pemberhentian terakhir untuk berganti dengan supir yang lain. Sehingga halte dekat rumah Beomgyu yang tergolong sepi menjadi permulaan rutenya.

Beomgyu mengabaikan tiga orang yang duduk memencar di dalam bus. Ia memilih kursi di baris ketiga dekat dengan jendela. Karena memakai earphone di telinganya, Beomgyu abai dengan langkah salah seorang yang melewatinya dari kursi belakang. 

Orang itu menuju ke kursi kemudi. Beomgyu tidak melihatnya dan fokus memandang pada jalanan yang dilewati oleh bus. Ia juga tidak tau bahwa penyebab bus oleng hingga menimbulkan guncangan yang mengagetkannya adalah orang yang berjalan tadi.

Segera saja Beomgyu melihat ke depan, memastikan apakah semuanya aman. Dengan mata kepalanya sendiri, Beomgyu melihat supir bus yang ditumpanginya kini jatuh tak sadarkan diri di dekat pintu masuk bus.

Seseorang yang tadi melangkah melewatinya menggantikan supir tersebut, membawa Beomgyu entah kemana di dalamnya. Anak itu segera berdiri dan mengambil nafas dalam-dalam akan berteriak. 

Namun lengan kekar seseorang yang melingkar dan mencekik lehernya, membuat Beomgyu tidak bisa mengeluarkan suara bahkan hanya untuk sekedar menghirup udara.

"Jadi ini sepupu Mark Lee yang tak terkalahkan itu?" ucap sosok yang masih mencekik leher Beomgyu dengan kuncian lengannya.

"Jangan banyak bicara. Kerjakan saja tugasmu, Kei." Sosok yang menempati kursi favorit Beomgyu menjawab dengan nada dingin mencekam.

Alter Ego ✦ SoogyuWhere stories live. Discover now