“Silakan kembali, panggil Hunter lain untuk menemani saya.”

Logan merasa posisinya terancam, tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menuruti apa yang diperintahkan oleh Damian. Lelaki itu pergi dan terpaksa harus berhadapan dengan blatta yang menyebalkan.

Logan tahu betul, Albie menyelam dengan Jaiden, Logan bahkan membuat Hunter berputar agar tidak bisa melihat keberadaan dua orang itu. Sayangnya lelaki itu terlalu percaya diri. Semula dia mengira dengan membiarkan Albie mengikuti Jaiden akan memberikan kesempatan kepadanya untuk bisa memiliki Albie yang akan dihukum oleh ayahnya sendiri.

Damian yakin Albie menyeberang, dia meminta hunter untuk membawakan eageleon, tanpa ada penolakan Damian mendapatkan apa yang dia inginkan.

Diikuti oleh lima hunter yang mengawalnya, Damian terbang menyeberang melintasi The Infinite Canal dan mendapati kenyataan harus bertemu dengan sosok yang dia cari. Perempuan kecil yang selalu dia sayangi itu kini berada di atas eageleon bersama rombongan Hunter dari Eqouya.

*

“Da, ini Albie, putri dari Damian Damaris.” Sepulang berkeliling di Eqouya Jaiden membawa Albie untuk bertemu dengan Elijah.

Albie tersenyum melihat wajah ramah Elijah, yang dia tahu, Elijah itu adalah sosok licik dan jahat. Bahkan mengingat bagaimana Albie selalu mengumpat dan memberikan sumpah serapah kepada Elijah membuatnya malu sendiri.

Sosok perempuan cantik menghambur mendahului Elijah, dia tersenyum lembut dan mengerling ke arah Jaiden.

“Rupanya ini sosok yang begitu gigih kamu perjuangkan,” godanya.

“Ula!”

“Saya Albie, senang bisa bertemu dengan kalian semua.”

“Bawa ke dalam, kita bicara di dalam.” Elijah mendahului mereka melewati sebuah pintu berdaun ganda.

Jaiden tanpa ragu menggenggam tangan Albie dan membawa sosok itu ke ruangan keluarga.

“Kami sudah mendengar apa yang kamu inginkan, untuk bicara dengan Damian Damaris sepertinya adalah jalan terakhir yang akan kami tempuh, selama ada jalan lain maka kami akan ambil jalan yang lain itu. Kami sudah cukup hidup dalam sebuah prasangka yang menyakitkan. Hidup kami sudah damai dan tenang.”

Elijah mengatakannya dengan tenang, Jaiden sedikit iri karena jika bicara dengannya Elijah terkadang menjelma menjadi sosok tegas yang tidak terbantahkan. Beda dengan saat ini.

Albie melihat ke arah Elijah dan istrinya, seketika hatinya rindu sosok ibu yang sudah meninggalkan dirinya satu tahun yang lalu.

“Kami tidak tahu jika Eqouya sebenarnya punya hati yang tulus,” ujar Albie. “Maafkan prasangka kami yang menyakiti kalian. Sekarang saya juga menginginkan Greamor bisa terbebas dari blatta. Anda tidak tahu bagaimana kacaunya Greamor saat ini.” Gadis itu menunduk, tiba-tiba tidak tahu lagi apa yang harus dia katakan.

“Dan mungkin ini adalah salah satu cara agar Eqouya terbebas dari tuduhan, tuduhan yang selalu disangkakan sejak lima puluh tahun lalu,” sambung Jaiden.

Sudah saatnya berdamai, Prexogalla harus berkembang tanpa adanya peperangan dan perpecahan antar wilayah.

“Kami takut,” ungkap Elijah.

Albie mengangkat wajahnya, melihat sosok itu dengan seksama. Wajar jika takut, Albie sudah menduga apa yang akan terjadi jika Elijah menampakkan diri di hadapan Damian. Mungkin perang yang sesungguhnya akan terjadi.

“Tapi melihat kegigihan kalian, bukankah saya harus memberikan kesempatan?”

Sudut bibir Albie terangkat. Dia menemukan titik terang dengan persetujuan dari Elijah untuk menemui Da-nya dan melakukan kerja sama untuk memberantas blatta.

“Merterina,” ucap Albie dan Jaiden bersamaan. Seketika keduanya saling menatap dan melempar senyuman.

Di luar dugaan Albie dan juga Jaiden, Elijah dengan senang hati untuk langsung berbicara kepada Damian. Apa yang akan terjadi nanti tidak menjadi penghalang pemimpin dari Eqouya untuk melancarkan misinya. Yang dia tahu, masalah memang harus segera diselesaikan. Prexogalla tidak dibiarkan berlarut-larut dalam pertarungan yang tidak ada habisnya.

