"Tumben lu bisa dateng. Lagi marahan sama ayang, kah?"

"Kaga, gua lagi pengen nongki aja. Ayangnya sensi gara-gara tamu bulanan."

"Anjay! Komplit dong kita malam ini," ucap Nafeda semangat.

"Gaskeun main kartu domino, gak, bang?" Saagar ngeluarin kotak kartu dari dalam saku jaketnya. Alsaki juga udah duduk lagi selepas kopinya jadi.

Kartu dibagi, permainan dimulai. Beberapa kali mereka teriak heboh gara-gara kalah. "Alsaki ngecheat, cok!" Sungut Agya.

"Mana ada, njing. Lu aja yang noob."

"Bangsat."

Mereka main lagi buat ronde yang kesekian, tapi lama-lama kelimanya udah gak heboh. Davka bahkan sampai nguap. "Bosen, gak, sih? Masa tiap nongkrong cuma main kartu."

"Iya, gua juga bosen." Saagar ngelepas kartu-kartunya dari tangan.

"Mabar aja, gas?!" Ajak Alsaki, semangat.

"Gak dulu, kita di lain waktu juga bisa mabar. Butuh sesuatu yang baru, cuy."

"Sesuatu yang baru." Agya manggut-manggut sambil ngusap bagian bawah dagunya, nampak berpikir. "Mau gua kenalin dunia baru, gak?"

"Dunia baru?"

"Iya ... dunia baru." Agya menyeringai penuh arti ngebuat empat temennya jadi bingung. Mereka saling pandang.

"Yuk, berangkat." Agya berdiri ngebawa kunci motor.

"Kemana, anjir?"

"Udah, ikut dulu aja. Jangan banyak tanya, kek."

Akhirnya dengan penuh keheranan mau gak mau mereka ngikutin motor Agya. Ntah kemana anak itu ngebawa, tapi jalan-jalan yang dilalui gak familiar banget. Mana masuk gang-gang kecil juga, Saagar, Nafeda, Davka, dan Alsaki jadi ngeri sendiri.

"Dah nyampe, cok." Agya diikuti yang lain langsung memarkirkan motor. Mereka kecuali Agya pada cengo ngeliat bangunan di depan. Bangunan dipenuhi lampu-lampu terang sementara sekitarnya gelap. Tempatnya juga ada di dalam jalan sempit.

"Ini tempat apaan, gya? Gua gak pernah tau ternyata ada tempat kaya gini," terang Alsaki.

"Lu baca aja tuh plang namanya, Phusay Club." Agya tersenyum tipis. "Udah siap liat dunia baru, kan? Pesan gua, jangan ngehate sebelum nyoba."

Denger omongan Agya keempatnya jadi merinding. Setelah masuk pun rasanya cowo-cowo itu nyesel udah ngucap bosen main kartu domino. "Agya, bangsat! Ini club gay?!"

"Hus! Jaga omongan. Iya, ini emang tempat orang-orang gay."

Kaki Alsaki seketika lemes. "Kok gini, ya? Gak sesuai banget sama bayangan gua. Kirain kalo tempat gay itu biasanya banyak banci tapi ini malah banyak cowo berotot, asu."

"Sial, mata gua ternodai." Davka menunduk, gak mau liat cowo sama cowo yang lagi ciuman di depan sana.

"Pulang aja lah kita!" Ajak Saagar.

"Rugi~ gua tadi udah bilang kan jangan ngehate sebelum nyoba."

"Ya apanya yang mau dicoba, setan?!"

Agya senyum dan ngeletakin jarinya di depan bibir Saagar. "Jangan ngegas gitu. Ikutin aja dulu."

Keempat cowo lain saling tatap, nampak berdiskusi batin lalu Alsaki mengangguk sebagai perwakilan. Mereka segera mengikuti langkah Agya untuk lebih masuk ke dalam dunia malam yang jauh berbeda dari dunia malam biasanya.

"Agya! Kamu ke sini juga ternyata?"

"Anjir, ketemu om Zicko segala," desis Agya. "Eh, minum-minum, om? Tumben gak ngeroom."

"Kan om cuma mau ngeroom kalo sama kamu." Om Zicko mencolek dagu Agya. Temen-temen Agya auto ngernyit, jijik.

"Nanti, ok? Agya mau ajakin temen buat minum dulu." Pemuda itu ngewink lalu lanjut jalan. Dia mesen beberapa botol minuman udah gitu baru milih tempat duduk yang strategis.

"Gya, lu kenal sama om-om tadi? Sejak kapan lu tau dunia gay sampai sejauh ini?" Udah biasa di circle mereka ngebahas-bahas soal dunia lgbt, tapi mereka gak pernah tau kalo Agya part of lgbt dan berani terjun sampai segininya.

Sebelum ngejawab Agya nuangin dulu minuman yang tadi dipesan. "Gua sadar soal orientasi seksual gua udah dari SMP tapi masih belum yakin. Setelah makin dewasa ... gua juga nyoba buat gak tertarik sama sekali jadi gay, tapi nyatanya malah makin suka sama cowo." Agya meminum minuman memabukkan tadi dalam satu tegukan. "Dan baru satu tahun terakhir gua masuk ke dunia gay lebih dalam."

Alsaki nampak shock. Davka udah gak bisa berkata-kata lagi. Saagar sama Nafeda doang yang keliatan lebih bisa memaklumi.

"Meski lu emang sus banget tapi sejauh ini lu beneran kaya masih straight."

Agya terkekeh. "Berarti akting straight gua bagus."

Sebenernya masih banyak pertanyaan tapi Agya keburu pergi karna dipanggil sama salah satu pemuda di club malam itu. Kejadian setelahnya temen-temen Agya cuma bisa tertekan ngeliatin Agya bergoyang panas di depan pemuda tadi. Bener-bener di luar dugaan. Agya sendiri justru lega, karna pada akhirnya Saagar, Nafeda, Davka, dan Alsaki tau tentang bagian gelap diri Agya. Ini belum seberapa masih banyak hal menyenangkan yang harus mereka tau.

Buat yang ngatain Agya lonte di chapter sebelumnya ... jaga omongan!.g
Bercanda, guys~
Jangan lupa vomentnya~

Tanpa Batas {BXB} (Completed)Where stories live. Discover now