"Waalaikumussalam, eh neng udah balik," kata maid dirumah Zara yang membukakan pintu untuk Zara.

Tanpa menjawab Zara menganggukan kepalanya dan malah bertanya "Papah dimana?," tanyanya, "Tuan lagi keluar ada urusan katanya." Zara menganggukan kepalanya mengerti dan berjalan menuju kamarnya.

Selepas mandi dan mengganti pakaiannya, dan shalat dzuhur, Zara pun merebahkan dirinya dikasur miliknya, lama menatap langit langit kamarnya dan karena merasa lelah Zara pun tertidur.

🧜‍♀️🧜‍♀️🧜‍♀️

Jam menunjukan pukul 16:24, tepat dengan zara membuka kelopak matanya, merasakan dirinya belum melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim, zara pun bergegas shalat ashar.

Selepas shalat ashar dan berdiam sejenak, zara membereskan kembali alat shalatnya, dan ketika ia akan kembali merebahkan dirinya dia mendengar suara ketukan kaca dijendelenya.

Dengan penuh penasaran zara berjalan pelan menuju kearah jendela kamarnya, menyingkap sedikit gorden jendelanya zara menemukan sosok pria tinggi berbadan tegap yang menggunakan jaket kulit dengan bertuliskan RAVVERO di bagian punggungnya dan terdapat suatu logo besar yang zara tak mengerti itu.

Menyadari jendela yang diketuknya tadi telah terbuka, gara dengan cepat berbalik badan dan menemukan zara tepat didepannya.

"ADUH, AW SSSHHH SAYANG KOK DI PUKUL SIH" Gara menahan tangan mungil Zara yang langsung memukulnya ketika ia berbalik.

"Lo ya! Ngagetin tau ga!?."

Manarik pelan hidung pesek Zara, Gara berkata "Aku sayang, akuu."

Gara terkekeh melihat Zara yang salting, dengan sekali dorongan Zara mundur beberapa langkah dan di susul dengan Gara yang masuk lewat jendela, jendela Zara yang panjang itu dengan mudah membuatnya masuk meski harus menunduk sedikit.

"Aku capek sayang," dengan santai Gara berbaring dikasur milik Zara dan menutup matanya menggunakan satu lengannya membuat zara berkecak pinggang.

"Cape hm? Abis dari mana? Aku ditinggal?."

Mendengar itu Gara sontak terduduk dan cengengesan memandang Zara yang memasang wajah marah yang sialnya tampak imut.

"Hehe maaf ayy, tadi itu aku buru buru, aku lagi tawuran tau lihat nih memar muka aku," Gara mengadu bak seorang anak yang bercerita kepada ibunya.

Zara maju beberapa langkah mendekati Gara, dan memicingkan matanya mencari memar yang ditunjuk Gara. Beberapa menit mencari Zara melotot dan refleks memegang memar diwajah Gara.

"Aw ayy, astaga" Gara meringis pelan merasakan sedikit sakit di bagian bawah matanya ketika tangan mungil gadisnya itu menyentuhnya.

Bukannya kasihan Zara justru menekannya pelan, "SAHA YANG SURUH TAWURAN!!?."

"Ayy astaga," Gara mendesah pelan ketika Zara memolotinya, "Ayy kamu tau kan kalau aku tuh anak geng, jadi wajar dong kalau tawuran." Gara menjelaskan dengan nada pelan.

Menarik napas berat, Zara kembali menyentuh memar diwajah Gara dengan pelan, "Sakit gak? Ini aja kan yang luka? Gaada yang lain?," Zara melepas jaket yang dipakai Gara menampakan badan Gara yang dibaluti kaos hitam lengan pendek.

Tersenyum tipis Gara menjawab, "Enggak ayy, aku ni kalau tawuran ga pernah luka parah, paling memar dimuka doang kadang juga gak." Ucapnya tersenyum sombong membuat Zara mencibir pelan.

"Udah shalat belom? Belum kan? Shalat dulu sana," titah Zara.

"Asataga, lupa hehe, aku shalat dimana?."

AGAZAWhere stories live. Discover now