Chapter 9 | Chillax

88 45 76
                                    

Sudah tiga hari berlalu setelah insiden aku dan Vernon memergoki Jaehyun yang habis bersenang-senang dengan salah satu ceweknya. Dan selama itu aku juga belum bertemu Jaehyun lagi, karena ya kalian harus tau. Tangan dan bahuku retak karena memaksakan diri mendobrak pintu kamar Jaehyun yang keras. Aku hanya bisa mengatur jadwalnya secara online dan menghubunginya lebih sering karena tidak bisa memantaunya secara langsung.

Ternyata aku masuk di jajaran wanita lemah yang bisa terluka kapan saja. Padahal, aku merasa aku kuat seperti power ranger.

Aku tidak tau harus bersyukur atau mengeluh karena bahuku retak, tapi dengan begitu aku jadi punya alasan untuk tidak bertemu Jaehyun untuk sementara waktu.

Karena tangan dan bahu kananku retak otomatis kegiatanku terganggu. Aku jadi tidak bisa menulis dan melakukan kegiatan berat sendiri, walaupun aku masih ke kampus dan mencatat semua hal penting di iPad.

Aku mengecek penampilan di depan cermin, hari ini aku harus ke agensi untuk rapat. Agar lebih nyaman aku memesan taksi dan meluncur ke studio tempat Jaehyun syuting sebelum berbelok ke agensi yang menaungi Jaehyun.

Kayanya aku datang tepat waktu. Syutingnya kayaknya baru saja selesai, beberapa staf sudah membereskan peralatan syuting dan sebagian sudah bergosip mengagumi paras dan kepribadian Jaehyun yang seperti malaikat dari kayangan, hufft... mereka tidak tau saja bagaimana aslinya seorang Jung Jaehyun.

Tidak susah-susah mencari, dari pintu saja aku sudah bisa melihat Jaehyun yang bersinar sendirinya tersenyum berbincang dengan host. Aku realistis, mengakui kalau Jaehyun tampan walaupun cuman pakai boxer. Tapi, kalian juga tau kalau di mataku dia cuman manusia bermodalkan tampang dan uang tapi otaknya tertinggal di rahim ibunya.

Dan aku ilfill itu!

Dia bernapas saja aku ilfill. Jadi bayangkan saja seberapa ilfillnya aku dengan dia yang bernapas setiap saat?! Karena sepertinya topik pembicaraan mereka asyik sekali, aku jadi tidak enak untuk menyelahi. Aku hanya berdiri sedikit jauh dan memastikan waktu agar kita tidak terlambat ke rapat hari ini.

"Choi Rachel?"

"Oh, Chaewon."

"Kenapa tidak duduk?" Seru Chaewon dengan setumpuk properti syuting di dekapannya. Aku cukup akrab dengan Chaewon karena suka bertemu dilokasi syuting seperti ini.

"Oh, itu aku sedang menunggu Jung Jaehyun. Kayaknya mereka sedang tidak ingin di ganggu," aku terkekeh melihat Jaehyun yang masih tertawa-tawa dijahili host.

"Mau aku panggilin? Sekalian aku mau kesana," tawar Chaewon.

Aku melirik jam di lenganku, masih ada sekitar 40 menit dan agensi tidak jauh dari sini. "Gapapa, biar aku aja nanti yang ingatin. Kamu lanjutin aja apa yang mau kamu lakuin."

Chaewon mengangguk mengerti, "ya udah kalau gitu, aku duluan. Kalau ada apa-apa bilang aku aja."

Setelah mendengar balasanku Chaewon melesat pergi. Aku bersandar di tembok sambil sesekali menyahuti beberapa staff yang menegur ku. Seandainya saja tanganku sehat, pasti sekarang aku sudah membaca buku atau membaca jurnal pdf di handphoneku. Tapi karena belum bisa melakukan itu semua jadinya aku cuman bengong memperhatikan Jaehyun dari jauh.

Aku tersenyum getir melihat dia tampak baik-baik saja setelah membuat aku harus meminta maaf beberapa kali ke Vernon karena merasa tidak enak sudah merepotkannya dengan hal yang sangat tidak penting. Padahal Vernon sedang ada acara yang jauh lebih bermanfaat daripada datang ke apartemen Jaehyun waktu itu.

Oke, Jaehyun sudah menemukanku berdiri seperti orang bodoh disini. Dia tersenyum ke lawan bicaranya sebelum datang menghampiriku. "Ngapain disini? Bukannya lagi sakit?"

What's Wrong With Manager Choi?¿ | Jaehyun Where stories live. Discover now