Bab 7

9.7K 782 135
                                    

Halo, sudah lama tidak bertemu;v sorry baru bisa update. Jangan lupa vote dan enjoy bacanya 🥰

.

.

.

Ana mendapatkan informasi jika kedua kakaknya itu ada di kantor Leo, mereka bertemu di tempat yang sama? Kenapa tadi tidak berangkat bersama saja?

Dia masuk kedalam kantor Leo dengan ditemani beberapa bodyguard dibelakangnya sembari menenteng tas berisi kotak makan untuk kedua kakak tercintanya itu.

Dia masuk kedalam lift dan langsung menuju ruangan Leo saja, dia akan menunggu disana.

Bodyguard yang ikut dengannya tadi langsung berjaga diluar bersama bodyguard milik Leo.

Ana menaruh tas berisi kotak makan itu dan berjalan-jalan melihat isi ruangan Leo. Jujur, dia paling tertarik dengan Leo daripada Enzo.

Leo itu misterius dan tak bisa ditebak, dia suka itu. Tapi Enzo? Kakaknya itu menyebalkan dan terus mengganggunya setiap saat.

"Ah, dia masih menyimpan ini" ucap Ana sembari memegang boneka yang dia berikan saat ana berusia 10 tahun.

"Bro Leo sungguh manis" ucap Ana sembari tersenyum.

Dia pikir jika boneka ini sudah kemana karena memang sudah lama sekali tapi Leo menyimpannya selama ini.

Lalu pintu depan terbuka disana.

"Baby, kenapa kau kemari?" Ucap Leo yang langsung kesana.

"Dimana Enzo? Bukankah dia ada disini?" Ucap Ana.

"Dia sedang bertemu klien kami. Jadi, kenapa kau kemari?" Ucap Leo.

"Kau tidak suka aku kesini, bro? Aku sudah memasak dengan susah payah karena takut kalian belum makan, tapi sepertinya kalian sudah makan. Aku akan membawa ini kembali" ucap Ana.

Dia langsung membawa tas yang dia bawa tadi dan hendak berjalan pergi dari sana meninggalkan Leo.

Leo langsung menarik tas yang dipegang Ana tadi dan duduk disofa sembari membuka tas itu disana.

"Aku lapar, belum makan. Duduklah, kita makan bersama" ucap Leo.

Ana tersenyum kecil lalu duduk disamping Leo yang sudah mulai makan itu.

"Enak?" Ucap Ana.

"Tentu saja, masakanmu selalu enak. Sama seperti mama" ucap Leo.

Dia tersenyum puas dan memainkan ponselnya daripada ikut makan bersama kakaknya itu, dia sudah kenyang saat memasak tadi.

"Kau makan tanpa mengajakku bro? Kau keterlaluan, aku juga lapar" ucap Enzo yang baru saja masuk.

"Salahmu tidak ikut tadi" ucap Leo santai.

"Mana mungkin kita pergi saat ada klien huh? Kau bodoh" ucap Enzo.

Leo langsung menatap tajam Enzo karena ucapan Enzo diakhir tadi. Enzo hanya tersenyum sembari menepuk-nepuk pundak Leo.

"Just kidding bro" ucap Enzo.

"Siapa klien kalian? Sepertinya sangat penting hingga terburu-buru seperti tadi" ucap Ana.

"Kau tidak perlu tahu" ucap Leo dan Enzo bersamaan.

Enzo membuka jasnya dan mengambil sendok yang sudah disediakan oleh Ana tadi dan mulai makan disana.

Tapi, saat dia memakan satu suapan Enzo mengerutkan keningnya.

"Ini asi—"

Leo langsung menyumpal mulut Enzo dengan nasi yang ada disana dan terus menambahkan nasi kedalam mulut Enzo sampai pria itu tidak bisa berbicara.

"Enak bukan? Makanlah yang banyak dan jangan berbicara saat makan" ucap Leo sembari tersenyum.

Enzo mengangguk disana agar Leo berhenti memasukkan nasi kedalam mulutnya itu.

Ya, masakan Ana sedikit asin.

Tapi mereka menikmatinya.

Ana terus anteng memainkan ponselnya itu tanpa melihat kedua kakaknya yang sedang makan dengan wajah merah.

Saat sedang makan, tiba-tiba ada seseorang yang masuk kedalam tanpa mengetuk ataupun berbicara dulu.

Sontak Leo dan Enzo langsung melihat kedepan. Melihat siapa yang datang, Leo dan Enzo langsung menaruh sendok yang mereka pegang tadi lalu berdiri.

Ana masih belum menengok karena mungkin itu Diego atau Fabio jadi dia masih fokus pada ponselnya.

"What are you doing here" ucap Leo.

"Why? I want to meet my potential business partner" ucapnya.

Ana yang tadinya fokus bermain ponsel langsung berhenti dan diam sebentar disana.

Dia merasa kenal dengan suara ini.

Dia masih belum melihat orang itu dan ikut berdiri bersama kedua kakaknya.

Tidak mungkin.

Ini tidak mungkin dia.

Tidak mungkin!!!!

"Baby, pergilah. Kami harus bekerja lagi" ucap Enzo.

Kedua kakaknya itu langsung menatapnya yang sedang menatap mereka dengan tatapan terkejut.

Dengan perlahan, Ana menggerakkan kepalanya untuk melihat siapa yang berdiri di pintu. Belum dia melihat, dari ujung matanya dia melihat sosok yang masih dia ingat disana.

"Hey, girl. We meet again, like I said" ucapnya.

Shit.

Dia pria waktu itu.

.

.

.

TBC

I Was Born As The Mafia Lord's DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang