Bab 4

5.6K 693 7
                                    

Ana merasa tubuhnya sangat hangat dan terasa seperti dipeluk seseorang sekarang.

Nyaman sekali rasanya.

Mungkin itu mamanya?

Huh?

Bukankah mama masih berlibur? Lalu, siapa yang memeluknya sekarang?

Dia membuka matanya dan melihat dada seseorang? Ya, itu dada. Dia yakin itu.

Dada yang sedikit berbulu dan tubuh yang bagus? Tunggu, ini bukan Yallen. Wanita itu tidak mempunyai tubuh sebagus dan seberotot ini.

Ini bukan tubuh wanita, tapi pria.

"Morning girl. Kau suka itu?" Ucapnya.

Ana melihat keatas dan terlihat seorang pria tampan sedang menatapnya sembari tersenyum disana.

"Shit!" Teriak Ana lalu memukul pria itu hingga menjauh dari tubuhnya.

Dengan cepat dia duduk dan melihat sekelilingnya, dia tidak ada di hotel dimana Ana dan Yallen memesannya kemarin, ini berbeda dan lebih mewah.

"Kau cukup kasar sekarang, berbeda dengan semalam" ucapnya.

Ana menatap pria itu lagi.

"Siapa kau?" Ucap Ana.

Karena demi tuhan, dia tidak tahu apapun sekarang. Seakan-akan ingatannya kemarin menghilang begitu saja.

Pria itu tiduran menyamping dan menatap Ana dengan terkekeh disana.

"Kau tidak kedinginan?" Ucapnya.

Ah, benar. Ini memang dingin.

Tunggu, dingin?

Ana menatap kebawah dan melihat jika dia sedang tidak memakai sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya sekarang.

"Shit" umpat Ana lagi.

Dia langsung menarik selimut disana dan membungkus tubuhnya dengan selimut itu rapat-rapat disana.

"Aku rasa ada kesalahpahaman. Aku harus pergi" ucap Ana.

"Kau bisa berjalan?" Ucapnya.

"Jangan bilang..." Ucap Ana terbata.

Tidak! Tidak!! Tidak!!!!!

Ana duduk dipinggir kasur lalu berdiri dan mencoba untuk berjalan kearah kamar mandi disana.

Tapi...

Bruk!

Tubuhnya langsung terjatuh karena kakinya sungguh lemas dan mati rasa sekarang.

"Huh? Kenapa..." Ucap Ana pelan.

Lalu dia mendengar suara pria tadi menghela nafasnya.

"Kau baik-baik saja?" Ucapnya sembari berjalan mendekat kearahnya.

"Jangan mendekat!" Teriak Ana.

Tapi pria itu masih terus mendekat dan menggendong tubuhnya sekarang.

"Jangan memberontak jika kau tidak ingin jatuh sekarang" ucapnya.

Pria itu membawa Ana kearah kamar mandi sekarang, pria ini membantunya untuk pergi ke kamar mandi.

"Panggil aku jika kau sudah selesai" ucap pria itu.

Dengan cepat Ana menutup pintu kamar mandi dengan keras dan bersandar pada pintu itu sembari memegang selimut yang membungkus tubuhnya dengan erat.

"Astaga, apa yang terjadi kemarin" ucap Ana.

.

.

.

Ana sudah selesai berpakaian dan itu pakaian baru yang lebih tertutup dan sangat lembut.

Dia keluar dari kamar mandi sembari menggusak rambutnya yang masih basah itu, dan dia mendengar jika ponselnya berdering disana.

Saat melihat kearah kasur, pria tadi sedang memegang ponselnya dan melihat ponselnya.

"Lorenzo devil" ucap pria itu.

Shit.

Dia langsung berlari tanpa menyadari rasa sakit area bawahnya dan langsung langsung mengambil ponselnya itu.

Ana membekap mulut pria itu dan mengangkat telpon dari kakaknya itu.

"Ya Enzo?" Ucap Ana.

Dia langsung menjauhkan telpon itu dari telinganya karena kakaknya itu berteriak dengan keras disana.

"Aku sedang bersama Yallen, kami menginap di sebuah hotel. No! Aku tidak ke tempat seperti itu lagi! Kemarin kami bermain video game sampai larut hingga tertidur tanpa sadar, tunggu saja aku akan kembali" ucap Ana lalu menutup telponnya.

Dia menghela nafasnya lega.

Pria itu tersenyum dan memegang tangan Ana disana. Dia langsung membuka mulutnya dan menjilati jari Ana yang sedang membekap mulutnya itu.

Ana langsung menarik tangannya dan menggusak tangannya pada handuk yang dipakai mengeringkan rambutnya tadi.

"Okay, semalam aku sungguh tidak tahu apa yang terjadi tapi aku ingin ini akan berlalu saja tanpa ada apapun lagi. Anggap saja ini pertemuan dan perpisahan kita. Sekarang aku harus pergi" ucap Ana.

"Tapi aku ingin kita bertemu lagi" ucapnya.

"Tidak, pertemuan ini sudah cukup menjadi perpisahan terakhir kita. Aku tidak ingin bertemu denganmu lagi jadi lupakan semua ini" ucap Ana.

Dia berdiri dan mengambil tas yang semalam dia bawa disana.

"Bagaimana jika kau mengandung anakku?" Ucapnya.

Ana langsung berhenti dan benar-benar diam mendengar itu. Dia berbalik dengan perlahan, pria itu sedang menyeringai kearahnya sekarang.

"Apa maksudmu?" Ucap Ana.

"Semalam aku tidak memakai pengaman" ucapnya.

"Fuck, gila" umpat Ana.

"Gadisku sangat suka mengumpat, bahkan saat kau tidak sadar dan ada di bawahku" ucap pria itu sembari berjalan menuju Ana.

Ana yang melihat itu langsung mundur disana.

Pria gila!!

Pria itu menarik tangan Ana dan memeluk pinggangnya lumayan erat hingga tubuh mereka saling menempel sekarang.

"Kau, aku akan menemukanmu lagi dan menjadikanmu milikku. Hanya milikku" ucapnya.

"Berdoalah agar itu bisa terjadi karena aku tidak akan pernah menjadi milikmu, camkan itu" ucap Ana.

Dia langsung mendorong tubuh pria itu lalu pergi dari sana, rasa sakit pada bagian bawahnya langsung hilang saat dia marah sekarang.

Pria itu terkekeh dan duduk lagi diatas kasur disana.

"Kita lihat saja, baby. Apakah ucapanmu benar atau malah sebaliknya" ucapnya.

.

.

.

TBC

I Was Born As The Mafia Lord's DaughterWhere stories live. Discover now