Chapter 6 - The Photographer

40K 651 12
                                    

"Sial! Sebenarnya apa isi kepala Ryu saat ia memutuskan untuk menghajar laki-laki itu!? Pada akhirnya, pasti tentang perempuan. Selalu saja tentang perempuan." Gumam Chen. Tadi di pesta, Mr. Lee memberi kabar tentang kemajuan kasus Ryu. Seniornya di kantor. Sepertinya kedua belah pihak sama-sama menolak untuk berdamai, dan akhirnya diputuskan kalau Ryu adalah pihak yang bersalah, karena ia yang menyerang terlebih dahulu.

Chen meneguk minuman di gelasnya dan kemudian terdiam sejenak menatap cincin yang melingkar di jari manisnya.

Sepulang dari pesta tadi Chen tidak langsung pulang ke apartment-nya, ia malah pergi ke sebuah Club di dekat sana. Besok adalah hari liburnya, dan malam masih belum terlalu larut, rasanya terlalu cepat kalau ia pulang sekarang, malam ini ia bisa melakukan apapun yang ia mau.

Malam semakin larut, namun tidak ada tanda-tanda bahwa Club itu akan segera tutup. Yang ada malah semakin larut malam, semakin ramai pula keadaannya. Lantai dansa yang tadi hanya separuh terisi sekarang telah sesak dipenuhi oleh para pencari hiburan. Semuanya berdansa dengan iringan musik dari sang DJ. Semuanya tertawa, semuanya bergoyang, semuanya berkeringat. Beberapa meja di dekat Chen sekarang juga sudah terisi penuh. Pera pelayan berseliweran, menghidangkan sebanyak mungkin alkohol untuk para tamu.

Chen meneguk minuman-nya, ia tidak tahu sudah berapa gelas yang ia habiskan malam ini, ia sudah berhenti menghitungnya saat ia mulai minum dari gelas ketiga. Semoga nanti ia masih bisa menyetir pulang.

Dan sekarang Chen tidak terlalu yakin lagi kalau ia tidak mabuk. Di lantai dansa, di antara para pengunjung club yang menari dengan penuh semangat, sepertinya ia melihat sosok yang begitu dikenalnya. Irene, dengan rambut tergerai di punggung dan masih mengenakan pakaian dari pesta tadi, sekarang sedang menari dengan penuh semangat di kelilingi beberapa orang lelaki.

"Sepertinya aku sudah benar-benar mabuk." Dengus Chen. Tidak mungkin sekarang Irene berada di Club ini. Chen mengerjap, memfokuskan pandangannya mengamati sosok mirip Irene itu.

Tapi...

Akhirnya untuk meyakinkan,  Chen mendekati sosok itu.

"Irene!" panggilnya. Sosok itu tidak menoleh, benar bukan Irene.

"Irene." Panggil Chen lagi kali ini ia menyentuh bahu gadis itu.

Sosok itu menoleh. "Oh! Chen! Hi!"

Ternyata benar itu Irene.

Ia ternyata tidak mabuk. Emmmm okay. mungkin hanya sedikit. Hanya sedikit mabuk.

"Ternyata benar kau Irene. Aku pikir orang lain."  Sesaat Chen terkesima menatap Irene yang sekarang berdiri di hadapannya terengah dan berkeringat karena menari, senyum lebar merekah di wajahnya. Benar-benar membuat Chen ingin melumat bibir Irene saat itu juga.

"Come on! Chen! Dance with me!"  Irene mendekati Chen dan mengalungkan lengannya di leher laki-laki itu. Merapatkan tubuh mereka berdua. Karena kedekatan itu sekarang Chen mampu mencium aroma mawar bercampur alkohol menguar dari tubuh Irene.

"So.. Kau sering kemari?" Tanya Chen, di sela-sela tarian mereka. Ia melingkarkan tangan di pinggang Irene merasakan lekuk-lekuk tubuh gadis itu di bawah telapak tangannya. Jari-jarinya membuat lingkaran lambat di bagian punggung Irene yang lebih rendah. Keduanya berputar-putar di lantai club, di iringi alunan musik yang tiba-tiba melambat. Keduanya berdiri begitu rapat. Chen menyadari betapa sempurnanya tubuh mereka saat bertemu. Begitu pas...

Irene menggigit bibir bawahnya sebelum menjawab pertanyaan Chen. "Terkadang kalau aku menginginkan hiburan, aku kemari. Bagaimana dengan-mu?" Kemudian menatap Chen dengan sepasang mata coklat polosnya itu. Membuat Chen hampir kehilangan akal. Chen ingin sekali melumat bibir mungil gadis di depannya ini, ia ingin menghujani leher jenjang gadis itu dan memuaskan rasa penasarannya akan wangi mawar yang sejak tadi sore terus-terusan mengganggu indra penciumannya, wangi yang hampir membuatnya kehilangan kendali.

Model vs PhotographerWhere stories live. Discover now