1

577 42 0
                                    

Sunghoon sedang duduk di kursi angkot sambil memainkan benda pipih yang berada di tangannya. Angkot yang ia naiki belum juga jalan karena masih banyak tempat yang kosong. Rencana hari ini Sunghoon akan berkunjung ke rumah temannya. Rumahnya dekat dengan jalan raya, jadi ia memilih untuk menaiki angkot.

Saat melihat-lihat sekitar, mata Sunghoon menangkap seseorang yang sedang bernyanyi sambil memainkan ukulele. Itu adalah pengamen jalanan, tetapi ia baru melihat wajah Sang Pengamen. Pengamen itu berjalan ke angkot yang dinaiki Sunghoon dan mulai bernyanyi.

Jujur saja suaranya memang bagus. Mendengar suara sang pengamen membuat ia lupa dengan masalahnya, ia jadi ingin tertidur.

Saat Sunghoon perhatikan lagi, sepertinya pengamen ini umurnya tidak jauh darinya. Mungkin seumuran atau lebih tua darinya? Entahlah, ia tidak tahu.

Sunghoon merogok sakunya lalu memberikan uang kepada Sang Pengamen.

"Aku harap aku bisa bertemu denganmu lagi, suaramu indah dan kamu memainkan ukulele itu dengan baik. Aku ingin mendengarnya lagi lain waktu."

Pengamen itu menatap Sunghoon heran. Tumbenan ada yang bilang begitu sama dia. Saat pengamen melihatnya, Sunghoon seperti kelelahan dengan mata panda yang menghiasi wajah.

"Hatur nuhun a, semoga suatu hari nanti kita bertemu kembali, permisi."

Pengamen itu pun pergi.

Setelah kejadian itu Sunghoon dan Sang Pengamen tidak pernah bertemu lagi. Dikarenakan ia sudah kelas XII, jadi Sunghoon lebih sering berada di rumah untuk belajar. Kalaupun keluar, pasti diantar oleh kakaknya (kalau memang harus diantar, misalnya ke rumah temannya atau ke tempat yang jauh.)

"Aku mau ke depan dulu ya, Kak."

"Ngapain?"

"Mau beli makanan."

"Mau ditemenin gak?"

"Gak usah, Kak. Aku bisa sendiri."

"Jangan kemana-mana, ya, Hoon. Langsung pulang ke rumah."

"Iya, Kak. Aku pergi dulu, daah."

Sunghoon berjalan menuju tempat makan langganannya. Kepalanya terasa pusing seperti hari-hari sebelumnya. Ini sering terjadi akibat phobia, jadi ia tidak terlalu khawatir.

Saat sudah sampai, Sunghoon pun memesan makanan yang ia inginkan. Sambil menunggu, ia memainkan handphone-nya sebentar. Hanya mengecek notifikasi, taku ada yang penting. Walaupun, pada kenyataannya tidak ada.

"Ini, Dek."

"Ini uangnya, Pak," ucap Sunghoon sambil memberikan uang kepada penjual makanan.

"Makasih, Dek."

"Iya, Pak. Sama-sama."

Sunghoon pun pergi membawa makanan yang sudah ia beli tadi. Tak lama, ia dikejutkan oleh seseorang yang menghampirinya dengan pakaian lusuh.

"Eh, kamu orang yang waktu itu ada di angkot, kan?"

Sunghoon mengernyitkan keningnya.

"Aku emang sering naik angkot, tapi kamu siapa?"

"Masa kamu gak inget? Katamu waktu itu ingin bertemu lagi denganku lain waktu. Kamu memuji suaraku yang indah, kamu lupa?"

"Benarkah? Apa aku pernah berkata seperti itu?"

"A-ah sepertinya aku salah orang. Maaf, aku tidak pernah bertemu dengannya lagi dua tahun lalu."

"Dua tahun lalu?"

Dua tahun itu tidak sebentar. Pantas saja Sunghoon lupa. Hal yang terjadi pada beberapa hari sebelumnya saja ia sudah lupa, apalagi dua tahun.

"Ingatanku kurang baik, bisakah kamu membuatku percaya kalau orang yang kamu lihat dua tahun yang lalu adalah aku?"

"Yang aku ingat dia seperti anak SMP, mungkin juga SMA, tapi sepertinya umurnya tidak jauh berbeda dari umurku. Dia terlihat kelelahan dengan mata panda di wajahnya, dan satu lagi."

Pengamen itu mulai memainkan lagu saat ia bertemu dengan Sunghoon di sebuah angkot yang masih sepi penumpang.

Sunghoon mendengarkan. Ia menikmati suara pengamen itu. Sunghoon ingin terus mendengar suara indahnya.

"Suaramu indah seperti dirimu."

Sang Pengamen tersipu malu.

"Kamu sudah ingat?"

"Tidak, tapi aku percaya kalau aku pernah mengatakan bahwa suaramu indah."

"Kenalkan, nama aku Jay!" ucapnya sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Senang bertemu denganmu, Jay," jawab Sunghoon sambil menjabat tangan Jay.

"Namamu?"

"Kamu ingin tahu?"

"Jelas mau!"

Sunghoon tersenyum.

"Namaku Sunghoon."

"Umurmu?"

"Umurku? Hmm ... enam belas tahun."

"Tuaan aku ternyata, kamu harus memanggilku kakak agar terlihat sopan!"

Sunghoon mengangguk.

"Iya, Kak Jay."

"Oh, ya, dua kali aku ketemu sama kamu di tempat ini, kamu tinggal di daerah sini?"

"Iya, rumahku masuk gang sana. Kalau mau mampir tinggal kesana saja, rumahku temboknya warna merah. Maaf, ya, Kak, aku gak bisa lama-lama. Kepalaku pusing karena terlalu lama berdiri."

"Aku antar saja, bagaimana?"

"Tidak, tidak, aku gak mau ngerepotin Kakak. Lagipula, aku sudah terbiasa, tidak perlu khawatir. Kak Jay hati-hati, jangan lupa main ke rumah. Aku tunggu."

Sunghoon melepaskan tautan tangan mereka lalu menepuk pundak Jay. Setelah itu Sunghoon pergi.

Jay menatap pundak Sunghoon. Jay ingin dekat dengannya.

"Heh, Jay. Ngapain diem aja?! Cepet keliling, cari uang. Kamu pikir uang akan datang dengan sendirinya, hah?!"

"Ma-maaf," ucap Jay lalu kembali berkeliling mencari uang.

















to be continue

ini remake cerita ki, awalnya mc cerita ini seungin
ki ganti jadi jayhoon

smoga bisa mengatasi rindu kalian ke jayhoon <3

Phobia [jayhoon] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang