Chapter 6 - The Photographer

Start from the beginning
                                    

Chen bedeham. "Ehm.. Actually ini pertama kalinya aku kemari. Biasanya aku pergi ke club lain." Ujarnya dengan suara dibuat se-normal mungkin. Wajah Irene sekarang berada dekat sekali dengan wajah Chen. Hingga Chen dapat melihat bulu mata lentik Irene dan bintik coklat di matanya. Chen mencoba memutuskan kontak mata yang terjadi di antara mereka dan mencoba untuk memandang sekeliling. Tapi rasanya tidak mungkin, Chen seolah terjebak dengan cara Irene menatapnya.

Btw, why the fuck am I doing this? Come On Chen! Ini Irene yang ada di hadapanmu, supermodel yang telah membintangi bermacam cf dan tampil di banyak majalah. Bagaimana jika ada yang mengenali kalian? Bagaimana jika ada yang mengupload berita ini di internet. Dan Wuuush! Dalam sekejap, wajah dan berita kalian pasti akan tersebar seantero Korea, menghiasi halaman depan website mengalahkan berita hengkangnya Kris dan Luhan dari Idol grup EXO.

"First time?" Kalimat sederhana itu terdengar begitu seksi saat diucapkan oleh Irene. "Hmm.. Then, malam ini, aku yang traktir. Silakan pesan apapun yang kau mau. Chen..."

Hmmmh.. This girl in front of me, is really driving me crazy...

"A drink would be nice... Tapi, bagaimana jika aku menginginkan-mu?" tanya Chen setengah menggoda.

Irene terkekeh. "Then you'll have it..."

Screw it!

Itu adalah kalimat terakhir yang diucapkan oleh Irene, sebelum Chen melumat bibir-nya.

***

Awalnya, ciuman mereka sedikit terasa terburu-buru, sedikit kasar terutama saat Chen mendesakkan lidahnya masuk ke mulut Irene yang diterima dengan antusiasme yang tak kalah besar oleh Irene. Bibir Chen melumat bibir gadis itu dengan intensitas gairah yang benar-benar di luar dugaan. Chen mengerang saat lidah mereka bertemu, rasa pahit alkohol bercampur dengan rasa manis dari apapun itu yang berasal dari mulut Irene. Hingga akhirnya ciuman mereka melambat, bergerak lebih pelan dan lembut. Chen membiarkan gadis di hadapannya itu mengambil kendali.

Gadis ini benar-benar membuatnya frustasi! And she's also a good kisser!

Sekarang mereka berdua tidak hanya berdiri berdekatan, Chen literary hug the girl in front of him. Kedua tangan Chen melingkar erat di pinggang Irene, sementara gadis itu masih mengalungkan lengannya di leher Chen bermain-main dengan helaian rambut di tengkuk Chen sambil menikmati ciuman mereka.

Menyadari dimana mereka berada sekarang, Chen memaksa dirinya menarik bibir-nya dari Irene.

"Irene... We must..." ujarnya terengah dan kemudian berpaling menatap kerumunan orang di sekeliling mereka, sepertinya tidak ada satupun yang menyadari apa yang tadi mereka lakukan.

"Please don't stop.." Ujar Irene juga dengan nafas terputus-putus, setengah mengerang, tubuh gadis itu sekarang sepenuhnya bersandar pada tubuh Chen.

Chen kembali menatap Irene, dan kemudian menyentuhkan keningnya pada kening gadis itu. "I know. Aku juga tidak ingin menghentikannya, tapi sekarang kita berada di antara banyak orang." Chen menarik Irene menjauhi lantai dansa. "Come with me."

***

Perjalanan dari Club menuju apartment Chen terasa berkilo-kilometer lebih jauh dari biasanya. Sepanjang perjalanan Chen berusaha keras untuk berkonsentrasi dengan setir dan jalanan. Berusaha keras untuk menjaga mulutnya menjauh dari Irene sementara gadis itu duduk di pangkuannya. Duduk mengangkangi Chen dengan kaki melingkari pinggangnya.

Aku tahu ini gila.. Tetap menyetir sementara aku membalas ciuman-ciuman Irene dan membiarkan gadis itu menciumi leherku. Semoga kali ini Tuhan tidak marah padaku dan membuat kami berdua terbunuh..

Menyerah, Chen membalas ciuman panas Irene sementara ia tetap mengawasi jalanan di depannya dengan sebelah mata. Sebelah tangannya terhimpit di antara tubuhnya dan tubuh Irene, meraba perut dan payudara sempurna gadis itu.

Akhirnya mereka sampai di halaman parkir apartment Chen. Dengan cepat Chen memarkir mobil dan setelahnya membawa mereka berdua keluar dari sana. Dengan kaki tetap melingkar di pinggang Chen dan bibir mereka tetap bertautan Chen membawa Irene menuju elevator dan menekan tombol menuju lantai di mana apartment-nya berada.

Keduanya berhasil sampai di lantai apartment Chen tanpa seseorang-pun yang melihat. Chen menekan tombol keamanan pintu apartment-nya. Mengerang frustasi saat ternyata ia salah menekan nomer pin-nya hingga ia terpaksa untuk mengulangnya dari awal.

"Cepat Chen..." Irene mengerang di telinganya.

Chen menendang daun pintu itu saat kuncinya terbuka dan membanting-nya tertutup dengan kakinya pula. Ia meletakkan Irene di atas sofa, gadis itu setengah tidak rela saat harus melepaskan ciuman mereka.

"Are you sure you want this Irene?" Chen tersenyum memandang gadis di hadapannya itu sekarang. Mengoda Irene yang sekarang terentang tak berdaya di sofa ruang depan apartment-nya.

Irene tersenyum, "Shut up! Berhentilah bercanda!" dan menyatukan bibir mereka kembali.

Chen menekan tubuh Irene dengan tubuhnya, memerangkap gadis itu dan membalas ciumannya. Sementara Irene membalasnya dengan tak kalah bersemangat. Dengan mulut saling bertautan Chen menarik turun risleting di bagian belakang gaun yang di kenakan Irene. Ia memang menyukai gadis itu saat memakainya tapi ia akan jauh menyukai Irene tanpanya. Chen meloloskan gaun itu melalui kaki hingga meninggalkan Irene dalam balutan lingerie di atas sofa. Gairah berdenyut-denyut dalam diri Chen saat menatap tubuh setengah telanjang Irene.

"Sekarang apa lagi yang kau tunggu?" tanya Irene kembali frustasi saat menatap Chen hanya diam memandanginya.

"Aku menunggumu untuk melaksanakan bagianmu. Aren't you taking my clothes off?"

***



Model vs PhotographerWhere stories live. Discover now