Selamat

2 0 0
                                    


Seperti yang sudah di infokan di grup kelas 12, Hari ini adalah pengumuman nilai ujian.

Hanya nilai ujian, Karna ijazah baru bisa diambil paling lambat 6-8 bulan setelah kelulusan.

Para siswa berpartisipasi dalam seleksi beasiswa berkumpul di aula, Pengumuman nilai dan beasiswa akan dilangsungkan secara bersamaan disini.

Harap harap cemas terlihat di raut wajah hampir semua siswa, Meyakinkan diri sendiri bahwa apapun yang terjadi itulah yang terbaik.

Tak lama Guru yang bertanggungjawab terhadap beasiswa masuk kedalam ruangan membuat semuanya semakin tegang, Tak terkecuali Jival dan Dearly.

Jival tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika ia tidak terpilih sebagai pemenang beasiswa.

Akankah hari ini menjadi hari terakhirnya hidup?

"Selamat pagi anak-anak" Sapa sang Guru.

"Baiklah, Untuk mempersingkat waktu kita mulai saja"

Guru itu pun mulai menyambungkan infocus dengan laptopnya, Tak lama layar didepan menunjukkan layar laptop.

Para siswa sepertinya sedang lomba jantung.

"Sebelumnya Bapak ingin mengucapkan selamat kepada siswa yang terpilih, Dan untuk siswa yang belum terpilih jangan berkecil hati" Ucap sang Guru sebelum menekan salahsatu keyboardnya.

Nama-nama dan nilai siswa yang berhasil dalam seleksinya mulai terlihat, Dapat dilihat juga hanya ada 5 siswa yang beruntung.

Sadewa Lakeswara : 99,2
Viola Arsyanda         : 98,6
Dearly Agnesia         : 98,4
Bianca Nasution       : 96,8
Mahendra Siregar    : 95,2

Hening, Diruangan itu hanya terdengar suara isakan. Sulit dibedakan antara tangis bahagia dan tangis kecewa.

Setelah pengumuman selesai, Para siswa di bolehkan bergabung dengan teman sekelasnya.

Dearly dan Jival hanya diam sendari tadi, Jival tampak kacau walaupun dengan wajah datar andalannya.

"Tunggu, Ji!" Tumben Jival meninggalkannya.

Jival meremat telapak tangannya, Memejamkan mata dan mengatur nafasnya.

Jujur saja ia sedang tidak dalam kondisi baik.

"Ji.." Dearly langsung memeluk tubuh Jival dari belakang, Dearly tidak bodoh untuk tidak tahu apa yang sedang Jival rasakan.

"Maaf.. Gue bakal menolak beasiswanya" Ucap Dearly ditengah isaknya.

Tidak, Ini tidak bisa dibiarkan.. Jika aku diterima maka Jival juga harus, Dan jika Jival tidak diterima maka aku juga jangan..

Dearly terus berdebat dengan dirinya, Bukankah persahabatan itu lebih penting?

Seketika Dearly berenti terisak saat merasakan usapan di tangannya yang melingkar di perut Jival.

"Gue ga ngizinin kamu buat nolak beasiswanya, Kamu butuh itu buat bertahan hidup"

Dearly melepaskan pelukan, Diusapnya airmata yang masih berlinang.

Jival membalikan tubuhnya menghadap Dearly, Diberinya senyuman tipis yang sebenarnya seperti dipaksakan.

"Dan Lu? Lu juga butuh itu buat bertahan hidup Ji!" Dearly kembali terisak membayangkan apa yang akan terjadi dengan sahabatnya.

"Gue bakal baik-baik saja selagi Lu baik-baik saja" Jival meraih tubuh Dearly dan mendekapnya.

"Janji ga nolak beasiswanya?" Setelahnya Dearly mengangguk, Seengganya ia harus menjadi penyemangat Jival.

Selamat Dearly - Jival Virgos
Selamat tinggal Jival - Dearly Agnesia

PARIS || Park Jisung ✅Where stories live. Discover now