Dear Life - 1

42 14 0
                                    

Seorang gadis duduk termenung dipagar pembatas balkon kamarnya. Tatapannya menyiratkan kekosongan. Kalau ia hilang akal kesadarannya mungkin sudah menjatuhkan diri kebawah sekarang juga.

Ia memejamkan matanya mulai terlelap dengan keheningan yang melanda. Berusaha melupakan semua masalah yang ada. Langit malam 'pun seakan tau isi hatinya malam ini.

Raganya masih sanggup untuk berdiri tegak menerima kekerasan dan kehidupan yang seakan bermain dengannya, tetapi batinnya tetaplah batin seorang gadis biasa yang bisa terluka kapanpun itu.

Orang-orang bilang kita harus bersyukur karena punya orangtua lengkap. Hei... Apa kalian tau rasanya bersatu secara fisik namun berpisah secara hati? Baginya tidak ada kata 'kelengkapan' didalamnya.

Terdengar suara pertengkaran dari kamar kedua orangtuanya. Bukan hanya suara teriakan tetapi juga suara pukulan, bentakan serta caci makian membuat ia menutup mata dan telinga karena terlalu muak dengan pertengkaran yang ada.

Bukan hanya sekali dua kali kedua orangtua-Nya bertengkar, tetapi setiap hari sampai ia yang melerai pun ikut terkena pukulan.

Semenjak Papanya berselingkuh, sejak itulah keluarganya hancur. Dulu, rumah ini bukan sekedar rumah tetapi menjadi tempat untuk pulang jikalau ia lelah. Dan sekarang lihat, yang ia rasakan hanyalah kelelahan setiap kali pulang kerumah ini.

Lucu bukan, mengingat semua hal yang indah berujung pada luka.

Semakin lama teriakan itu semakin kencang dan dekat.
Tiba-tiba Papanya mendobrak masuk kedalam kamar Aleeza menarik anak gadisnya turun dari pagar pembatas dengan kasar dan mendorongnya sampai tersungkur kehadapan istrinya.

"Brengsek." umpat Aleeza "Belum puas anda menyakiti Mama saya lalu melampiaskan ke saya, iya?! "lanjutnya dengan nada menantang. 

"Mama mu itu cuma perempuan lembek yang gampang dibodohi sama kayak kamu." Papa

"Perempuan simpanan anda jauh lebih bodoh dari saya dan Mama saya." Aleeza tersenyum menarik satu sudut bibirnya keatas.

Papa lalu menjambak rambut Aleeza dengan kuat. 

"Pa lepasin Pa! " Sang istri berusaha melepaskan tangan suaminya dari rambut Aleeza.

"Emang kenapa kalau Papa punya simpanan? Itu hak Papa."

"Anda definisi laki-laki brengsek tidak tahu diri!" teriak Aleeza didepan muka papanya. Aleeza tidak berniat menjadi anak durhaka, tapi keadaannya memaksa ia melakukan hal tersebut.

"Kamu diam gak usah ikut campur urusan orangtua bisa!?" bentak Papa lalu menampar Aleeza.

Tamparannya sampai membuat Aleeza tersungkur dan sudut bibirnya mengeluarkan darah membuat perempuan itu mengeluarkan smirknya. Oh ayolah, laki-laki yang selama ini menjadi tulang punggung keluarganya, laki-laki pertama yang dicintai menampar anaknya gara-gara perempuan sialan itu.

"Kamu gila hah?! Kamu keterlaluan! Ingat dia anak kamu. " teriak Mama dan membantu Aleeza berdiri.

"Hah banci yang hanya berani dengan seorang perempuan." Sarkas Aleeza

"Tutup mulut kurang ajarmu itu Aleeza! Mau Papa tampar lagi?!" Bentak Papa

"Tampar Pa tampar! Kalau bisa bunuh Aleeza sekalian! " ucap Aleeza menantang perlahan air matanya turun.

"Sudah Aleeza." Mamanya Aleeza memeluknya sambil menangis.

"Besok kita selesaikan ini di Pengadilan. Bawa saja Aleeza aku bahkan tidak butuh anak tidak berguna dan kurang ajar seperti dia. " ucap Papa melipat kedua tangannya dengan angkuh.

Dear LifeWhere stories live. Discover now