Dia

20 2 3
                                    

"Lima menit lagi? Aku harus segera turun!" Memantau jam tangannya, Nala terburu-buru mengalungkan id card dan mengambil tas ransel hitam nya. Menutup pintu kamar nomor 307, lalu bergegas memasuki lift menuju lantai 1 ballroom hotel.

Dengan nafas sedikit terengah-engah, ia duduk di bangku tengah. Melihat sekeliling sudah sebagian dipenuhi oleh peserta Workshop dari berbagai daerah. Tak lama seorang wanita berusia sekitar 40tahun, berlogat ngapak duduk di bangku sebelah dan menyapa.

"Mbak dari mana?"

"Dari kota sejuta bunga buk. Ibuk dari mana?" Balas Nala.

"Dari Kota Santri mbak. Kita satu kelas ya." Sambil menunjuk warna tali id card Nala yang berwarna senada dengan miliknya yaitu merah. Menandakan mereka satu kelas.

"Iya Bu, kelas 2-i ya."

Obrolan mereka terhenti sejenak, ketika MC mulai membuka acara. Tampak para tutor sudah mengisi tempat duduk paling depan membelakangi peserta.

MC mempersilahkan 10 tutor bergantian maju ke panggung untuk memperkenalkan diri. Sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai dosen dan sebagainnya lagi adalah aktivis di bidang pendidikan.

Tiba giliran seorang bapak berusia sekitar 40 tahun, berkulit sawo matang memperkenalkan diri.
"Perkenalkan nama saya Samsudin, panggil saja saya pak Sam."
Beliau adalah aktivis pendidikan yang akan menjadi tutor di kelas Nala.

Tibalah tutor terakhir mulai berjalan ke atas panggung. Sosok lelaki muda berkemeja biru dongker, senada dengan baju Nala itu mulai memperkenalkan diri. Saat melihat wajah dan mendengar namanya. Jidat Nala mulai mengerut, raut wajah nya terkejut.

Laki-laki itu, mengapa bisa ada di sini? Laki-laki yang dulu pernah mengingkari kepercayaan Nala. Ia yang membuat prinsip-prinsip yang telah di bangun kokoh selama lima tahun hilang hanya dalam sekejap. Kisah dengan nya tak akan bisa Nala lupakan. Laki laki yang membuat Nala pernah disebut sebagai wanita munafik.

***
1 Safar 1444 H

Hijrah Dari Cinta Yang SalahHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin