Chapter 2

14 0 0
                                    

"Bye, Kak Ren! Makasih ya tumpangannya, maaf ngerepotin."

Rendra melongo setelah mendengar ucapan Rey lalu ia menoyor pelan kening gadis itu.

"Kemana aja lo, minta maaf setelah ngerepotin 2 tahun nebeng!"

"Jadi kakak ga ikhlas selama ini boncengin aku? Kak Ren tahu gak?"

Kening Rendra mengernyit, apasih maksudnya?

"Apaan?"

"Yang kakak lakukan itu jahad, sungguh menyakiti hati moengilku," ucap Reyna mendramatisir menirukan dialog film terkenal.

"Cinta?"

"Ya, Rangga?"

Seketika keduanya tertawa terbahak-bahak. Rendra juga bingung mengapa dia justru meladeni keanehan gadis ini. Rupanya virus kegilaan Rey mulai menular padanya atau bahkan sudah parah?!

"Hahahaha, freak lo!"

"Hah!? Kakak yang freak huu... Sana pulang, mukanya bosenin!"

"Apa? Ngangenin? Emang iya, Rendra mah cakep, anak Pak Baim."

Reyna sontak memasang muka seolah jijik dengan perkataan Rendra barusan. Padahal dilihat dari sudut manapun Rendra ini memang tampan. Namun, mungkin karena sudah mengetahui sifat Rendra luar dalam sehingga ketampanan Rendra sudah tertutup kabut asap di mata Reyna.

"Pd gileee, udah sana balik!"

"Ga sopan banget lo! Udah dianterin bukannya nawarin mampir kek kasih minum apa gimana."

"Kak Ren mau mampir? Ya ayok ada kok air bekas cuci piring."

"Dasar sengklek, dah lah bye. Jangan kangen sama gue."

Rendra lantas melajukan motornya ke rumahnya yang terletak persis di sebelah rumah Reyna.

Reyna mencibir tetangganya itu dalam hati sambil melangkah masuk ke rumahnya.

"Assalamu'alaikum, Bun!"

"Wa'alaikumsalam! Ngapain sih teriak-teriak? Ini bukan di hutan, Rey."

Reyna segera mencium tangan sang Bunda dengan wajah yang masih masam.

"Bunda juga teriak ih. Lagian di hutan juga ngga pada teriak-teriak."

"Iya juga sih, itu kenapa muka kamu udah kaya baju abis keluar mesin cuci?"

"Pertama, seperti biasa ini gara-gara Kak Ren yang sok ganteng itu. Kedua, diperparah oleh Bunda yang bukannya memberi cacing-cacing diperutku asupan justru memberiku amukan," Renya kembali berakting seolah menjadi pemeran yang paling tersakiti di sebuah film.

Ria, Bunda Reyna, bertanya-tanya dalam hati, ngidam apa dulu sampai anaknya se-alay ini. Sepertinya ia harus meminta anaknya casting film. Siapa tahu mendapat peran, figuran.

"Kumat lagi alaynya. Ya udah sana ganti baju terus bersih-bersih. Bunda udah masak kesukaan kamu. Oh iya jangan lupa itu se-"

"Sepatu ditaruh ditempatnya, kaos kaki langsung taruh bak cuci, baju digantung yang rapi," sahut Reyna sebelum sang Bunda selesai mengucapkan kata-katanya. Ia sungguh sudah hafal di luar kepala, mungkin dia akan mendapat nilai sempurna jika ada ujian menuliskan "perintah emak".

"Kamu ya!"

"Hihi peace, Bun. Akan segera ku laksanakan titahmu ratu," ucap Reyna sambil terkikik dan kabur ke kamarnya sebelum mendapa ceramah yang lebih panjang.

🦋🦋🦋

Selesai makan siang, Reyna beranjak dari  kursi menuju dapur dan membantu bundanya mencuci piring. Memang sudah menjadi kebiasaan baginya untuk mencuci semua bekas makanannya sendiri. Kedua orangtuanya banyak menanamkan kebiasaan baik pada Reyna agar bisa lebih mandiri nantinya.

UnknownWhere stories live. Discover now