Chapter 8 - The Photographer

34K 572 1
                                    

Chen membimbing Irene menuju kamar tidur. Kaki jenjang gadis itu melingkari pinggang Chen, sementara Chen menahan tubuh Irene agar tidak jatuh. Chen membaringkan Irene di atas ranjang, mereka saling menatap untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Chen bergabung dengan Irene. Chen merunduk untuk mencium bibir gadis itu yang sekarang terlihat begitu merah akibat ciuman-ciuman mereka sebelumnya. Chen menggigit bibir bawah Irene, memberikan kecupan panas di sekitar dagu gadis itu, menyerang leher Irene, dan menggigit salah satu tempat favorit yang ia temukan sebelumnya, membuat Irene mengerang.

"You like that?" Chen menyentuhkan lidahnya ke belakang telinga Irene. Wangi mawar tercium begitu kuat di daerah itu.

Irene mendesah lirih.

"Kalau begini?" Chen menyapukan lidahnya ke bagian tengkuk gadis itu, menggoda Irene.

"Chen... Geli..." ujarnya terkikik. Respon yang diberikan Irene membuat Chen semakin bersemangat untuk menggodanya.

Jemari Chen bermain di puncak payudara Irene, membuat Irene menggeliat.

"Please Chen... Kau menyiksaku.." Ujar Irene, disela-sela usahanya untuk menahan siksaan nikmat yang dibuat Chen.

Chen menatap wajah Irene, rasanya ia takkan pernah merasa bosan memandangi bola mata berwarna cokelat Irene yang seakan menghipnotisnya saat mereka bertatapan. Kini mata yang sebelumnya menatap Chen dengan hangat itu terlihat dipenuhi gairah.

"Take me, Chen..." Irene mendesah lirih di bawahnya. Gadis itu meraba bagian depan celana Chen, menurunkan risleting celana panjang laki-laki itu tanpa memutuskan tatapan antara mereka.

Irene benar-benar menginginkannya. Sebagaimana Chen menginginkan Irene.

Saat celana itu terlepas diikuti oleh celana dalam Chen, Irene menahan nafas dan menggigit bibir bawahnya, wajah gadis itu merona merah. Chen tersenyum nakal melihat ekspresi yang tergambar di wajah Irene.

Chen membuka kedua pangkal paha Irene, menunduk lebih rendah dan menekan kejantanannya ke pusat gairah Irene yang berdernyut-denyut. Irene telah begitu basah dan siap untuknya. Chen mendorong pelan, menikmati setiap detiknya.

Chen dapat merasakan bahwa Irene mendekapnya lebih erat dengan kakinya memaksanya masuk lebih dalam. Tampaknya gadis itu begitu frustasi dengan gerakan pelan yang dibuat Chen. Tapi Chen benar-benar ingin menikmati saat ini, ia ingin menikmati setiap detiknya. Chen mendorong, menarik, melakukan gerakan pelan itu berulang-ulang.

Sambil terus memberikan kecupan pada leher Irene hingga gadis itu mengeliat. Bibir Irene mencari-cari bibir Chen, mencium Chen dengan gairah, Chen membalas ciuman itu dengan sama bergairahnya.

Chen terkesiap saat inti kewanitaan Irene mencengkeramnya. Cengkeraman itu memaksa Chen untuk mendorong lebih cepat dan lebih dalam. Irene merangkulkan kakinya pada pinggang Chen, membawanya masuk lebih dalam. Chen menyambut undangan Irene, ia terus mendorong masuk, keluar, menarik tubuhnya dan kemudian menghujam kembali ke dalam tubuh Irene. Jeritan kenikmatan Irene semakin membuat Chen bersemangat. Ia menyadari kalau dirinya sudah nyaris mencapai puncak. Chen menghujam lebih keras.

"Chen!" Irene menjerit menyebut namanya. Tubuh gadis itu bergetar di bawahnya. "Chen!" Chen dapat merasakan tubuh Irene menegang di bawahnya, kedua tangan Irene mendekap erat dirinya.

Chen mempercepat ritmenya mencoba menyusul Irene, gerakan yang dibuat Chen itu membuat Irene melolong kembali menuju kepuasan, hingga akhirnya secara bersamaan, keduanya menjerit dalam pelepasan.

***



Model vs PhotographerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang