Bab 6

5.3K 648 10
                                    

Halo, aku update;v

Guys, tolong vote dong 😭 masa mau 1k yang baca cuman 200 san hang vote?

.

.

.

Beberapa hari kemudian semuanya berjalan lancar dan tidak ada yang terjadi, pokoknya hari-hari sebelumnya aman lancar.

Ana sedang duduk di ruang utama mansion sembari memainkan ponselnya, ada kedua kakaknya yang sedang membaca buku disana.

"Bro, kapan mama dan papa pulang?" ucap Ana.

"Biarkan mereka menghabiskan waktu bersama disana, lagipula kenapa kau bertanya?" Ucap Enzo.

"Aku penasaran apakah papa menempati ucapannya" ucap Ana.

Kedua kakaknya itu langsung terbatuk setelah mendengar ucapan dia tadi.

"Jangan ingatkan papa! Feliciana, kau hanya menambah kegilaan didalam keluarga kita" ucap Enzo.

"Bukankah kegilaan itu menyenangkan?" Ucap Ana.

Leo yang tadinya sedang membaca dan tidak menghiraukan percakapan mereka langsung menoleh kearah dia.

"Kegilaan itu menyenangkan? Baby, kau aneh" ucap Leo.

Enzo langsung tertawa keras mendengar itu.

"Bro! Kenapa kau tidak membelaku!" Ucap Ana kesal.

Setelah itu, Enzo langsung menggodanya dengan terus-menerus hingga membuatnya kesal setengah mati disana.

"Enzo, cukup" ucap Leo saat sudah melihat adik bungsunya itu sudah akan menangis.

"Okay bro" ucap Enzo.

Ana langsung menjulurkan lidahnya, mengejek Enzo yang dimarahi oleh Leo tadi. Dia mengangkat tangannya dan mengacungkan jempolnya lalu mengarahkan jempolnya kebawah.

"Wah.. Feliciana, kau!" ucap Enzo lalu akan mencoba mencubit lengan Ana.

"Enzo!!!!" Teriak Leo.

Dia yang tadinya ingin mencubit Ana langsung memegang lengannya lalu mengusapnya dengan keras disana.

"Hahaha kau bisa saja" ucap Enzo.

"Bro! Dia membuat lenganku sakit!" Ucap Ana.

"Tidak Leo! Ana, jangan membuat Leo marah padaku! Aku hanya mengusap lenganmu pelan" ucap Enzo.

"Mengusap pelan? Lihat lenganku! Bekas yang kau sebut mengusap pelan itu merah sekali!" Ucap Ana tak mau kalah.

Memang benar, kulit Ana sangat putih hingga terlihat bekas merah itu.

Leo menghela nafasnya disana, ini masih pagi menuju siang dan sudah ada keributan yang membuat kepalanya pusing.

"Zo, jangan begitu pada adik kita. Dia akan kesakitan, kita adalah kakak dan kita adalah laki-laki, kita melindunginya bukan menyakitinya" ucap Leo.

Leo👍

"Kenapa kau selalu membelanya? Kau tidak pernah membelaku sama sekali jika diingat-ingat" ucap Enzo protes.

"Kau jealous?" Ucap Leo menatap Enzo.

Enzo berdehem saja mendengar itu.

Leo menghela nafasnya lagi dengan sedikit panjang disana.

Ana berdiri lalu duduk disamping Enzo sembari memeluk kakak keduanya itu disana.

"Kau tidak memiliki rasa takut sama sekali untuk melindungiku, memarahiku karena perbuatanku, dan menasehati karena sikapku, kau adalah seorang kakak terbaik dimataku. Bukankah begitu Leo?" Ucap Ana.

"Ya" ucap Leo.

"Wah, kau pandai membuat orang luluh Ana" ucap Enzo.

Ana hanya tertawa lalu menyandarkan kepalanya pada bahu Enzo sembari memainkan ponselnya lagi, dia masih belum selesai melihat drama yang dia tonton tadi.

Saat sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, tiba-tiba Diego, tangan kanan Leo berlari kearah mereka dengan tergesa-gesa disana.

"Diego, kau dikejar hantu?" Ucap Ana.

"Tidak nona, aku dikejar waktu" ucap Diego.

Ana hanya tertawa pelan mendengar itu, Diego selalu menjawab pertanyaannya dengan tepat.

Diego membisikan sesuatu pada Leo.
Setelah mendengar apa yang diucapkan Diego, Leo langsung berdiri dan berjalan pergi dari sana.

"Bro, kemana?" Ucap Ana.

Tapi Leo tidak menjawab dan pergi begitu saja bersama Diego keluar dari mansion dengan tergesa-gesa.

Ana melihat Enzo yang sedang menatapnya juga, setelah beberapa detik bertatapan mereka sama-sama menggidikkan bahu mereka dan melakukan kegiatan mereka tadi.

Dan tak berselang lama, datang Fabio, tangan kanan Enzo dengan tergesa-gesa seperti Diego tadi.

Fabio mendekat kearah Enzo dan membisikkan sesuatu. Meskipun dia ada disamping Enzo, anehnya dia tidak mendengar apapun disana.

Enzo berdiri secara tiba-tiba hingga membuat Ana yang sedang menyandar pada Enzo langsung terjatuh ke samping.

"Baby, aku pergi dulu" ucap Enzo lalu pergi dari sana bersama Fabio.

"Bro! Kemana!" Teriak Ana.

Tapi Enzo juga tidak menjawabnya.

"Setidaknya jawab aku!!!! Kalian tidak sopan sekali langsung ngaleos begitu saja!!!!!!" Teriak Ana kesal.

Kedua kakaknya itu sudah pergi dari mansion tanpa memberitahu mereka akan kemana disana. Seperti biasa dan untungnya dia sudah biasa.

"Ada apa dengan mereka hingga tergesa-gesa seperti itu? Masalah serius atau yang lain?" Ucap Ana penasaran.

Dia berdiri dan berjalan kearah dapur. Dia akan memasakkan makanan untuk makan siang nanti untuk kedua kakaknya itu.

Dia akan pergi ke kantor mereka berdua dan memberikan makanan itu sembari mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, dia juga kepo.

"Nona, butuh sesuatu?" Ucap salah satu maid.

"Aku ingin memasak, kalian bisa keluar. Aku bisa memasak sendiri" ucap Ana.

"Tapi, tuan muda akan menegur kami jika nona masuk ke dapur" ucap Ana.

"Mereka sedang pergi, lagipula hanya sebentar. Keluarlah, kalian tidak akan mendapatkan teguran" ucap Ana.

Mereka langsung keluar karena tidak bisa juga membantah ucapan nona kecil mereka disana.

Setelah selesai memasak dan memasukkan makanan-makanan itu kedalam tempat makan dan keluar sembari membawa dua tempat makan.

"Tolong masukkan itu kedalam tas dan simpan di meja depan tv" ucap Ana.

Dia naik keatas untuk mengganti bajunya dan mencari tahu dimana kedua kakaknya itu pada anak buah mereka, tidak mungkin dia harus ke kantor mereka karena mungkin mereka tidak ada disana.

Jadi dia harus memastikan hal itu.

.

.

.

TBC

I Was Born As The Mafia Lord's DaughterWhere stories live. Discover now