The Three of Us

5.3K 15 0
                                    

Kim

Hari ini aku berulang tahun ke-18.

Aku menggeliat di balik selimut dan meregangkan otot-otot lenganku. Kausku yang sangat kecil terangkat hingga payudara bulatku mengintip di baliknya. Matahari pagi bersinar lembut menembus tirai tipis yang melapisi jendela kamarku. Aku melompat dari tempat tidur masih mengenakan cropped t-shirt tipis dan celana dalam, lalu membuka jendela lebar-lebar. Di sana aku merentangkan lenganku lagi, menikmati udara pagi yang sangat sejuk dan segar. Saat aku melihat ke bawah, tak kusangka Gilbert si pengantar susu sedang berada tepat di bawahku sambil mendongak ke atas. Dia sama sekali tak mau berpura-pura tak melihat apa-apa dan malah mengekeh sambil geleng-geleng kepala. "Makin besar saja kau, Kim... jangan lupa minum susumu, ya!"

Huh! Dasar brengsek.

Tapi biarlah. Hari ini aku sedang sangat senang. Sejak semalam, aku tidak bisa tidur memikirkan apa yang akan diberikan Mark untukku. Saat dia, ibu, dan ayah mendatangi kamarku pada tengah malam untuk mengucapkan selamat ulang tahun dengan membawa kue dan aku pura-pura sedang tidur, Mark tidak memberiku apa-apa. Dia sudah menjelaskan bahwa hadiahnya tidak akan diberikan di depan ayah dan ibu, atau itu akan terlalu berlebihan dan bisa membuat mereka curiga. Aku sudah paham, jadi waktu kadoku hanya dua, aku tidak ingin menangis.

Mark bilang, dia akan memberiku hadiah istimewa. Dadaku berdebar-debar membayangkannya. Apa ya yang akan Mark berikan untukku? Apa Mark akan mengajakku bercinta di tempat yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya? Memikirkannya aku jadi merasa malu. Pipiku merona dibelai sinar mentari. Aku begitu bergairah sampai-sampai puting susuku yang mengeras tercetak jelas di balik kaus kecilku yang tipis. Kalau Mark melihatnya, dia akan langsung menerkamnya. Seperti tempo hari saat ia demam.

Mark kena flu parah dan aku begitu sedih dibuatnya karena selama beberapa hari aku tak boleh mendekatinya. Suatu pagi saat ibu akhirnya memperbolehkanku mengantar bubur ke kamar Mark karena flu Mark sudah reda, aku masuk kamarnya mengenakan kaus kecilku ini. Tentu saja aku menyempatkan diri berganti pakaian dulu. Begitu melihatnya, Mark langsung melupakan buburnya dan lebih memilih meminum susuku sampai aku lemas. Dia tidak berani menciumku karena takut menulariku, tapi dia terus menyedot puting susuku seperti bayi dan saat ia puas, dia turun ke bawah dan menjilati milikku sampai benar-benar basah. Dalam keadaan lemah setelah sakit dan agak demam pun, Mark menyetubuhiku dengan kekuatan prima. Dia membuatku kepanasan karena suhu tubuhnya yang hangat, bahkan spermanya yang memenuhiku pun terasa panas dan lebih banyak. Oh, aku sangat mencintai Mark. Sejak kami kembali berbaikan lagi, kami terus berhubungan seks seperti tak ada bosannya. Mark benar-benar tergila-gila padaku.

Sedikit-sedikit, dia mendatangi kamarku saat aku sedang belajar, atau membaca. Kadang dia hanya ingin membelaiku dan berciuman denganku, tapi lebih sering kami kebablasan dan akhirnya bersetubuh. Aku suka sekali kalau Mark mulai bimbang antara mau melanjutkan menyetubuhiku sampai selesai, atau berhenti karena aku harus belajar. Menurut Mark, tubuhku semakin tak bisa ditolaknya. Setiap kali dia melihatku, meski aku berpakaian lengkap, dia selalu ingin menelanjangiku. Aku sudah semakin dewasa, katanya. Tubuhku sudah tidak seperti saat ia pertama kali meyentuhnya, Mark selalu mengklaim bahwa sentuhannya lah yang membuatku tambah seksi. Dadaku semakin bulat dan montok, membuat Mark selalu ingin membenamkan wajahnya di sana. Mark juga semakin sering memohon supaya aku mau membolehkannya memasuki lubang pantatku dengan penisnya, tapi aku takut. Mark pernah mencobanya sekali, dan aku menangis bahkan sebelum seluruh kepala penisnya mendobrak lubang sempitku. Aku tak tahu kenapa gadis-gadis dalam film yang sering ditunjukkan Mark padaku tampak sangat menikmatinya.

Aku menarik tubuhku dari jendela saat kulihat ibu muncul di halaman. Dia mengenakan pakaian jogging dan sedang berlari-lari kecil menunggu ayah mengeluarkan mobil dari garasi. Sabtu ini mereka ada acara di kantor ibu. Ibu membuat banyak makanan ringan untuk dibawa ke bazaar. Mereka mengadakan sebuah penggalangan dana untuk korban bencana kebakaran di Australia. Sebenarnya aku diajak serta, tapi karena ini hari ulang tahunku, aku dibebaskan dari tugas dan diberi izin bermain dengan teman-temanku. Aku diberi uang saku cukup banyak untuk mentraktir mereka di kedai pizza, tapi aku punya rencana lain. Dengan siapa lagi kalau bukan dengan Mark?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 05, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Three of UsWhere stories live. Discover now