Albie dan Jaiden memang sudah memperkirakan akan terjadi sesuatu saat melewati perbatasan The Infinite Canal, tetapi tidak pernah menyangka yang menunggangi eageleon dan berhadapan dengan mereka adalah Damian.

“Da, jangan!” peringat Albie.

Tanpa ampun Damian menembakkan dagger sampai melukai beberapa hunter dari Eqouya. Eageleon yang ditunggangi sampai jatuh dan ikut terluka.

“Tolong jangan, Da. Mereka sama sekali tidak jahat, tolong kumohon!”

Albie terus berteriak, sementara Elijah dan Jaiden dilindungi Hunter agar tidak terkena lemparan senjata.

“Kamu sudah melanggar kesepakatan, kamu harus tanggung sendiri akibatnya.” Damian mendekat sayangnya Albie mundur.

Sebagai seorang ayah sebenarnya hatinya terluka ketika melihat Albie justru mendekat ke arah Elijah. Itu membuat dia berubah pikiran, semula ingin memaafkan Albie, tetapi melihat bersama siapa putrinya datang Damian merasa perlu mempertahankan harga dirinya.

“Da, sekali lagi saya mohon tolong dengarkan aku, ini satu-satunya kesempatan untuk memusnahkan blatta tanpa membuat negeri kita hancur dan hampa seperti sekarang ini. Da harus membuka mata dan melihat bagaimana indahnya Eqouya. Aku merasa tempat ini jauh lebih layak disebut sebagai negeri.”

“Sudah berkali-kali saya bilang, hentikan omong kosongmu!” bentak Damian.

“Setidaknya Da dengarkan kami dulu. Khan Elijah dengan bijak mau mendengarkan kami, tolongkah demi Greamor, demi Prexogalla.”

Damian geram kala mendengar Albie memanggil Elijah dengan begitu sopan. Dia langsung berpaling dan menantang Elijah.

“Tidak ada salahnya mendengarkan mereka,” ucap Elijah. “Sebagai pemimpin, kita harus bicara. Dengan kerendahan hati saya datang ke Greamor.”

“Apa yang sudah kamu lakukan sampai membuat putri saya lupa diri?” tanya Damian.

“Tidak ada, rupanya putrimu sangat pintar untuk lebih memahami situasi ini. Dan atas nama putra saya, Jaiden Wells saya meminta maaf karena telah membiarkan dia menyusup ke Greamor dan ....”

“Dohotno!” umpat Damian. Dia memberi kode dengan tangannya agar Hunter segera menyerang.

Dagger beterbangan mengenai beberapa hunter Eqouya. Albie tidak bisa membiarkan peperangan dan tumpah darah terjadi. Dia segera maju dan diam di barisan paling depan. Otomatis semua Hunter berhenti, tidak berani melanjutkan karena nyawa Albie adalah taruhannya.

“Satu kali lagi tolong beri kesempatan.” Albie memohon, Damian hanya diam sambil melihat putri kesayangannya merendahkan harga diri di hadapannya.

“Jangan rendahkan harga dirimu seperti ini,” kata Damian.

“Tidak ada yang merendahkan harga diri, aku hanya memohon kepada Da untuk mendengarkan kami. Aku siap, mendekam di penjara bawah tanah sampai akhir hayatku jika apa yang kami lakukan sama sekali tidak membuahkan hasil.”

“Kamu memang selalu gigih, Nak. Tapi apa harus bekerja sama dengan mereka?” tunjuk Damian.

“Kita semua saling membutuhkan, Da, Eqouya tidak bisa tanpa Greamor begitu juga sebaliknya.”

“Kenapa harus?” tanya Damian masih menyimpan keraguan dalam dirinya. Sesekali lelaki itu menatap Elijah dengan geram, dan juga Jaiden yang dia anggap sudah memberikan pengaruh yang begitu buruk untuk putrinya.

“Tidak akan berhasil bicara di sini, Da. Saya memberikan pilihan, Da ikut kami ke Eqouya atau kami yang ikut Da ke Greamor. Ini bukan perkara kecil yang harus di bahas di atas eageleon.”

Damian berpikir sejenak akhirnya dia mengangguk, “Ke Eqouya saja,” cetusnya.

Albie tersenyum, Jaiden dan Elijah merasa lega. Selangkah lagi untuk mendapatkan kedamaian Prexogalla.

Fighter's Prejudice (Tamat, Proses Revisi)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن