1: First Page

21.4K 1.8K 155
                                    

Don't forget to give your vote and comment🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Don't forget to give your vote and comment🌹

Happy reading

*****

Hidup terasa membosankan tanpa tantangan.

Bagi seorang Alsenio Dewangga yang selama ini hidup melekat dengan kompetisi, menghabiskan hari dengan rebahan sepanjang waktu terasa seperti pembunuhan berencana. Alsen tidak tahan dengan libur semesternya yang masih tersisa satu minggu lagi. Karenanya, cowok itu meminta teman-temannya berkumpul untuk melakukan pertandingan.

"Guys, seriously? Lomba lari?"

River menaikkan alis heran menatap Alsen yang sedang memakai sepatu olahraga. Cowok bertubuh tinggi tegap itu lantas menatap ke arah dua sahabatnya yang lain, yang juga tengah memakai sepatu mereka masing-masing. Di antara keempat cowok yang masing-masing terkenal dengan pesona mereka, hanya River yang bermusuhan dengan olahraga.

"Guys, ayolah. Ngapain lomba lari segala? We can enjoy our holi—

"Bacot," sambar Henry. "Ikut nggak?"

"Udah kaya cewek aja," timpal Hugo seraya berdiri. "Done."

Helaan napas panjang terdengar dari River yang terpaksa ikut memakai sepatu olahraganya. Sementara itu, Alsen tersenyum miring melihat ketiga temannya yang sudah bersiap dengan atribut mereka masing-masing.

"Kita tunggu Griza sama Jessy bentar," ujar Alsen seraya melirik jam di tangan kirinya.

"Eve nggak ikut, Sen?" tanya River.

"Mulai... mulai. Buaya taman kota beraksi," sambar Hugo menatap sengit ke arah River.

River mengedikkan bahunya mendengar ucapan Hugo. Mereka berempat kini sedang melakukan peregangan dengan gerakan-gerakan sederhana. Kecuali Alsen yang sudah memulai kegiatan push-up andalannya.

"Itu Griza," cetus Henry.

Seketika Alsen berdiri dari posisinya.

Cowok itu tersenyum cerah seraya melambaikan tangan ke arah seorang gadis dengan outfit sporty yang membalut tubuh atletisnya. Griza Adeline berjalan dengan langkah ringan bersama sahabatnya, Jessy.

Tubuh yang terlihat proposional dan figur wajah yang mempesona itu semakin mendekat ke arah Alsen. Dan sepanjang gadis itu melangkahkan kaki ke arahnya, Alsen sama sekali tidak bisa melepaskan pandangannya meskipun hanya sedetik.

"Sorry," ujar Griza ketika berdiri di hadapan empat cowok yang tersenyum kepadanya. "Tadi kena macet bentar."

"Nggak apa. Kita belum mulai juga, kok," balas Alsen lembut.

Griza mengangguk singkat menanggapi ucapan Alsen. Tatapannya sekarang beralih ke arah tapi sepatunya yang terlepas. Sebelum Griza sempat membenarkan tali sepatunya, Alsen sudah lebih dulu berjongkok di hadapannya. Cowok itu mulai mengikat tali sepatu Griza dengan telaten.

BitterloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang