"Nama gue Dira, lo siapa?" Dira menjabatkan tangannya dengan lelaki itu.
"Gue Rafa" lelaki itu tersenyum manis.
Mereka bersalaman sambil saling memberikan senyuman pada satu sama lain. Dira dan Rafa juga masih saling menatap. Senang rasanya bisa saling mengenal satu sama lain seperti ini.
"Lo beneran gak ada luka apapun kan?" Rafa menatap Dira yang tengah terduduk di sampingnya.
"Gak ada, gue aman karena tadi lo langsung nolongin gue" jelas Dira.
"Lo juga gak apa-apa kan?" Dira ikut bertanya.
"Aman juga kok, gue gak apa-apa" jawab Rafa sambil melirik motor Dira disana. Motor itu sedikit rusak tampaknya.
"Motor lo gimana? Lo pulang naik apa kalo motor lo begitu?" Tanya Rafa.
"Gue bisa minta kakak gue jemput abis ini, santai aja" Dira mulai mengambil ponselnya.
"Lo beneran gak apa-apa? Kok mata lo sembab?" Rafa ternyata menyadari kejanggalan yang ada di wajah Dira itu.
Dira tersenyum masam, kemudian ia menghela napasnya dengan berat. Jika saja Rafa ini teman dekatnya, ia pasti sudah bercerita akan hal ini dan meluapkan semuanya sampai ia merasa lega.
Namun sayangnya, Dira baru mengenal lelaki ini dan tidak bisa sembarangan bercerita begitu saja. Dengan berat, Dira harus berkata jika ia baik-baik saja kepada lelaki ini.
"Gue gak apa-apa" Dira mengucapkan kebohongan.
Rafa ikut menghela napasnya, ia terlihat begitu empati kepada gadis yang ada di sampingnya ini. Sepertinya ada hal yang tidak beres dengan gadis ini. Mungkin ada suatu masalah yang sedang gadis ini hadapi. Namun gadis ini tak bisa menceritakannya karena mereka baru saja bertemu. Gadis ini pasti ingin berhati-hati kepada orang baru.
"Apapun itu masalah lo, yang kuat ya" Rafa tiba-tiba mengucapkan hal itu.
"Gue emang gak tau masalah lo apa, tapi yang pasti gue tau kalo lo itu kuat" lanjut Rafa.
"Gak semuanya akan terus gelap, pasti nanti akan ada cahaya yang meneranginya.."
"Sama aja kayak perasaan lo. Lo gak mungkin sedih terus, pasti nanti akan ada kebahagiaan yang datang. Percaya deh sama gue.."
"Gue gak mungkin bohong, kalo bohong nanti hidung gue bakalan panjang kayak pinnochio" tutup Rafa.
Dira tersenyum lebar setelah Rafa menghiburnya seperti itu. Meskipun hanya mengobati sedikit rasa kesesakan di hatinya. Namun setidaknya ia sempat tersenyum kali ini.
Lelaki ini berhasil membuat Dira tersenyum. Kemarin ia tak pernah seperti ini. Jangankan untuk tersenyum lebar, tersenyum tipis saja terasa sangat susah untuk Dira lakukan kemarin.
"Makasih ya Raf" ucap Dira yang masih berusaha mengatur pola napasnya.
"Eh panggilan lo 'Raf' kan?"
Rafa menganggukkan kepalanya, lalu ia kembali tersenyum lagi. Entah mengapa lelaki ini sering kali tersenyum. Sudah lama sekali Dira tak melihat senyuman setulus ini. Ketika melihat Rafa tersenyum entah mengapa Dira merasa ingin tersenyum juga. Senyuman Rafa ini menular sepertinya, xixi.
"Lo udah kasih tau kakak lo?" Tanya Rafa di sela perbincangan mereka.
"Udah, bentar lagi dia kesini" jawab Dira yang sedang memegang ponselnya.
"Lo pulang naik apa?" Dira bertanya.
"Gue bawa motor, itu gue parkir disana" Rafa menunjuk bagian kanan Dira.
YOU ARE READING
DiRafa [ Huang Renjun ] END
Teen Fiction"Karenamu aku tau bagaimana rasanya merindu yang tak dapat aku lepas lagi" -Rafa Evano Daviandra- Berawal dari niat mereka yang hanya ingin merakit kebahagiaan bersama. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka menjadi saling mengisi untuk satu sama...
• Hello My Savior
Start from the beginning
![DiRafa [ Huang Renjun ] END](https://img.wattpad.com/cover/304090718-64-k860201.jpg)